Keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia dengan cuma-cuma melalui iman kepada Tuhan Yesus.
Firman Tuhan dalam Efesus 2:8 berkata: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”
Usaha manusia untuk mencapai sorga hanya akan sia-sia belaka, karena sesuci atau sebaik apapun dirinya menurut pandangan dan pemikirannya, pada hakekatnya ia adalah manusia berdosa yang tidak layak di hadapan Allah. Firman Tuhan berkata bahwa kebaikan manusia itu seperti kain kotor di hadapan Allah. Mengapa? sebab Ia adalah pendosa, dilahirkan dalam natur dosa manusia dan sedang berlumuran dosa.
Hanya kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia, dan kasih karunia Allah itu telah diberikan melalui penebusan Anak-Nya yaitu Tuhan Yesus Kristus, di atas kayu salib. Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib merupakan rancangan penebusan Allah bagi dosa semua umat manusia. Yesus Kristus disebut sebagai “Anak Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia”. Ia lah domba yang disediakan Allah untuk disembelih dan mencurahkan darah-Nya untuk penebusan segala dosa kita.
Kasih karunia Allah ini harus diresponi dengan iman agar keselamatan itu menjadi hak milik bagian yang kekal selamanya. Sebab hanya orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang diberikan hak untuk menjadi anak-anak Allah yang mewarisi kerajaan sorga.
Seorang penjahat yang disalibkan di samping Yesus memberikan tanggapan terhadap perkataan salah satu penjahat di sisi lainnya, dalam Lukas 23:40-42, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Dari perkataan-perkataan salah seorang penjahat tersebut kita dapat mengetahui beberapa hal mengenai kondisi hati dan pikiran penjahat ini:
1. Ia menyadari akan keberdosaannya
Ia menyadari bahwa dirinya berdosa dan memang layak untuk menerima hukuman. Tidak seperti penjahat yang lainnya, yang malah menuntut, penjahat yang satu ini, justru dengan rela hati menerima penghukuman oleh karena dosa dan pelanggarannya. Jadi penting bagi kita untuk menyadari bahwa kita ini adalah orang berdosa dan pantas menerima hukuman. Tanpa kesadaran akan hal ini, kita tidak akan menerima pintu anugerah Allah bagi pengampunan dosa-dosa kita. Dosa kecil atau besar, pada hakekatnya sama saja. Semua dosa tidak pantas berada di dalam sorga, oleh karena itu dosa harus lenyap sekecil apapun.
2. Ia percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus
Perkataannya : ”….apabila Engkau datang sebagai Raja”, merupakan iman percayanya bahwa Yesus Kristus akan bangkit dan berkuasa atas segalanya. Ini sungguh luar biasa, dan saya percaya ini merupakan pekerjaan Roh Kudus atas penjahat ini, sehingga di atas salib sekalipun, di saat menderita dan dihukum sedemikian rupa, ia masih bisa berkata demikian.
3. Ia beriman kepada Tuhan Yesus
Perkataannya tersebut di poin kedua juga mengandung makna iman. Penjahat ini memiliki iman yang sungguh kepada Tuhan Yesus
4. Ia meminta tolong kepada Tuhan Yesus
Perkataannya sekaligus merupakan permohonan agar Tuhan Yesus menolong dia yang tidak berdaya melepaskan dirinya dari penghukuman dan neraka. Ia pasti menyadari akan adanya neraka dan penghukuman yang menanti dia sesudah kematian dirinya di atas salib. Oleh karenanya, ia meminta tolong kepada Tuhan Yesus yang memiliki kuasa untuk menghakimi
5. Ia mengakui Yesus sebagai Raja Alam Semesta
Perkataannya : ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”
Merupakan suatu bentuk pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan Allah yang menciptakan segala sesuatu, penguasa atas segalanya. Dan merupakan keyakinan akan kedatangan Yesus di akhir jaman yaitu pada hari kiamat dunia, dimana Yesus datang sebagai Raja dan Hakim yang akan menghakimi semua umat manusia.
Apakah hasil dari perkataan dan sikap hati dari penjahat itu? Tuhan Yesus berkata bahwa hari itu juga dia akan ada bersama-sama dengan Yesus di dalam Firdaus. Perkataan Tuhan Yesus merupakan perkataan yang mengandung kuasa untuk menghidupkan, perkataan yang mengandung kuasa untuk menghakimi. Penjahat itu diberikan pembebasan dan keselamatan kekal, ia diberi tempat di dalam Firdaus yang penuh sukacita dan damai sejahtera. Jadi di atas kayu salib pun, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa diri-Nya berkuasa untuk menghakimi dan menentukan kemana orang akan pergi, apakah ke neraka atau ke surga.
Ke-5 poin sikap dari penjahat itu harus juga menjadi sikap kita dalam meresponi penebusan Kristus. Kitalah yang seharusnya disalibkan dan menerima hukuman mati karena dosa, namun Yesus menggantikan kita. Ia menanggung kutuk dosa yang seharusnya kita tanggung.
Roma 10: 9-11 berkata demikian:
”Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: “Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.”
Jangan keraskan hati saudara, percayalah kepada Tuhan Yesus maka engkau akan selamat. Dia adalah Allah sendiri yang menjelma atau berinkarnasi menjadi manusia untuk menjadi korban penebusan dosa manusia.
Dalam Injil Yohanes 14:6 tertulis:
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
dan dalam Injil Yohanes 11:25 tertulis:
Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,”
dalam Yohanes 3:16 tertulis:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Kalau saudara telah membaca dan mengetahui firman Tuhan ini, janganlah keraskan hatimu, tetapi berserahlah kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat, maka engkau akan memiliki hidup kekal dan selamat masuk surga.
Berdoalah demikian:
“Tuhan Yesus, Aku Percaya Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat,
Aku Percaya Engkau telah mati untuk menebus segala dosaku, dan Engkau telah bangkit dari antara orang mati, hidup dan naik ke sorga, dan akan datang kembali pada hari terakhir untuk menghakimi semua orang.
Ampunilah segala dosaku dan kuduskanlah aku dengan kuasa darah-Mu.
Masuklah dalam hatiku dan pimpinlah hidupku mulai sekarang ini dengan Roh-Mu yang kudus.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa, amin.”
Mulai sekarang hidupmu bukanlah milikmu lagi, melainkan Yesus Kristus yang hidup di dalammu.
Sekarang saudara adalah ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Engkau sudah dipindahkan dari maut kepada hidup. Saudara telah menjadi anak Allah, yang mewarisi kerajaan sorga. Setelah ini, mintalah untuk dibaptis oleh seorang hamba Tuhan sebagai tanda pertobatan dan ketaatan saudara kepada kehendak Allah. Selanjutnya, hiduplah sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, lakukanlah kehendak-Nya, dan setialah sampai akhir.
Selamat menjalani kehidupan di dalam Tuhan Yesus yang penuh sukacita dan damai sejahtera. Roh Kudus akan membimbing hidup saudara kepada seluruh kebenaran. Amin.
Tuhan Yesus memberkati saudara!
Kasih Adalah Hal Yang Terutama
1 Korintus 13 berbicara tentang Kasih. Fokus dari ayat-ayat dalam pasal tersebut adalah kasih. Rasul Paulus membandingkan kasih itu dengan kegiatan rohani, ritualitas agama, atau religiusitas kita. Perhatikan ayat-ayat tersebut khususnya ayat 1 sampai 3, Paulus memperbandingkan kegiatan keagamaan dengan kasih. Bahkan bukan saja dengan kegiatan keagamaan, tetapi kasih itu diperbandingkan juga dengan berbagai-bagai karunia rohani yang dapat dimiliki seseorang. Dan ternyata, hasil dari perbandingan itu adalah kasih yang lebih utama.
Religiusitas atau aktivitas kerohanian seseorang mungkin dapat dikatakan excellent, sangat baik, tetapi ternyata tidak menjamin bahwa seseorang itu punya kasih. Dalam kehidupan bergereja, mungkin saja kita sebagai pengurus atau majelis gereja, atau bahkan pendeta atau hamba Tuhan, punya berbagai program pelayanan yang sangat bagus, tetapi itu tidak menjamin bahwa kita memiliki kasih.
Ada banyak orang yang aktif secara rohani, tetapi hatinya beku tanpa kasih. Program diakonia berjalan, bagi-bagi sembako ada programnya, tetapi tidak ada kasih di dalam hati, karena itu dijalankan semata-mata oleh sebab sudah diprogramkan.
Sungguh suatu ironi, ternyata yang harus didahulukan adalah kasih. Kita harus memiliki kasih terlebih dahulu. Kalau ada kasih dalam kita, maka kita pasti mau melayani, mau berkorban. Jadi, bukan sebaliknya. Tuhan menyelidiki dan tahu kedalaman hati kita, apakah kita tulus melakukan berlandaskan kasih atau keterpaksaan, atau bahkan kemunafikan.
Marilah kita hidup dalam kasih, miliki kasih itu dan tinggal di dalam kasih-Nya.
Penjabaran tentang apa itu kasih, dapat kita baca dari ayat 4 sampai 13. Disebutkan demikian: “ Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. …Yang paling besar diantara iman, pengharapan, dan kasih ialah KASIH.”
Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesamamu manusia! Kiranya Tuhan Yesus memberkati saudara senantiasa.
Processed For Similar With Christ
Greetings in the love of the Lord Jesus Christ!
Once there was a phrase “I want to be like Mike”, which means I want to be like Michael Jordan. Who is Mike or Michael Jordan?
He is a famous basketball player. He managed to bring his team, Chicago Bulls, NBA champion several times, in fact he had several times won MVP or Most Valuable Player. In what field you want to emulate Michael Jordan? Of course it could be vary things like, success, popularity, and wealth. People who want to emulate Michael Jordan, would be willing to go through the process of forging them to become qualified as a basketball player like Michael. The process is called practice, practice and practice.
Likewise, we as believers who want to be like Jesus, we must be willing to be processed through the exams and tests in life. Test of patience, controlling lust exams, examination of humility, and many other things. We will continue to face the same test if we have not passed the test. We could have had a long time follow to God but when we get processed, we are shock and not ready, so we do not pass the exam, then we will be tested again in the same way, on next situation and time.
God allowed the Israelites through the desert, wandering for 40 years, so that they become pure and ready to enter the Promised Land. It is evident that when they lived in the wilderness, they failed to do the will of God.
1 Corinthians 10:1-13 tells us that Israel became a warning to us that we are truly willing to live as God wants. Israel was called out of Egypt, were baptized in the cloud and the sea, has had close fellowship with Christ as their spiritual rock, and obtain a variety of spiritual blessings, but they failed to do the will of God when they are faced with a difficult situation.
Like the people of Israel, we are the ones who have been called out of “Egypt” that’s our old life, has been baptized in water and the Holy Spirit, has had close fellowship with the Lord Jesus Christ, and obtain spiritual blessings, do not let ourselves to fail as the nation of Israel to fulfill God’s will in our lives.
There are 5 things we need to learn from the history of Israel, what is their failure, which is prohibited by God, as recorded in these verses:
1. Do not want things that are evil.
Get rid of all the evil of our minds, let us not want to do it, even think about it.
2. Do not become idolaters.
Maybe we do not worship idols literally worship the image or statue of some idols or deity. But we were warned that lusts is the same as the sin of idolatry. The Bible says: “For their lord is their stomachs”, do not let us be mastered by anything that makes us lose worship and focus on God. There are many of today’s modern idols such as online gaming addiction, busy making money morning noon and night, drug addiction, addiction of glamour nightlife, free-sex habit, many other bad habits, and so on.
3. Do not commit adultery.
Israel is a blessed nation. One time king Balak told Balaam to curse Israel, but each time Balaam want to curse, his mouth speak a blessing. This happened several times. What has been blessed by God can not be condemned. However, Balaam advised Balak to make Israel sinned against God by making them commit fornication with the women of Moab, that they may at last be damned. Because sin caused the curse. That is why, we must not commit fornication because it is a heinous sin in the sight of God.
4. Do not tempt the Lord.
Lord Jesus when tempted by the devil to throw himself down, said to Satan, “It is written, Thou shalt not tempt the Lord thy God!”
Even Jesus knew that he would be rescued by angels but he knows that humans must not tempt the Lord his God. He taught us not to tempt God.
Someone in China accidentally walked into the lions area in a zoo. Then he preached to the lions. It is obvious to know that lions eat meat, but he tempted God by going in there. Lions attacked him, biting but fortunately he was helped by rescuers. In our lives, act carefully, lest we tempt God in our actions.
5. Do not grumble.
Just say thanks in all circumstances. Murmuring, complain, get angry, do not do the truth before God. God wants us to always be grateful and pray for God’s help. Maybe your household situation makes you grouchy, or your job make you upset, watch out brothers and sisters, because nagging, murmuring will impact the loss of peace around us. Our families will be affected, and continue to be felt no peace until our hearts right. Therefore, do the word of God, do not grumble.
Verse 13 of 1 Corinthians 10, gives us a way out and divine strength, God’s power to intervene in every trial that we experience, the power of God that will enable us to bear it all. Because the trial was not designed to exceed our strength, but we can overcome them because of the power of the Holy Spirit.
Hallelujah, I pray that you all can take a lesson from the history of Israel, and let us all actually maintain attitudes and our behavior, words and our speech and our mind to be always pleasing, and perfect in the sight of our God, the Lord Jesus Christ . Amen.
ISRAEL SEBAGAI SUATU TANDA
Beberapa hari terakhir, kita mendengar berita saling serang antara Hamas dan Israel di Gaza, Palestina. Peristiwa ini terus terjadi berulangkali, dan membuat dunia merespon dengan bermacam-macam cara.
Di zaman Perjanjian Lama, disebutkan bahwa bangsa Israel seringkali bentrok dengan penduduk Filistin (Palestina) di Gaza. Begitu juga dengan Simson, dia sering konflik dan berperang dengan penduduk Gaza (baca: Hakim-Hakim 16).
Bagaimana sikap kita terhadap peristiwa ini? Sebagai orang yang mengerti Alkitab, kita harus berhati-hati. Kita tidak boleh mengutuki bangsa Israel karena itu bertentangan dengan kehendak Allah. Sebab ada tertulis: ” Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kej. 12:3). Mereka adalah bangsa pilihan Allah. Namun, kita juga perlu terus berdoa untuk mereka yang di Timur Tengah agar lawatan Tuhan terjadi dan pertobatan besar melanda negara-negara ini, karena Tuhan mengasihi setiap bangsa, termasuk Palestina. Sebab ada tertulis: orang akan datang dari Timur dan Barat, dan dari Utara dan Selatan, dan mereka akan duduk makan di dalam kerajaan Allah. Ini menandakan bahwa akan terjadi pertobatan besar di seluruh dunia, kepada Tuhan Yesus mereka percaya.
Israel akan selalu menjadi tanda bagi kita yang hidup di dunia ini. Tanda apakah yang kita bisa lihat dari Israel?
- Tanda Kesetiaan Allah Terhadap Janji-Nya
Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya sendiri. Dia telah menetapkan Israel sebagai bangsa pilihan dan itu tetap berlaku sampai hari ini dan seterusnya. Janji-Nya tidak pernah berubah, tidak seperti manusia, kalau berjanji, janjinya bisa diingkari kalau melihat pihak lain tidak layak. Tetapi Tuhan tidak demikian, meskipun Israel memberontak, keras kepala, dan bahkan membunuh Yesus Kristus, sang Mesias, Allah tetap mengasihi dan tidak mengingkari janji-Nya.
- Tanda Bahwa Allah Dapat Memakai Bangsa Yang Kecil
Bangsa Israel termasuk bangsa dengan populasi sedikit dibandingkan dengan bangsa lain. Namun, mereka dipakai Allah untuk mempermalukan yang besar dan kuat. Seperti Daud yang mengalahkan Goliat, Israel, meskipun dikepung oleh berbagai bangsa, tetap jadi yang perkasa, oleh karena Tuhan. Bukan karena kekuatan dan keperkasaan, melainkan oleh Roh-Ku, kata Tuhan.
- Tanda akhir zaman
Perang dahsyat di Timur Tengah, antara Israel dan negara-negara lain, akan terjadi suatu hari kelak. Sekarang barulah permulaannya, tetapi nanti perang akan lebih dahsyat lagi. Lewat gejolak di Israel daan negara sekitarnya, kita dapat mengetahui tanda-tanda akhir zaman dan dengan demikian mengingatkan kita untuk berjaga-jaga melalui kehidupan yang baik dan berkenan kepada Allah.
Berdoalah untuk Israel, supaya lebih banyak lagi yang datang dan percaya Yesus Kristus Tuhan, dan berdoa juga untuk Hamas, penduduk Gaza dan Palestina, kiranya Tuhan menolong, menerangi hati mereka dan ada kebangunan rohani besar disana.
Bagaimana menjadi seperti Yesus?
Dalam Kitab Kejadian 1:26 tertulis bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia tidak diciptakan seperti monyet, gorilla atau orang utan, bukan pula dari suatu spesies yang lebih rendah kemudian berubah secara perlahan-lahan menjadi manusia, tetapi sungguh luar biasa, manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, sejak dari mulanya.
Charles Darwin yang menuliskan buku “The Origin of Species” yang berisi tentang evolusi mahluk hidup, pada akhir hidupnya menyadari bahwa semua ocehannya di masa muda adalah suatu kebodohan namun anehnya banyak orang yang mempercayainya dan bahkan membuat agama dari teori-teori evolusinya itu. Di akhir hidupnya, Charles Darwin kembali kepada imannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Dia mengatakan bahwa Yesus Kristus dan keselamatan-Nya merupakan tema dan hal yang terbaik dalam kehidupan manusia.
Manusia pertama, Adam dan Hawa, ternyata tidak dapat mempertahankan keserupaan dengan Allah itu, dosa membuat manusia jatuh dan kehilangan kemuliaan Allah. Keserupaan dengan Allah tidak dapat diperoleh dengan cara apapun juga, meskipun dengan perbuatan baik, ritual agama, dan segala usaha lainnya, tidak dapat lagi membuat manusia menjadi serupa dengan Allah.
Namun Yesus Kristus, yang adalah Allah sendiri, telah datang dan memberikan hidup-Nya bagi kita, Ia mati dan bangkit untuk menang atas dosa dan maut. Tuhan Yesus telah mengembalikan hakekat manusia kepada asalnya yaitu serupa dan segambar dengan Allah, tapi hanya akan dialami bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Allah Bapa telah memberikan suatu patron atau pola bagi kita, untuk kita teladani yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dialah yang menjadi contoh agar kita ikuti. Yesus Kristus telah menggenapi semua tuntutan hukum Taurat dan kita yang percaya kepada-Nya terhisab di dalamnya, sebab kesempurnaan itu datangnya dari Allah sendiri.
Menjadi seperti Yesus adalah kerinduan kita. Dalam hal yang bagaimana? Salah satu hal yang utama adalah dalam kasih. Dalam Yoh 13:34, Tuhan Yesus berkata: ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Marilah kita hidup dalam kasih, karena Allah itu kasih. Kasih menutupi segala sesuatu, kasih tidak berkesudahan, kasih itu kekal. Ia telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, maukah kita menunjukkan kasih kepada sesama? Oleh kuasa Roh Kudus, kita mau dan mampu. Haleluya, Tuhan memberkati!
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
(Roma 8:29)
Doomsday Preppers
National Geographic Channel menayangkan suatu program acara berjudul “Doomsday Preppers”, yang berisi tentang kisah-kisah orang-orang yang mempersiapkan diri mereka dan keluarganya untuk menghadapi akhir dunia.
Umumnya, mereka mempersiapkan suatu bunker khusus di dalam tanah dengan persediaan makanan yang cukup untuk beberapa bulan bahkan tahun, selain ada yang memakai kendaraan container sebagai tempat berlindung dengan mengandalkan mobilitasnya. Untuk mengantisipasi efek radiasi bom nuklir mereka mencari tempat sedemikian rupa supaya jauh dari efek tersebut dan secara khusus mereka melapisi bunker dengan teknologi tertentu agar tahan terhadap berbagai efek buruk yang akan terjadi.
Mereka juga berlatih secara fisik, dan membekali diri dengan ilmu bela diri seperti karate serta mempersiapkan persenjataan untuk menghadapi serangan dari orang-orang lain yang ingin merebut tempat atau persediaan makanan mereka, nanti ketika terjadi kekacauan di dunia akibat krisis ekonomi atau perang besar.
Apakah menurut anda semua persiapan mereka sudah Ok? Pasti luput dari bencana akhir jaman? Apa kata Alkitab?
Tuhan Yesus berkata: ”Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Mat 24:42)
Berjaga-jaga dalam hal apa yang dimaksudkan Tuhan? Bukan secara jasmani yang ditekankan, melainkan secara rohani. Karena jasmani akan lenyap, mati, semua orang akan mati pada akhirnya, tapi di balik kematian itu ada kehidupan kekal yang tersedia, apakah di neraka atau di surga.
Semuanya akan berlalu, langit dan bumi akan lenyap. Oleh karena itu, jika semuanya akan lenyap, itu berarti tidak ada cara bagi kita untuk mempertahankan hidup jasmani ini secanggih apapun teknologi yang kita punya, sebanyak apapun uang dan kekayaan yang kita miliki.
Jika demikian halnya, apakah yang harus kita lakukan? Berjaga-jaga secara rohani, artinya kita selalu bangun secara rohani, tidak tertidur. Kalau tertidur artinya kita larut dalam dosa dan keinginan duniawi, tetapi berjaga-jaga berarti tetap berdiri di atas iman yang teguh kepada Tuhan Yesus Kristus.
Tidak cukup hanya menjadi percaya kepada Tuhan, kemudian hidup sembarangan saja. Saudara mungkin Kristen, dari kecil sudah Kristen, tapi kalau belum percaya Tuhan Yesus secara pribadi, maka saudara belum selamat.
Tapi mungkin saudara katakan: ”saya sudah percaya Tuhan Yesus”, tapi tidak cukup sampai disitu. Kita harus terus berjaga-jaga secara rohani.
Alkitab katakan supaya kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Artinya, kita harus terus hidup setia dalam melakukan kehendak Tuhan. Tidak lagi hidup menurut keinginan hawa nafsu daging dan dunia ini, tetapi menuruti kehendak Roh Allah.
Ambillah komitmen untuk percaya kepada Tuhan Yesus, berbalik dari dosa dan hidup bagi Tuhan. Waktunya sungguh tidak lama lagi, maka dari itu berjaga-jagalah, jadilah seorang ”Doomsday Preppers” seperti yang Tuhan mau, bukan persiapan secara jasmani untuk mempertahankan hidup di dunia ini, tetapi secara rohani agar kita menerima kehidupan kekal yang sudah dijanjikan-Nya.
Orang Kesurupan Dilepaskan Tuhan
Beberapa minggu yang lalu, hari senin pagi sehabis mengantar anak-anak ke sekolah, hp saya berbunyi dan rupanya seorang jemaat menanyakan apakah saya bisa melayani orang yang kesurupan. Pada malam sebelumnya, saya bermimpi mendoakan orang yang kerasukan setan. Dan pagi saat mengantar anak-anak sekolah telah saya ceritakan kepada istri. Jadi, mendengar pertanyaan tersebut, saya langsung meyakini bahwa inilah maksud Tuhan melalui mimpi tadi malam. Saya katakan akan saya layani dan doakan.
Tidak lama kemudian, saya dan jemaat tersebut, pergi ke rumah temannya di daerah Kramat Sentiong, Jakarta. Yang kesurupan adalah istri temannya. Saat kami sampai istrinya sedang tertidur karena rupanya dia sudah mulai kecapean akibat manifestasi kuasa kegelapan yang merasukinya. Rupanya, sebelumnya mereka pergi ke karaoke, jam 1 subuh mulai nampak gejala aneh pada istrinya. Dan jam 4 subuh mereka baru pulang dari karaoke tersebut, di tempat parkir kendaraan, istrinya mulai ber-manisfestasi layaknya orang kerasukan setan. Tiba-tiba ada seorang tokoh agama yang datang untuk mendoakan, tanpa mereka minta. Namun, tidak berhasil. Sesampai mereka di rumah, istrinya semakin menjadi-jadi, memukul dan menendang, berteriak-teriak sambil matanya melotot.
Karena lagi tidur, saya menunggu, dan setelah agak lama, istri temannya tersebut mulai bangun. (Sebelum mendoakan orang yang kesurupan ini, kami telah berdoa agar kuasa darah Yesus melindungi setiap kami dan keluarga kami). Lalu saya mengajak semua berdoa. Saat berdoa itu, dan menyebutkan akan mengoleskan minyak urapan, ia mulai bermanifestasi, berteriak, meronta-ronta, menendang dan memukul. Suaminya berusaha menahannya. Saya mengusir setan itu dalam nama Tuhan Yesus serta mengurapi dia dengan minyak. Perlawanan kuasa setan itu membuat dia terbanting ke kanan dan ke kiri. Beberapa kali mulutnya terbuka sambil melenguh keras sekali. Dalam pelayanan saat itu, kami menyanyi menyembah Tuhan, membacakan ayat Firman Tuhan dan mengusir setan tersebut.
Kurang lebih hampir satu jam, Tuhan memberikan pengertian kepada saya, bahwa dari dirinya sendiri harus memanggil nama Yesus (karena dia berlatar belakang agama lain), supaya roh-roh jahat itu pergi meninggalkannya. Jadi, saya menyuruhnya memanggil nama Yesus, tapi dia malah melotot ke arah saya dan hendak menyerang. Saya terus menyuruhnya memanggil nama Yesus. Lalu saya berdoa, supaya mulutnya terlepas dari ikatan kuasa jahat yang menghalanginya memanggil nama Yesus. Setelah beberapa lama, akhirnya dia dapat memanggil nama Yesus. “Tuhan Yesus tolong saya, ampuni saya, bebaskan saya”, saya menyuruhnya mengikuti doa saya. Dan saat itu dia terlepas.
Saya katakan pada suaminya bahwa dia harus baca Firman Tuhan agar terus diisi dengan kebenaran, jangan dibiarkan hati dan pikirannya kosong tanpa kebenaran dari Tuhan. Harus rajin beribadah di gereja lokal dan setia terus kepada Tuhan, jangan lagi pergi ke karaoke apalagi malam dan sampai subuh. Bolehlah pergi ke karaoke keluarga dan jangan lama-lama lagipula lagu-lagunya harus rohani, kalau masih memaksa mau pergi ke karaoke.
Sungguh luar biasa Kuasa Tuhan Yesus yang membebaskan ikatan kuasa roh jahat. 1 Yohanes 4:4 berkata:”sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.” Bahkan dikatakan bahwa kita berasal dari Allah. Oleh karena itu, kita menang atas kuasa iblis.
Kepada kita yang percaya telah diberi kuasa untuk dipakai dalam pelayanan, guna hormat dan kemuliaan nama Tuhan Yesus, agar semakin banyak orang percaya kepada-Nya.
Tuhan Yesus telah mati dan bangkit, untuk memberikan kita kuasa kemenangan atas dosa dan maut serta kuasa iblis. Haleluya! Tuhan memberkati.
THE KINGDOM OF GOD
“Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit … ” (Matthew 28:19)
The concept of the kingdom of God is often divided into two, from the point of view of its form. Most people understand the Kingdom of God from the heavenly aspect, while some of the mundane aspects. People who understand the heavenly aspect of the kingdom of God believes that it is later, not now. But, on the contrary, those who understand it from the mundane aspects, was convinced that the Kingdom of God is manifest in earthly life, such as politics, economy and the various aspects of life.
What exactly is the meaning of the kingdom of God? Kingdom of God is a governance in which God govern with the full divine power as king of the universe, because God is the Creator of the universe. The concept of empire is very thick in the Bible. From the beginning, Genesis, and until the end, the Revelation, the Bible declare the kingdom of God, even there will be a thousand year kingdom on earth where believers reign with Christ Jesus.
Jesus Christ came to reestablish what was missing from Adam. What is it? The Kingdom and royal power. Therefore the Lord Jesus said that “the kingdom of God has come” because he has taken and received all authority in heaven and on earth (Matt. 28:18).
Simply, in the smaller scope, that is personal, the kingdom of God is God’s rule over our lives as His human creation. The Lord Jesus is the King who reigns over our lives. The Bible says that Jesus is the King of kings.
Thus, the Kingdom of God include also temporal aspects (the present) and heavenly (the eternal). Therefore, the kingdom of God should be manifested also in all aspects of human life on earth.
Then, can we “extend” the kingdom of God on earth? The answer is yes. How? By carrying out the Great Commission of the Lord Jesus, the King of kings, which is: “Go and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit, and teaching them to obey everything I have commanded you. And surely, I am with you always, even unto the end of time. ”
What else should we do to ‘expand’ the kingdom of God? Nothing more except to be witnesses of Christ Jesus wherever we are.
Hallelujah, God bless you abundantly!
Yang Terakhir Jadi Yang Terdahulu
“Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”(Matius 20:1-16)
Matius 20:1-16 berisi tentang perumpamaan Tuhan Yesus mengenai para pekerja kebun anggur. Inti yang disampaikan oleh Tuhan Yesus adalah soal memasuki kerajaan Sorga itu merupakan anugerah Tuhan.
Dalam perumpamaan tersebut, ada orang yang bekerja dari pagi, tapi dibayar sama dengan yang masuk siang bahkan sore hari. Yang masuk lebih awal merasa tidak adil, karena bayarannya sama. Namun, sang tuan yang empunya kebun anggur itu berkata:”Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau, bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?”
Perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur ini mengajarkan bahwa perihal memasuki kerajaan Allah adalah soal hak istimewa, soal anugerah dari Tuhan, bukan jasa manusia. Disini Tuhan Yesus memperingatkan akan tiga sikap yang salah:
1) Jangan merasa diri lebih unggul karena memiliki kedudukan atau tugas yang menguntungkan. Mungkin saudara seorang yang sejak kecil sudah Kristen, dan kemudian terus menerus berada dalam pelayanan bahkan menjadi seorang yang terkenal atau berpengaruh dalam kerohanian dan pelayanan gereja, tapi semua itu bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan, karena kita semua adalah hamba, tidaklah pantas seorang hamba untuk merasa lebih unggul dari yang lainnya. Seorang hamba haruslah memiliki sikap hati seorang hamba yang rendah hati dan selalu mau melayani. Keselamatan kita tidak disebabkan oleh lamanya kita dalam pelayanan, atau tingginya jabatan kita di gereja.
2) Jangan lupa untuk turut merasakan kepedulian Allah yang ingin menawarkan kasih karunia-Nya kepada semua orang. Kita harus punya hati yang penuh dengan belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang belum mengenal Allah yang benar. Banyak orang sedang berjalan menuju kebinasaan. Jangan kita cuek dan merasa enteng menganggap mereka layak menerima hukuman karena begitu bejat kehidupannya. Mari kita menjadi saluran berkat Tuhan, menjadi penyambung lidah dan suara Tuhan bagi orang-orang yang belum selamat.
3) Janganlah iri hati terhadap berkat rohani yang diterima orang lain. Ada orang yang senang kalau orang jahat mati. ‘Biarin dia mati, dia pantas mati dan masuk neraka,” kata-kata seperti ini tidaklah pantas kita ucapkan sebagai anak-anak Tuhan. Kita harus punya kerelaan hati dan rasa sukacita bila orang berdosa menjadi bertobat dan diselamatkan Tuhan.
Istilah yang terakhir menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu menjadi yang terakhir tidak mengandung arti bahwa yang sudah percaya lebih dulu akan masuk neraka, dan yang belum percaya dan kemudian percaya akan masuk surga. Pengertiannya adalah bahwa kedua tipe orang yang percaya ini masuk sorga oleh karena anugerah Allah, hanya waktu pertobatan mereka yang berbeda, yang satu lebih dulu dan yang lainnya terakhir.
Mengapa Allah Membiarkan Penderitaan?
Allah tidak pernah bermaksud agar umat-Nya memiliki kondisi dimana mereka berkemah dan tinggal di sekeliling berkat-berkat duniawi yang sifatnya sementara, yang dapat menyebabkan mereka terikat dengan keduniawian.
Sebaliknya, Ia lebih peduli akan menjadi apakah kita kelak, dan juga hal-hal yang akan kita izinkan Dia lakukan di dalam hidup kita. Sasaran yang menyeluruh dari rencana Tuhan adalah: kita diubah dan disesuaikan bagi-Nya dalam seluruh kekekalan. Ini membutuhkan perubahan, sehingga tidak selalu merupakan jalan yang termudah.
TUHAN mencari orang-orang yang mengasihi-Nya, bukan hanya demi berkat-berkat atau apa yang dapat mereka peroleh bagi dirinya sendiri, namun seseorang yang mengasihi-Nya sebagaimana adanya Dia! Kalau tidak, Allah hanya memperoleh seorang ‘anak kecil’ yang egois, berpusat pada dirinya sendiri, mencari keuntungan diri sendiri. Ia mencari seseorang yang tulus mencintai-Nya.
Bertahun-tahun yang lalu, Setan menuduh seorang laki-laki bahwa ia telah melayani Allah hanya untuk memperoleh berkat-berkat-Nya. Setan mendakwa,”Ayub hanya melayani-Mu karena Engkau telah membuat hidupnya sejahtera; ambillah semua berkatnya, maka ia akan mengutuki-Mu.”
Dengan demikian, Setan sesungguhnya sedang mengatakan-“Ia hanya melayani-Mu demi apa yang dapat ia peroleh daripada-Mu. Ia hanya memperalat-Mu!”
Sayangnya, apa yang dituduhkan Setan kepada Ayub benar-benar berlaku atas sebagian orang percaya, karena kita dapati di dalam Yohanes 6:26-27, bahwa orang banyak mengikuti Yesus hanya karena Ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Kebanyakan dari mereka meninggalkan-Nya ketika ujian-ujian kehidupan menerpa mereka.
Setan juga bersalah dalam hal yang sama seperti yang ia tuduhkan kepada Ayub (Roma 2:1). Ironisnya, tuduhan Setan terhadap Ayub sebenarnya adalah suatu tuduhan terhadap dirinya sendiri, karena ia sendiri telah gagal secara menyedihkan dalam hal yang persis sama. Lucifer hanya melayani TUhan selama semuanya masih memuji dan mengagumi keelokannya. Ia memiliki pesona, hikmat, kharisma, dan kemampuan-kemampuan dalam bidang musik yang tidak bisa disamai dan ditandingi. Dahulu ia menjadi buah bibir di surga! Apakah ia bersyukur atas semuanya ini? Tidak! Yang ia inginkan adalah lebih – dan lebih lagi bagi dirinya sendiri.
Ketika Allah terpaksa memecat dan membuangnya karena kebodohan dan keangkuhannya, apakah Lucifer si Setan itu merasa menyesal atau bertobat atas dukacita dan cela yang telah ia datangkan atas Tuhannya? Tidak! Ia hanya menyesal karena ia kehilangan kedudukan, kuasa dan pujian. Dengan demikian, jelaslah bahwa ia melayani Allah hanya demi berkat-berkat-Nya, karena ketika Allah mengangkat berkat-berkat itu, ia “mengutuk” Allah.
Tuhan juga menguji Abraham untuk melihat apa yang merupakan hal utama dalam hidupnya, ketika Ia menyuruhnya untuk mempersembahkan Ishak, anak yang sangat dikasihi dan dinanti-nantikan kelahirannya sedemikian lamanya melalui istrinya, Sara. Apakah Allah adalah nomor satu, atau janji-janji dan berkat-berkat yang nomor satu?
Tatkala dengan rela Abraham mempersembahkan Ishak kembali kepada Allah, hal itu bukan hanya merupakan kesaksian bagi Allah, namun juga kepada setan. Karena sebagaimana Paulus katakan di dalam 1 Korintus 4:9, kita adalah “tontonan bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia”. Setan dan semua roh jahat dengan seksama memperhatikan tindakan kita agar mereka dapat mencari-cari kesalahan kita.
Ayub diuji dalam tujuh cara:
1. Secara ekonomi
Ia kehilangan segala yang ia miliki (harta, mata pencaharian, pegawai-pegawai).
2. Dalam rumah tangga
Ia kehilangan semua anaknya, dan istrinya berbalik melawannya.
3. Secara jasmani
Tubuhnya ditimpa penyakit yang hebat dan juga memalukan.
4. Secara sosial
Keluarga dan teman-teman dekatnya salah menilai dan meninggalkannya. Warga kota memandang rendah kepadanya dan berbicara jahat tentangnya. Reputasinya yang terhormat hancur berkeping-keping.
5. Secara mental
Ia menjadi sangat bingung.
6. Secara emosional
Ia sangat tertekan, dan keadaan-keadaan di sekitarnya secara alamiah tampak seperti tidak ada harapan.
7. Secara Rohani
Allah berdiam diri selama beberapa waktu.
Reaksi Ayub yang benar terhadap luka hati dan semua penderitaannya telah menyelamatkannya sehingga tidak jatuh ke dalam suatu lubang mental-emosional yang menjerumuskan. Hampir semua kekacauan mental dan emosional, termasuk bunuh diri, adalah hasil dari suatu reaksi yang keliru terhadap suatu luka hati dan penderitaan yang parah.
“Korban ucapan syukur” yang Ayub naikkan setelah kehilangan segala yang dimilikinya, mengubah malapetakanya menjadi kemenangan. Ini adalah salah satu kunci menuju kemenangan.
Karena itu, teladan Ayub memberikan kita suatu pesan yang patut kita jalani, bukan hanya untuk hari ini, tetapi setiap hari dalam hidup kita. Beryukurlah kepada Tuhan dalam segala keadaan, taat dan setia sampai selamanya.
Tuhan Yesus memberkati kita semua!
Diambil dari Mengubah Kutuk menjadi Berkat (“Turning Curse into Blessing”) by Paul G. Caram