Saya pernah membaca kisah seorang ibu yang mempunyai enam orang anak laki-laki dan membesarkan mereka dengan baik hingga besar dan mandiri, sampai mereka semua pergi dan hidup masing-masing jauh dari sang ibu.
Suatu ketika ibu ini mengalami sakit dan sedang mendekati waktu kematiannya. Keenam orang anaknya itu mendapatkan kabar tentang keadaan ibu mereka dan pulang untuk melihat bagaimana kondisi sang ibu.
Keenam orang anaknya laki-laki telah tiba dan masuk ke dalam rumah. Anak yang tertua, yang sulung, seorang anak yang berbadan tegap dan kekar, mendekati ranjang ibunya dan berlutut di sampingnya seraya berkata: “Ibu, engkau telah menjadi ibu yang terbaik untuk kami semua anak-anakmu.”
Air mata mengalir keluar dari mata sang ibu dan ia membuka matanya, memandang kepada anaknya yang sulung dan berkata: “Anakku, aku telah berdoa terus menerus kepada Tuhan agar aku dapat menjadi ibu yang baik bagi kalian semua. Itulah doaku yang kupanjatkan melebihi doa-doa yang lainnya. Aku kuatir bahwa aku tidak dapat menjadi ibu yang baik dan aku tidak pernah tahu bagaimana penilaian kalian semua kepada ibu, apakah ibu telah gagal ataukah telah menjadi ibu yang baik buat kalian? Sebab selama ini tidak pernah ada satupun dari kalian yang mengatakan bahwa ibu adalah ibu yang baik kecuali hari ini saat ibu mendengar kau mengucapkannya.” (Charles A. Blanchard)
Sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada ibu kita akan kebaikannya? Sudahkah kita nyatakan bahwa ibu kita baik kepada kita? Mari ucapkanlah perkataan pujian buat ibu kita yang telah mengandung dan membesarkan kita. Katakanlah bahwa ia telah begitu baik selama ini dan selalu baik buat kita anaknya.
“Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.” (Matius 15:4)
Hidup Keagamaan Yang Benar
Selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Dalam Injil Matius pasal 5 ayat 20 ada tertulis: “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Ini merupakan perkataan Tuhan Yesus kepada segenap orang yang mengikuti Dia saat itu. Dan perkataan ini juga ditujukan buat kita semua yang percaya kepada-Nya. Mengertikah kita apa makna dari perkataan tersebut? Kelebihan yang bagaimana yang Tuhan Yesus maksudkan yang harus kita miliki dibandingkan para ahli Taurat dan orang Farisi?
Ahli Taurat dan orang Farisi adalah orang-orang yang taat beragama, berdoa tiga kali sehari menghadap Bait Allah di Yerusalem, suka menyelidiki Taurat Tuhan dan rajin beribadah. Disiplin mereka dalam melaksanakan agama sangat tinggi dan mereka menegakkan pemberlakuan syariat hukum Taurat di kalangan masyarakat. Melihat kehidupan mereka yang sedemikian taatnya, apakah yang masih kurang dari mereka? Dan bagaimana cara agar kita dapat melebihi orang-orang ini?
Apakah kita harus melebihi jumlah doa mereka? Haruskah kita lebih banyak membaca dan merenungkan Alkitab dibandingkan mereka? Haruskah kita beribadah melebihi mereka? Sanggupkah kita? Sanggupkah kita menjadi pribadi yang taat melebihi orang Farisi dan ahli Taurat?
Tuhan Memperhatikan Yang Batiniah
Para ahli Taurat dan orang Farisi secara lahiriah kelihatan benar, akan tetapi ketaatan beribadah dan melakukan syariat agama yang mereka lakukan hanyalah secara lahiriah saja. Batiniah mereka masih saja kotor dan tidak berkenan kepada Tuhan. Padahal mereka menaati banyak peraturan, berdoa, memuji Tuhan, berpuasa, membaca firman Allah dan menghadiri kebaktian. Namun sayangnya, sikap yang secara lahiriah benar itu tidak dibarengi dengan keadaan batiniah yang baik dan benar. Hati mereka masih dipenuhi dengan berbagai kejahatan. Tuhan tidak begitu peduli dengan yang lahiriah, meskipun itu penting juga, akan tetapi yang utama adalah batiniah kita harus benar, hati dan roh kita harus selaras dengan kehendak Allah dalam iman dan kasih.
Dengan mengetahui kebenaran ini, menjadi suatu peringatan bagi kita untuk sungguh-sungguh beribadah dengan segenap hati dan secara rohani harus tulus menyembah kepada Tuhan. Rajin ke gereja setiap minggu belum tentu dipandang benar di hadapan Tuhan apabila hati kita masih dipenuhi iri hati, dengki, kenajisan dan rupa-rupa kejahatan. Beribadah kepada Tuhan harus dibarengi dengan perubahan sikap hati yang benar. Hati dan pikiran kita harus suci dan tulus di hadapan Tuhan, karena Tuhan tidak dapat dibohongi dengan kemunafikan kita.
Marilah kita hidup seperti yang Tuhan inginkan yakni memiliki hati yang benar, pikiran yang benar dan sikap hidup yang benar. Kehidupan keagamaan kita harus lahir dari hati yang benar dan berkenan. Berdoalah minta pimpinan Roh Kudus untuk menerangi hati kita senantiasa dengan kebenaran Firman Tuhan agar kehidupan kita berkenan pada Tuhan.
Zoe atau Bios ?
Selamat pagi saudara yang terkasih dalam Kristus,
Suatu kali saya pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dan melihat-lihat di bagian elektronik ada etalase terbuka yang memajang berbagai macam merek dan type handphone yang terbaru. Tampilan berbagai handphone itu begitu menarik dan saya mendekati untuk melihat lebih dekat. Saat saya memegang handphone yang dipajang itu, ternyata itu hanyalah “dummy” atau tiruan dari handphone sebenarnya.
Handphone “dummy” ini nampak seperti hp yang sebenarnya, tapi tidak bisa berfungsi sama sekali karena hanya sebuah tiruan.
Kehidupan kita di dunia sekarang ini adalah ibarat “dummy” dari kehidupan yang kekal yang sesungguhnya. Namun, ada banyak orang yang mencintai “dummy” daripada yang sebenarnya. Banyak orang yang lebih berfokus pada “dummy” yakni kehidupan duniawi yang sementara daripada hidup yang sebenarnya di dalam sorga.
Dalam Yohanes 12:25 tertulis: “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
Terjemahan lain dari ayat ini adalah “Barangsiapa yang mencintai hidupnya yang sekarang ini, ia akan kehilangan hidupnya, tetapi barangsiapa yang tidak mencintai hidupnya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
Dalam Alkitab Perjanjian Baru terjemahan asli Yunani, ada perbedaan kata yang dipakai untuk menjelaskan hidup yang jasmani dengan hidup yang kekal. Hidup yang jasmani disebut “Bios” dan hidup yang kekal disebut “Zoe”. Tuhan Yesus datang untuk memberikan Zoe yaitu hidup yang kekal dan memberinya dalam segala kelimpahan. (Yoh. 10:10)
Hal ini seperti seorang yang memegang handphone “dummy” lalu kemudian ada yang memberikannya handphone beneran. Mana yang mau dia pilih? “Dummy” atau “Yang sejati”. Mana yang saudara pilih? Yang sementara atau yang kekal? Tuhan Yesus telah memberikan kepada kita Zoe yakni kehidupan yang kekal yang rohani yang sifatnya selamanya dan sejati, apakah kita mau hidup di dalamnya atau masih berfokus kepada “bios” dan tidak mau melepaskan ikatan terhadap “bios”?
Bios itu berarti kehidupan yang jasmani atau kehidupan sehari-hari sedangkan Zoe berarti kehidupan yang rohani dan yang kekal. Setiap orang beriman kepada Kristus harus berfokus kepada yang rohani bukan kepada yang jasmani. Itu sebabnya Tuhan Yesus berbicara tentang pentingnya mengutamakan yang rohani daripada yang jasmani: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Bila kita mengutamakan Zoe, maka kehidupan bios kita akan ditambahkan oleh Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, sudahkah kita berfokus kepada yang rohani dan kekal? Jangan lepaskan pemberian Tuhan Yesus yang kekal, hanya untuk mengejar yang sementara!
Kebahagiaan Pembawa Damai
Shalom selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam Injil Matius pasal 5 berisi khotbah Tuhan Yesus di atas bukit yang dikenal dengan “Ucapan Bahagia”. Ada 9 ucapan bahagia dan diantaranya ada satu yang akan saya bagikan pada pagi hari ini yaitu yang terdapat pada ayat 9: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Ayat ini berbicara tentang damai. Damai yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus? Kita punya konsep damai yang berbeda dengan Tuhan. Konsep kita tentang damai umumnya adalah tidak bertengkar, tidak berantem dan hidup rukun antar sesama. Ini memang damai yang kita pikirkan tapi bukan yang ini yang dimaksudkan oleh Tuhan dalam ucapan bahagia.
Ucapan-ucapan Tuhan Yesus seringkali disalahmengerti oleh para murid. Para murid dan termasuk kita, menggunakan konsep berpikir duniawi, sedangkan Tuhan Yesus berbicara dalam konsep yang rohani. Itu sebabnya untuk mengerti ucapan Tuhan Yesus, kita harus memandangnya dari sudut kerohanian.
“Yang membawa damai” adalah orang-orang yang telah diperdamaikan dengan Allah. Mereka berdamai dengan Allah karena salib Kristus. Roma 5:1 berkata: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus telah diperdamaikan dengan Allah.
Efesus 2:14-16 berkata: “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.”
Kita semua tadinya adalah seteru atau musuh karena dosa, namun oleh salib Kristus kita menjadi sahabat Allah, diperdamaikan dengan Dia.
Orang-orang yang membawa damai akan memproklamirkan dan menyampaikan kabar damai itu kepada semua orang dan berusaha untuk menuntun orang lain agar berdamai dengan Allah melalui iman kepada salib Kristus.
Berbahagialah saudara yang membawa damai, karena saudara akan disebut anak-anak Allah.
Arti Mengikut Yesus
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan, damai sejahtera-Nya bagi kita semua.
Dalam Matius 4:19-20 tertulis: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
Panggilan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang dipilih-Nya merupakan suatu panggilan yang mulia. Kemuliaan panggilan itu menyebabkan Simon Petrus dan Andreas meninggalkan jalanya begitu saja dan langsung mengikuti Yesus. Sikap dan tindakan kedua orang ini menunjukkan suatu sukacita, semangat, ketaatan dan sekaligus penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang telah memanggil mereka. Ketika mereka meninggalkan jala ini bermakna bahwa mereka meninggalkan semuanya, pekerjaan mereka, pola hidup sehari-hari, egosentris, dan cita-cita pribadi mereka. Mereka beralih dari bekerja untuk diri sendiri kepada bekerja untuk Tuhan.
Apa yang terjadi dalam kehidupan Simon Petrus dan Andreas merupakan suatu pelajaran bagi kita yang hidup sekarang ini. Makna apa saja yang tercermin dalam kisah dan ayat ini?
1. Panggilan Tuhan lebih mulia dari segalanya
Seringkali, ada pemikiran bahwa hidup dalam panggilan Tuhan tidak lebih mulia daripada hidup di luar panggilan-Nya. Banyak orang pada akhirnya meninggalkan Tuhan, meninggalkan pelayanan oleh karena melihat silaunya tawaran harta dunia yang melebihi kehidupan pelayanan. Hal yang seperti ini terjadi oleh karena masih hidup secara duniawi. Bila kita hidup dalam fokus kepada kerajaan Allah, maka kita akan menyadari bahwa panggilan-Nya itu sangat mulia dan bila dibandingkan dengan yang lain, maka panggilan-Nya yang termulia dari segalanya. Itu sebabnya rasul Paulus menganggap semua kehidupannya yang dahulu sebagai sampah yang tidak berguna, tetapi kehidupannya di dalam Kristus sebagai kehidupan yang jauh lebih mulia.
2. Meninggalkan cara hidup yang lama
Simon Petrus dan Andreas meninggalkan pekerjaan mereka dan cara hidup mereka yang saat itu mereka sedang jalani sebagai nelayan, saat mereka dipanggil oleh Tuhan Yesus. Meninggalkan cara hidup lama disini bisa berarti:
a) meninggalkan kehidupan yang berdosa
sebelum dipanggil Tuhan mungkin saudara hidup dalam dosa, namun setelah kita meresponi panggilan-Nya, kita tidak boleh lagi hidup dalam dosa. Orang yang telah dipanggil Tuhan berarti meninggalkan cara hidup berdosa dan yang tidak berkenan kepada Allah dan setelah itu menjalani kehidupan yang baru yang dipimpin oleh Tuhan.
b) meninggalkan pekerjaan
Hal yang ekstrim terjadi bagi orang-orang yang secara khusus dipanggil Tuhan untuk melayani Dia. Hal yang ekstrim ini adalah meninggalkan pekerjaan dan segala kenyamanan yang dimiliki saat ini. Saya pernah mendengar kesaksian ada seorang bapak yang menjabat posisi penting di sebuah perusahaan dengan gaji sangat tinggi, namun oleh karena panggilan Tuhan yang begitu kuat dalam hidupnya, ia meninggalkan pekerjaannya, mengundurkan diri dari perusahaan dan beralih melayani Tuhan. Kepadanya sempat ditawari kenaikan gaji, tapi ia menolak dan dengan sungguh-sungguh menyerahkan seluruh hidupnya untuk bekerja bagi Tuhan. Inilah ciri seorang yang benar-benar memenuhi panggilan Tuhan yaitu tidak lagi memikirkan perkara-perkara duniawi melainkan memikirkan untuk menyenangkan Tuannya yaitu Tuhan Yesus Kristus.
3. Menjala manusia
Respon untuk mengikut Yesus sepenuh hati merupakan tindakan yang bertujuan untuk melakukan pekerjaan Dia yang memanggil yaitu menjala manusia. Menjala manusia disini berarti menjangkau jiwa-jiwa yang masih hidup dalam dosa dan tidak mengenal Kristus agar mereka percaya kepada Yesus Kristus dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Apapun profesi kita saat ini, kita harus dapat menjalankan fungsi sebagai penjala manusia yaitu saksi-saksi Kristus. Bila kita seorang bisnisman maka kita harus menjadi seorang bisnisman yang menjala manusia, bila kita seorang karyawan maka kita harus menjadi karyawan yang menjadi saksi Kristus.
Menjadi seorang pendeta atau gembala, bila tujuannya hanya materi dan kepentingan diri sendiri, bukanlah suatu kehidupan yang menjala manusia. Seorang pendeta atau gembala atau staff gereja yang tidak menjalankan fungsi untuk menjala manusia berarti tidak sepenuhnya mengikuti apa yang menjadi tujuan panggilan Tuhan Yesus dalam kehidupannya. Kalau menjadi pelayan di gereja hanya untuk sekedar menjaga agar kebutuhan hidup terpenuhi maka kita tidak layak bagi-Nya. Jadilah pelayan Tuhan yang benar.
Marilah kita meresponi panggilan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan hidup dalam kehidupan yang baru yang berguna bagi kerajaan Tuhan yaitu menjala manusia. Bukan hanya Simon Petrus dan Andreas yang dipanggil, tetapi saudara juga dipanggil oleh-Nya. Maukah saudara menyambut panggilan-Nya?
Lesson About Worry
Good morning all brothers and sisters in Christ, regards in the love of Lord Jesus.
Today we will learn from the scriptures about what our Lord Jesus tell us about worry. Matthew chapter 6 verse 27 says: “Can any one of you by worrying add a single hour to your life?” This is a statement question from Jesus in context of worrying written in Matthew 6:25-34.
Instead of having faith to God, most people worries of many things in their life. God already knows what we need and cares about it, just like a father cares to his children. But He is more than all fathers in earth, Father in heaven is the most kind and mighty.
There is a story long time ago. When the value of money was different with its value today. One dollar means a lot dozens years ago. So this is the story I want to tell you:
Once, there was about a young man who was applying for a job in a New England factory. Asking for the owner, he found himself in the presence of a nervous, fidgety man who looked hopelessly dyspeptic.
“The only vacancy here,” he told the applicant, “is a vice-presidency. The man that takes the job must shoulder all my cares.”
“That’s a though job,” said the applicant. “What is the salary?”
“I will pay you ten thousand a year if you really take over all my worries,” said the owner.
“Where is the ten thousand coming from?” asked the applicant suspiciously.
“That my friend,” replied the owner, “is your first worry.”
This is a true story about worry that happened in one factory interview in New England. And things like this usually happened anywhere all over the world. People worries anything, and it surrounds and fills all people’s mind. But not to the believers and faithful to God.
Problems maybe come to our life, many things to be paid, and many other case of difficulties. But this is not about the problems that we should worry about. This about us who lean to God or not, trust Him or not, faithful to Him or not.
Do not let our peace dissapeared from our heart and mind because of worries. Rejoice in the Lord and trust Him, that is all we have to do. Do our part, and God will do His part for us.
Penampian Atas Setiap Orang
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan, selamat pagi, salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Pada hari ini kita akan belajar firman Tuhan yang terambil dari Matius 3:12 yang berkata:
“Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan di bakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
Dalam ayat ini disebutkan tentang penampian yang akan dilakukan oleh Tuhan untuk memisahkan gandum dari debu jerami atau sekam. Gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung-Nya, namun debu jerami akan dibakar.
Gambaran tentang 2 tipe manusia
Apa maksud dari ayat ini? Ini merupakan suatu gambaran tentang apa yang dikerjakan Tuhan kepada setiap manusia. Ada dua golongan manusia yang disebutkan berdasarkan ayat ini yaitu manusia “gandum” dan manusia “debu jerami”. Kedua tipe manusia ini berada dalam satu tempat penampian dan proses penampian ini akan memisahkan keduanya.
Saudara mungkin pernah menampi beras yang akan dimasak dengan memakai sebuah alat penampi. Saya dulu seringkali membantu ibu untuk membersihkan beras. Beras ditaruh di suatu wadah yang disebut nyiru, kemudian nyiru dipegang dan digoyang-goyang ke atas dan ke bawah. Saat menggoyang nyiru ke atas, beras akan terlempar ke atas bersama dengan debu jerami yang ada. Lalu saat itu saya akan meniup ke arah beras dan debu jerami itu, agar debu jerami terpisah dari beras. Beras akan jatuh, sedangkan debu jerami akan terbawa angin tiupan dan jatuh ke tanah.
Penampian akan memisahkan
Proses penampian merupakan sebuah metode pemisahan gandum dari sekam yang telah digunakan sejak jaman dulu. Penampian biasanya dilakukan dengan melempar hasil panen ke udara agar angin meniup sekam yang ringan, sementara gandum yang lebih berat jatuh ke tempat penampi.
Pada tahapan proses ini, gandum dan sekam (debu jerami) bila dilihat begitu saja akan nampak sama. Bulir gandum yang berisi dengan sekam yang kosong akan nampak sama, akan tetapi ketika ditampi, angin akan meniup keduanya, dan bulir gandum yang berisi akan jatuh, sedangkan sekam yang kosong itu akan terbawa angin.
Gandum berbicara tentang setiap orang beriman yang hidupnya benar di hadapan Tuhan. Sedangkan debu jerami atau sekam adalah setiap orang yang imannya kosong dan tidak berbuah. Kedua tipe orang ini secara lahiriah kelihatannya sama, akan tetapi Tuhan tahu sampai kedalaman hatinya. Tuhan tahu mana yang berisi dan mana yang kosong.
Ujian Kesetiaan
Penampian juga berbicara tentang ujian-ujian yang akan dihadapi setiap orang untuk membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Setiap tokoh dalam Alkitab pernah mengalami ujian kesetiaan ini. Dan ujian itu merupakan peristiwa-peristiwa sehari-hari, persoalan dan masalah, tantangan dan godaan, yang akan memperlihatkan sifat asli dari kita. Apakah dalam situasi sulit atau godaan dosa, kita dapat tetap berpegang teguh kepada Tuhan?
Berbagai ujian hidup itu ibarat kita sedang ditampi oleh Tuhan, apakah kita kosong atau kita berisi? Keadaan kosong atau berisi bukanlah suatu keadaan yang tidak dapat diubahkan, akan tetapi sikap dan iman kita kepada Tuhan akan menentukan apakah kita ini kosong atau berisi.
Ayat diatas hendak berbicara kepada kita: “Jadilah kamu seperti gandum yang berisi, dan jangan menjadi seperti debu jerami!” Inilah makna yang terdapat dalam ayat tersebut.
Penampian oleh Yesus Kristus
Perhatikan bahwa ayat ini menyebutkan tentang alat penampi ada di tangan Yesus. Jadi, Tuhan Yesus Kristus lah yang akan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya. Alkitab menyebutkan bahwa Tuhan Yesus adalah Hakim atas segala hakim dan Ia akan menghakimi dunia ini. Barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak akan dihakimi, tetapi barangsiapa tidak percaya ia sudah berada di bawah hukuman.
Kebenaran ini haruslah kita sikapi dengan tindakan untuk percaya kepada Hakim Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus. Firman Tuhan adalah kebenaran, oleh karena itu, sikap seorang yang benar adalah mau menuruti kebenaran itu dan hidup di dalam kebenaran. Kebenaran yang sekarang ini harus kita tindaklanjuti adalah “sudahkah kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus?” Bila belum, maka sekarang ini adalah waktunya bagi kita untuk bertindak dan percaya kepada-Nya.
Akhirnya saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang seperti gandum dalam ayat ini, yaitu orang-orang yang berisikan iman dan perbuatan. Sebab iman tanpa perbuatan adalah kosong. Hiduplah dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus sampai akhir. Jangan berhenti di tengah jalan, tapi akhirilah perjalanan dalam iman. Setialah sampai mati, sampai kita dikumpulkan-Nya masuk ke dalam Kerajaan Sorga yang kekal. Amin.
Berani Menegakkan Kebenaran
Selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini kita akan belajar tentang hidup yang menegakkan kebenaran Allah.
Hidup yang menegakkan kebenaran Allah adalah hidup yang dilandasi pada kebenaran firman Allah dan berbuahkan kebenaran. Tidak ada rasa takut kepada manusia kecuali kepada Tuhan sang pencipta, dalam menegakkan kebenaran.
Beberapa hari ini kita mendengar informasi berita mengenai ditangkapnya wakil ketua KPK oleh Polri. Banyak sekali isu yang beredar tentang pelemahan KPK dan diperalatnya POLRI oleh pemerintah. Kedua institusi ini, KPK dan Polri, adalah sama-sama dua institusi penegak hukum. Sebagai penegak hukum mereka tentunya harus menegakkan kebenaran dan keadilan. Akan tetapi, mengapa kedua institusi ini tidak bisa akur satu samane lain? Oknum-oknum bisa saja salah dan harus dihukum, namun lembaga-lembaga ini tidak boleh menjadi mandul dalam menegakkan hukum yang benar dan tidak boleh bertengkar satu sama lain.
Ibarat kendaraan transportasi bus yang melaju di jalan raya, janganlah saling mendahului sesama bus. Kedua lembaga ini harus berjalan bersama untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di Indonesia, dan tidak boleh diperalat oleh siapapun untuk melakukan sesuatu hanya demi kepentingan sekelompok orang tertentu.
Dalam kitab Yesaya 32:1 tertulis ayat: “Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan,” Ini adalah gambaran raja yang benar dan pemimpin yang benar.
Prinsip dari seorang raja yang benar adalah ia memerintah menurut kebenaran, dan prinsip seorang pemimpin yang benar adalah memimpin menurut keadilan. Pada hakekatnya, kebenaran dan keadilan berjalan beriringan dan tidak akan saling bertentangan.
Raja disini berbicara soal pemimpin suatu bangsa atau pemerintahan. Dalam masa sekarang hal ini berarti presiden atau perdana menteri. Seorang presiden harus memerintah menurut kebenaran, inilah syarat seorang presiden yang benar di hadapan Tuhan dan rakyat. Kalau presiden memerintah menurut pendapat seseorang, ini sangat tidak benar, apalagi bila menurut kepentingan seseorang atau golongan tertentu.
Pemimpin-pemimpin semua lembaga pemerintahan juga harus memerintah menurut keadilan, bukan menurut perintah seseorang yang tidak benar. Lembaga-lembaga yang ada haruslah menjalankan fungsinya sesuai dengan kebenaran dan keadilan.
Lebih lanjut dalam Yesaya 32:8 tertulis: “Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian.” Ini merupakan sumber awal bagaimana sikap dan tindakan seseorang itu akan menjadi benar dan adil atau sebaliknya, salah dan tidak adil.
Seorang pemimpin apakah presiden maupun pemimpin yang lain, haruslah memiliki budi luhur agar yang ia rancangkan hanyalah hal-hal yang luhur, dan selalu bertindak luhur. Bila budi kita sudah tidak luhur, melainkan luntur oleh keinginan berkuasa, motivasi harta, ketakutan akan manusia, takut miskin, takut kehilangan, takut ini dan itu, maka niscaya semua yang dilakukan tidak akan membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Hari ini kita belajar suatu prinsip kebenaran dari Alkitab tentang bagaimana kita harus memiliki budi luhur dan menegakkan kebenaran dan keadilan. Prinsip ini bukan hanya untuk pemimpin melainkan untuk kita semua, karena dalam lingkup tertentu dan dalam scope yang lebih kecil, kita adalah seorang pemimpin, yaitu pemimpin bagi keluarga, pemimpin bagi kelompok masyarakat, pemimpin grup, dan terutama pemimpin bagi diri sendiri. Oleh karena itu, sejak awal kita harus punya dan memegang kokoh prinsip kebenaran ini. Sebab sikap seorang pemimpin besar ditentukan dari sikapnya dalam memimpin diri sendiri.
Kiranya kita semua selalu berada dalam kasih dan karunia-Nya. Kita doakan bangsa dan negara kita Indonesia agar para pemimpin diberikan hati yang kuat seperti “hati singa”, untuk berjalan dalam kebenaran dan keadilan, dan agar kita sendiri pun hidup dalam kebenaran dan keadilan itu. Tuhan Yesus memberkati.
Pernikahan Adalah Ikatan Perjanjian Suci
Selamat pagi sahabat Suara Injil, salam dalam kasih Kristus! Hari ini saya ingin berbagi tentang pentingnya kesetiaan dalam pernikahan.
Sebuah survey yang pernah diadakan di negara Amerika Serikat menunjukkan bahwa sejak tahun 1970 hingga sekarang telah terjadi peningkatan angka perceraian dalam pernikahan. Tren ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat tetapi juga hampir di seluruh bagian dunia ini termasuk Indonesia.
Indonesia tidak dapat ditutup-tutupi memiliki angka perceraian yang termasuk tinggi. Beberapa propinsi menunjukkan tingkat perceraian yang lebih tinggi dibandingkan propinsi lain. Diantaranya adalah Jawa Barat termasuk yang tinggi, begitu juga Sulawesi Utara yang mayoritas penduduknya Kristen, seharusnya di Sulawesi Utara tidak terjadi hal yang demikian, namun faktanya itu terjadi.
Firman Tuhan dalam Maleakhi 2:16 berkata demikian: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel — juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!”
Kita harus mengerti dan memahami dengan sungguh-sungguh bahwa Allah sangat membenci perceraian. Sejak awal Tuhan sudah menciptakan laki-laki dan perempuan yaitu Adam dan Hawa dengan maksud untuk mengikat mereka dalam suatu perjanjian pernikahan yang kudus dan yang tidak dapat dibatalkan oleh apapun juga.
Dalam Lukas 16:18, Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.”
Pernikahan itu sesuatu yang sakral, kudus, suci adanya. Dan di dalamnya ada suatu ikatan perjanjian yang dimeteraikan oleh Tuhan, sehingga Ia sendiri berfirman bahwa apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak dapat diceraikan oleh manusia.
Fakta bahwa semakin meningkatnya angka perceraian menunjukkan semakin lunturnya kesetiaan para suami dan istri terhadap perjanjian pernikahan. Ini bukanlah perjanjian yang sama seperti perjanjian yang sekarang ini lagi trend di kalangan selebritis yang akan menikah, dimana dibuatkan perjanjian pra nikah dan semacam itu. Perjanjian yang dimaksudkan Alkitab dalam bahasa Inggrisnya adalah “Covenant” yang mengandung makna yang begitu dalam. Tidak seperti politisi yang hari ini berjanji lalu besok mengingkari, pernikahan tidak boleh dan tidak bisa seperti itu.
Sekarang ini, banyak istri yang materialistis yang menuntut pemenuhan materi semata, sehingga bila kebutuhan materinya tidak terpenuhi ia meminta cerai dan mencari pria lain yang kaya. Sebaliknya, banyak suami yang hidupnya dikuasai hawa nafsu seksual, sehingga bila istrinya tidak dapat memenuhi keinginan dan hawa nafsunya, maka ia mencari perempuan lain, lalu akhirnya rumah tangga hancur berantakan, anak-anak menjadi ‘broken home’.
Pernikahan bukan soal harta materi dan seks. Pernikahan adalah perjanjian antara dua orang untuk saling mencintai dengan cinta yang suci yang tidak tergantung oleh situasi dan kondisi apapun serta berjangka waktu selamanya, sampai kematian memisahkan.
Pernikahan nabi Hosea dengan seorang yang dulunya adalah pelacur, merupakan contoh bagaimana setiap pasangan dalam pernikahan harus menjunjung tinggi ikatan pernikahan mereka. Meskipun berulang kali dikhianati oleh istrinya, nabi Hosea terus menerus memberikan pengampunan kepadanya, dan tidak menceraikan dia, hingga akhirnya kehidupan pernikahan mereka dipulihkan. Kitab nabi Hosea merupakan gambaran Kasih Allah yang sempurna kepada umat-Nya, dimana umat-Nya berulangkali berkhianat kepada Tuhan, tetapi Tuhan dengan kasih setia memberikan pengampunan dan menyelamatkan mereka.
Jangan cepat mengeluarkan kata-kata cerai kepada istri atau suami. Dalam pernikahan kita harus mengembangkan sikap mengampuni dan mengerti satu sama lain. Semakin hari harus makin mengerti satu sama lain, jangan sebaliknya malah jadi semakin tidak mengerti. Pengampunan dan pengertian serta kasih sayang harus terus dikembangkan dalam kehidupan pernikahan dengan cara tunduk dan taat kepada Firman Tuhan dan memberikan perhatian yang tulus kepada istri atau suami.
Pengadilan bukanlah tempat menyelesaikan masalah pernikahan, tetapi hanya di bawah kaki Tuhan dan di dalam hati yang mau taat, setia, dan mengampuni, disitulah akan ada penyelesaian atas segala persoalan dalam rumah tangga.
Tantangan keluarga masa kini bisa jadi lebih berat, namun bila kita dekat dengan Tuhan maka semua tantangan itu akan teratasi, dan rumah tangga serta keluarga kita akan selalu berbahagia dalam perlindungan dan berkat Tuhan.
Doa saya agar setiap keluarga yang membaca ini dapat menerapkan kasih Kristus dalam rumah tangganya agar ada kebahagiaan dan sukacita dalam keluarga saudara. Amin.
Tuhan Ada Bersama Kita
Selamat pagi sobat Suara Injil, salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Nats hari ini:
Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. (Yosua 1:5)
Ayat hari ini berbicara tentang penyertaan Tuhan dalam kehidupan setiap orang percaya. Firman ini muncul saat peralihan kepemimpinan dari nabi Musa kepada Yosua untuk memimpin bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian, tanah yang telah ditinggalkan oleh Yakub saat terjadi kelaparan hebat di negeri itu. Dan kini, mereka hendak memasukinya lagi karena inilah tanah yang dijanjikan Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub dan keturunannya. Yosua dikuatkan oleh Tuhan untuk menyadari akan kebersamaan dan penyertaan Allah dalam perjalanan dan kepemimpinannya.
Ada sebuah cerita kesaksian pengalaman seorang misionaris muda ketika melayani di bagian barat daratan Cina. Suatu hari, sekumpulan massa marah dan mengejar hendak membunuh dia. Massa itu tidak menyukai pelayanan misionari ini di daerah mereka. Missionaris muda ini lari sekencang-kencangnya, dan mencapai sebuah sungai. Di sungai itu ada sebuah kapal dan ia menaikinya. Namun, massa yang marah itu berhasil masuk juga ke kapal tersebut. Sang misionaris pun kemudian melompat ke sungai. Gerombolan massa itu melempari tombak-tombak ke sungai untuk membunuhnya. Akan tetapi, hal yang ajaib terjadi, secara mujizat misionaris muda ini selamat dan tidak mengalami luka sedikitpun.
Setelah peristiwa itu, seorang teman misionaris ini bertanya, “Ayat Alkitab apa yang datang kepadamu saat kau berada di bawah air di sungai itu untuk menghindari amuk massa?” Sang misionaris menjawab: “Ayat? Mengapa? Tuhan sendiri ada besertaku saat itu!”
Saudara yang dikasihi Tuhan, terkadang dalam situasi sulit, kita sering berusaha memunculkan ayat firman Tuhan yang menguatkan. Akan tetapi, kurang menyadari bahwa sesungguhnya sang pemilik ayat yaitu Tuhan sendiri ada bersama kita. Tuhan Yesus berjanji untuk menyertai kita sampai kepada akhir jaman. Memang kita butuh ayat firman Tuhan yang menguatkan, namun marilah kita menyadari bahwa ada Tuhan Yesus yang bersama di samping kita, menyertai setiap langkah kita dalam keadaan apapun. Amin.