Di Hadirat-Mu


Di hadiratMu kusujud menyembah
kucari wajahMu dan bukan berkatMu
Kau yang maha tahu dalamnya hatiku
Tiada yang lain seperti diriMu
Segenap hidupku kumengasihimu
Yesusku kucinta padaMu
Bawaku mendekat padaMu
Tinggal di dalam hadiratMu
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripada-Nyalah keselamatanku. ” (Mazmur 62:1)
“Dari manakah datangnya pertolonganku?  Pertolonganku ialah dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi.” (Mazmur 121:1-2)

Masa Yang Sukar

“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” (2 Timotius 3:1)
Dalam terjemahan Bahasa Inggris, masa yang sukar dituliskan sebagai “perilous times”.
Perhatikanlah makna ‘perilous times’ disini,  yang berarti masa-masa yang penuh bahaya.
Jadi, ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa-masa yang penuh bahaya.
Bahaya akan apa?
Bahaya akan pergeseran dan lunturnya iman sebab semakin menuju kepada hari akhir, setan akan semakin menunjukkan tipu daya dan kuasanya untuk menyesatkan dunia ini.  Hal ini ditandai dengan sikap perilaku manusia yang hidup di dunia, yang semakin menjauh dari Tuhan.   Bahkan walaupun secara lahiriah banyak orang beribadah kepada Tuhan, namun pada hakekatnya  mereka mengingkari kekuatannya.  Hal ini berarti bahwa kemunafikan akan merajalela di dunia ini.
Tawaran dosa yang menggiurkan menjerat semua orang mulai dari anak-anak, remaja sampai orang-orang tua, bahkan kakek nenek.
Dosa merajalela, hawa nafsu merajalela, kebiadaban merajalela, kedegilan, sihir, dan segala penyesatan akan merajalela.
Media telah menjadi salah satu sarana yang dipakai oleh iblis untuk menyesatkan banyak orang.  Setiap orang beriman harus bijaksana dan berhati-hati dalam menggunakan media, menonton televisi, membaca buku, novel, bermain game dan sebagainya, karena setan sedang bekerja menjauhkan orang-orang dari Tuhan.  Generasi muda menjadi sasaran iblis untuk dipengaruhi oleh berbagai konsep dan doktrin yang salah.
Kekayaan, harta dan uang telah menyebabkan banyak orang menduakan Tuhan.
Di tengah-tengah kehidupan dunia yang memasuki masa-masa bahaya ini, firman Tuhan mengingatkan kita untuk tetap teguh dalam iman dan pengajaran yang benar serta berani dan rela menderita dalam mempertahankan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Firman Tuhan sudah memberitahukan kepada kita, siapkanlah diri kita selalu agar kita setia dan teguh memegang iman kita.

Menanggung Celaan

Bacaan Alkitab:
“Engkau mengetahuinya; ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku, lakukanlah pembalasan untukku terhadap orang-orang yang mengejar aku. Janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang sabar-Mu, ketahuilah bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau!” (Yeremia 15:15)
Nabi Yeremia berbicara dalam ayat ini tentang dirinya yang menanggung celaan karena TUHAN.  Selain menanggung celaan, ia juga dikejar-kejar oleh orang-orang yang ingin membunuhnya.  Semasa hidupnya sebagai seorang nabi yang menyuarakan suara TUHAN, ia tidak disukai, justru dibenci dan hendak dibinasakan.
Salah satu hal yang dapat menimpa orang  beriman yang menyuarakan suara kebenaran adalah dicela orang. Dunia tidak menyukai akan kebenaran, sehingga orang yang menyuarakan kebenaran akan dicela dan dihina orang.  Kondisi ini akan terjadi ketika kita diperhadapkan dengan komunitas masyarakat yang menolak kebenaran Firman Tuhan.
Karena kita berbeda dari dunia maka dunia membenci kita.  Suara Tuhan tidak dapat ditahan oleh nabi Yeremia. Sehingga ia terus menerus berbicara dan menegur dosa dan kebobrokan bangsanya.
Marilah kita renungkan ayat ini, maukah kita rela menanggung celaan karena Tuhan Yesus?  bersediakah kita dihina orang karena iman kepada Kristus?  Tuhan Yesus Kristus telah mengalami celaan yang begitu hebat, para nabi telah mengalaminya, maka janganlah heran bila kita mengalami celaan itu, dan jangan takut ketika kita dicela orang.
Ketakutan akan dicela akan menyebabkan mulut ini tidak mau dibuka untuk menyuarakan suara Tuhan.  Berdiam akan terkesan berkompromi dan setuju, tetapi jika yang Tuhan kehendaki adalah berbicara menyampaikan kebenaran maka jangan tutup mulut kita, tapi sampaikanlah apa yang dinyatakan oleh Tuhan.
Tuhan akan melindungi setiap orang yang berharap pada-Nya. Jika Tuhan menghendaki kita untuk menjadi suara bagi dunia ini, maka Ia akan menjadikan kita seperti kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan tiang tembaga yang melawan sistem dunia yang bobrok ini.
Ketakutan sempat melanda Yeremia karena dikejar-kejar tetapi perlindungan Tuhan melingkupinya sebagaimana janji Tuhan kepadanya: “Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (Yeremia 1:19)
Jangan takut dicela, marilah suarakan kebenaran-Nya bagi dunia! Perlindungan TUHAN bagi kita hingga akhir tugas ditunaikan.

Tidak Mencari Popularitas

Tuhan Yesus sering berkata kepada orang-orang yang disembuhkan-Nya agar mereka tidak menyampaikan peristiwa mujzat yang mereka alami kepada orang banyak.  Mengapa?  Hal ini terkadang membuat kita bingung mencari apa penyebab Tuhan Yesus melarang hal yang demikian.
Marilah kita membaca salah satu kisah berikut ini:
“Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!,” artinya: Terbukalah!
Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.
Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.
Mereka takjub dan tercengang dan berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”  (Markus 7:31-37)
Dalam kisah penyembuhan yang tertulis di atas, ada bagian yang berhuruf tebal.  Bagian tersebut memberikan pengertian kepada kita demikian:
1.  Pelayanan mujizat bukanlah sesuatu yang harus dipertontonkan.
Tuhan Yesus melakukan mujizat secara pribadi, tidak dengan maksud motivasi sebuah “show” atau pertunjukan.  Ia memisahkan orang yang sakit itu dari orang banyak dan melakukan mujizat itu ketika hanya sedikit orang disitu.  Meskipun Yesus adalah Tuhan, namun karakter rendah hati dan tidak ingin menjadi sorotan publik, dimiliki oleh-Nya dan menjadi pelajaran buat kita dalam melayani Tuhan dan sesama.  Janganlah kita suka untuk mencari kemuliaan dan pujian bagi diri kita sendiri.  Mujizat Tuhan tidak untuk dipertontonkan dengan motivasi kemuliaan bagi diri pribadi. Pelayanan rohani itu bersifat pribadi, dalam bentuk pelayanan apapun, apakah itu doa untuk orang sakit, besuk, maupun pelayanan lain-lainnya.  Tidak perlu kita mengupload foto-foto pelayanan kita pribadi di situs-situs media sosial untuk dipertontonkan.  Janganlah kita mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain, janganlah kita mengambil kemuliaan di atas kehinaan orang lain.  Lakukanlah semua itu secara pribadi, dimana Tuhan melihat dan membalas apa yang kita kerjakan.
2. Tidak ada tempat bagi popularitas dalam diri seorang hamba Tuhan.
Tuhan Yesus menyuruh mereka untuk tidak menyampaikan kabar mujizat itu kepada orang banyak.  Mengapa?  Ia mengajarkan kita, bahwa seorang pelayan Tuhan dan kekristenan bukanlah ajang mencari popularitas.   Pelayanan kita, bukanlah tempat untuk mencari popularitas.  Biarlah Nama Yesus yang semakin ditinggikan, bukan nama kita.   Pelayan Tuhan bukanlah seorang selebriti, yang ingin semakin populer, dicari dan dihormati orang.  Gereja bukanlah panggung.  Bila kita masih mencari “panggung” untuk kehormatan dan popularitas kita sendiri, maka kita perlu mengintrospeksi diri, jangan-jangan kita tidak sedang melayani Tuhan,  melainkan sedang melayani hawa nafsu diri sendiri.
Belajarlah seperti Tuhan Yesus, yang meskipun berkuasa atas segala sesuatu, tetapi mengambil sikap sebagai hamba, yang mau melayani, tidak mencari popularitas, dan merendahkan diri-Nya selalu,  Betapa rendah hati sifat Tuhan Yesus Kristus.  Hal yang berbeda 180 derajat dengan ciri sifat kemanusiaan kita, yang selalu ingin dipuji dan terkenal.  Jangan  …. janganlah…. ingin menjadi populer.
Melayani Tuhan dengan hati yang tulus dan selalu ingin menjadi yang paling rendah, itulah hakekat penting dalam melayani Tuhan.