Berharap Kepada Tuhan

Situasi “hopelesness” atau tidak ada pengharapan, terkadang manusia alami dalam kehidupannya.  Ini sesungguhnya merupakan suatu perasaan di dalam hati dan pikiran.  Perasaan ini bisa bertambah parah bila lingkungan sosial tidak memberikan dukungan, misalnya dengan mengatakan bahwa “itu tidak mungkin!”, “kamu tidak bisa!”, “jangan mimpi deh!”, dan berbagai perkataan negatif lainnya.
Keadaan tanpa harapan yang paling parah terjadi saat seseorang sedang mengalami penyakit yang parah.  Suatu momen dimana pikiran terganggu karena mengingat akan kematian yang akan datang menjemput.
Pikiran manusia seringkali juga mengira bahwa tidak adanya harapan itu karena Tuhan sedang menghukum mereka akibat dosa-dosa.  Manusia menjadi merasa tidak layak karena dosa, dan merasa tidak berpengharapan karena mengira bahwa Tuhan tidak akan menolong orang yang berdosa.
Tapi apa kata Firman Tuhan mengenai hal itu? Kita belajar dari Mazmur 130:1-8.  Ayat ini dimulai dengan suatu perkataan “dari jurang yang dalam aku berseru kepadaMu, ya Tuhan!”
Kata “jurang yang dalam” menunjuk kepada suatu keadaan yang merana dan terpisah secara rohani dari Tuhan, sekaligus pula menunjukkan suatu keadaan penderitaan jasmani.
Namun, ada suatu pengharapan di dalam Tuhan, karena Tuhan mengampuni dan tidak mengingat kesalahan-kesalahan umat-Nya, ketika umat-Nya datang dan bertobat.  Ketiadaan pengharapan itu terjadi apabila Tuhan tidak mau memberikan pengampunan.  Tidak adanya pengampunan berarti juga tidak ada pemulihan.  Tapi syukur kepada Tuhan, karena Ia mengampuni dan memulihkan kehidupan orang berdosa.
Ayat ini menyerukan untuk berharap kepada Tuhan.  Suatu tindakan yang erat kaitannya dengan waktu penantian.  Berharap pada-Nya berarti juga bersedia untuk menunggu tangan-Nya bekerja.  Manusia tidak dapat memaksa Tuhan untuk bekerja menurut kehendak manusia, akan tetapi manusia hanya bisa menunggu dengan sabar sampai waktunya tiba.  Semua yang Tuhan buat akan menjadi indah pada waktunya.
Berharap kepada Tuhan melebihi seorang penjaga mengharapkan pagi.  Ini menunjukkan suatu keadaan sukacita yang akan terjadi pada diri seseorang yang menantikan Tuhan.  Sukacita karena pertolongan, sukacita karena pemulihan, sukacita karena mujizat, yang Tuhan akan kerjakan di suatu waktu yang telah Ia tetapkan.
Sungguh, pengharapan dalam Tuhan itu indah.  Bahkan, kematian pun tidak menjadi penghalang akan pemenuhan atas pengharapan itu.  Sebab kematian adalah keuntungan di dalam Kristus, sebab kematian orang benar membawa sukacita dan pengharapan oleh karena Yesus Kristus memberikan kuasa kebangkitan.
Apakah situasi kita nampak seperti tidak berpengharapan?  Itu adalah kamuflase iblis agar kita kehilangan sukacita sorgawi.  Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, tetapi kita tidak boleh kehilangan harapan.
Yesus Kristus adalah dasar pengharapan kita untuk berjalan dalam kehidupan ini. Selalu ada harapan, selalu ada kepastian, selalu ada jawaban, selalu ada pertolongan di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Haleluya.
Berharaplah kepada Tuhan, karena pada Tuhan ada kasih setia.

Leave a Reply