Nampaknya tantangan terbesar yang dihadapi oleh para istri di era sekarang ini adalah penundukan diri kepada suami. Apapun alasannya, sikap tidak tunduk dan hormat pada suami merupakan pelanggaran kepada firman Allah. Firman Tuhan mengatakan dengan sangat jelas bahwa hendaklah istri tunduk kepada suaminya (Efesus 5:22).
Karakter dan latar belakang keluarga serta pola asuh dari kecil dapat mempengaruhi, sikap dan perilaku dalam rumah tangga. Anak yang manja cenderung akan bersikap ingin dilayani daripada melayani, saat berumah tangga. Sebab ketika masih dengan orangtua, segala sesuatu sudah disiapkan untuknya. Pesan ini mungkin terkesan terlalu mengatur kehidupan para wanita yang berstatus istri, tetapi syukurlah bahwa bukan saya secara pribadi yang mengatakan hal ini, melainkan firman Allah. Pasangan suami istri dapat terus belajar untuk mengubah sikap dan pola pikir yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dan menjaga agar pasangannya merasa aman dan damai serta bahagia dalam mahligai rumah tangga yang diberkati Tuhan.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama, ada seorang perempuan bernama Abigail yang merupakan istri dari seorang pengusaha bernama Nabal. Nabal adalah seorang yang jahat, dikatakan sebagai orang dursila, bahkan disebutkan “Nabal namanya bebal orangnya”. Meskipun Nabal itu bebal orangnya, namun Abigail tetap setia mendampingi, bahkan berusaha membela agar suaminya tidak mengalami sesuatu yang buruk. Sikap seperti inilah yang harusnya dimiliki oleh seorang istri yang baik. Namun, kembali lagi kepada suami, janganlah menuntut istri untuk menjadi sempurna, pembelajaran itu adalah proses setiap hari. Istri bukanlah budak suami, tetapi mitra kerja dan partner kehidupan untuk selamanya yang harus dibahagiakan.
Paralel dengan perintah untuk tunduk kepada suami, ada perintah kepada para hamba untuk taat dan tunduk kepada tuan mereka, meskipun tuan mereka itu bengis sekalipun. Istri bukanlah budak, bukanlah hamba dalam artian secara harafiah sebagai orang yang bisa disuruh-suruh dan diperintah, namun secara Ilahi Tuhan mengatur dan memposisikan istri seperti jemaat dihadapan Kristus. Apa maksudnya, perhatikan firman Tuhan dalam Efesus 5 tadi, dikatakan bahwa istri hendaknya tunduk kepada suami, seperti jemaat kepada Kristus. Jadi suami adalah kepala dalam rumah tangga, dan istri ada di bawah otoritas suami, sehingga disinilah perlunya penundukan diri itu.
Bagaimana bila suami anda galak, bengis, jahat, dan kriminal? Istri perlu tetap tunduk, tetapi tunduk untuk kebenaran firman Tuhan, melakukannya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sebab sikap ini penting dan perlu agar suami yang jahat itu dapat bertobat dengan melihat kelakuan istrinya, tanpa perkataan. Dalam 1 Petrus 3:1 dikatakan: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya.”
Jadi saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, bila selama ini saudara sebagai istri, masih susah untuk tunduk kepada suami, mulailah untuk tunduk dan hormat padanya. Saudara adalah penolong baginya, sebenarnya itu berarti bahwa suami tidak bisa tanpa istri, sebab istrinya adalah penolongnya. Bersyukurlah bila suamimu tidak jahat, malah mungkin aktif melayani Tuhan dan bersikap baik kepada saudara dan anak-anak dalam keluarga. Jika kepada yang jahat saja, harus tunduk, seharusnya kepada suami yang baik, dengan sukacita para istri akan tunduk dengan senang hati.
Jadilah pelaku firman, meskipun terasa sulit, tetapi biarlah kita menjadi orang-orang yang taat kepada-Nya dalam segala sesuatu. Bila ini dilakukan, saya sungguh percaya kehidupan rumah tangga akan harmonis dan bahagia. Untuk para suami, bacalah artikel dalam website ini dengan judul “Pesan untuk para suami”.
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati saudara dan pernikahan saudara! Amin.