Markus 6:49-50
Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,
sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Persepsi kita terhadap sesuatu seringkali salah, karena pikiran yang terbatas atau sedang dalam kecemasan, kekuatiran atau ketakutan.
Dalam kesulitan menghadapi angin sakal di tengah danau di malam hari, para murid melihat sosok yang berjalan di atas air. Mereka sangat ketakutan dan berteriak-teriak karena mengira sosok itu adalah hantu, padahal yang berjalan adalah Yesus Kristus.
Kesulitan dan kesusahan sering membuat kita tidak dapat secara jernih melihat kehadiran Tuhan. Kita mengira ada setan dan tidak ada Tuhan. Padahal Tuhan selalu ada bersama kita dalam setiap keadaan.
Ketika sedang dalam penderitaan atau kesusahan, Tuhan selalu ada dan hadir bersama-sama dengan kita. Dia memberikan kekuatan dan jalan keluar dari setiap persoalan. Kehadiran-Nya membawa mujizat dalam hidup kita dan mengubahkan yang tidak baik menjadi baik.
Ketika Tuhan Yesus akhirnya dikenali oleh para murid, mereka pun menjadi tenang, setelah Yesus mengatakan agar mereka tenang dan jangan takut. Dan angin sakal itu pun menjadi reda saat Tuhan Yesus naik ke atas perahu.
Ketenangan akan mengisi hati dan pikiran kita, saat kita melihat pada Yesus dan mengijinkan Dia untuk masuk dalam perahu kehidupan kita. Esensi dari ketenangan itu terletak pada hati yang percaya pada Tuhan Yesus. Seberapa beratnya persoalan yang kita alami, selalu ada mujizat yang tersedia di dalam Kristus. “Tenanglah! Jangan Takut! Ini Aku!”, Yesus Kristus peduli dan ada bersama kita. Haleluya.
Iman Sepatah Kata
Seorang tentara romawi datang pada Yesus. Dia bukan orang Israel, dia adalah orang roma. Tapi dia mendengar tentang mujizat-mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus dan percaya bahwa Yesus sanggup melakukan segala sesuatu.
Ia datang menemui Yesus untuk meminta agar Yesus menyembuhkan seorang hambanya yang sedang sakit. Dengan segera Tuhan Yesus berkata bahwa Ia akan datang dan menyembuhkannya. Tapi, sang tentara romawi ini berkata agar Tuhan Yesus tidak usah merepotkan diri untuk datang ke rumahnya. “Katakan sepatah kata saja, maka hambaku itu akan sembuh.” Demikian ucapan tentara itu.
Wow.. luar biasa banget iman orang ini. Tuhan Yesus pun memuji iman dari prajurit itu dengan berkata bahwa iman semacam ini tidak ia jumpai di antara orang Israel. Wah… tentu ini merupakan suatu sindiran dan kritikan Tuhan kepada umat Pilihan.
Kisah ini merupakan suatu pelajaran dan teguran bagi kita. Pelajaran yaitu untuk mengajar kita beriman dengan sepenuh hati, yaitu iman yang radikal kepada Tuhan, sebuah iman yang totalitas pada kuasa-Nya. Teguran, karena banyak dari kita yang telah suam-suam dalam iman, meragukan kuasa Tuhan dan bimbang. Banyak orang Kristen yang telah kehilangan sisi iman yang totalitas dan seharusnya malu pada mereka yang bukan Kristen tetapi percaya kepada Tuhan Yesus dan percaya akan kuasa-Nya. Jadi, bukan soal menjadi kristen atau tidak, yang terpenting adalah menjadi orang yang beriman, sebab imanmu menyelamatkan engkau, demikian kata Tuhan.
Akhirnya dari kisah di atas, Yesus hanya berkata bahwa hamba dari tentara itu telah sembuh, dan benar terjadi, hamba itu menjadi sembuh.
Bagaimanakah iman kita hari hari ini? Apakah semakin lemah, tetap sama atau semakin kuat? Milikilah iman yang total dan percayalah bahwa Tuhan Yesus sanggup melakukan segala sesuatu, maka engkau akan melihat dan mengalami mujizat terjadi dalam kehidupanmu.
Matius 8:8
Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Bukan Dengan Mata, Tapi Dengan Iman
Berjalan dalam iman seringkali berbenturan dengan apa yang dilihat mata. Mata melihat bahwa tidak ada kepastian di depan, tidak ada kemungkinan, dan tidak ada harapan, itulah yang dilihat oleh mata jasmani, serta diolah dengan pikiran kita yang manusiawi. Tapi, orang-orang yang beriman, tidak sekedar menggunakan mata jasmani, namun memakai iman dalam mengarungi kehidupan ini.
Bukan dengan mata, tapi dengan iman kita harus berjalan dalam kehidupan ini. Tidaklah mungkin kita akan mencapai sesuatu yang di depan bila kita berpatokan hanya pada apa yang kelihatan, karena apa yang kelihatan akan membuat nyali kita menjadi ciut, harapan kita menjadi sirna, keyakinan kita menjadi goyah, dan iman kita menjadi luntur.
Kita tidak bisa memaksakan diri harus memahami terlebih dulu, baru beriman. Ketika kita beriman, maka kita akan memahami. Tuhan akan memberikan kepada kita pengertian-pengertian di saat kita beriman kepada-Nya. Pengertian-pengertian itu tidak akan kita dapatkan bila kita tidak memiliki iman. Jadi, manakah yang lebih dulu? Apakah pengertian atau iman? Pemahaman atau iman?
Iman harus lebih dulu, baru kita akan paham.
Tuhan memberikan pengertian-pengertian yang membuat kita akan menjadi tenang dan berjalan dalam kuasa-Nya. Orang-orang yang berjalan dalam iman, menanggalkan segala keinginan duniawi dan berfokus kepada perkara sorgawi. Tuhan tentu akan memberikan apa yang kita perlukan di dunia ini, dan Dia sanggup untuk memberkati kita, akan tetapi semua berkat itu dan keberhasilan yang kita capai, tidaklah menjadi suatu kebanggaan duniawi bagi kita, melainkan hanya sebagai suatu tambahan dari Tuhan karena kita beriman kepada-Nya.
Masih adakah iman di hati saudara? Bila saat ini saudara sedang ragu-ragu, bimbang dan takut, maka berdoalah kepada Tuhan. Dia akan mengaruniakan iman kepada saudara. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan nantikanlah Tuhan bekerja dengan kuasa-Nya.
Matius 17:20
Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Wisudawan Tertua
Allan Stewart, berusia 97 tahun, menjadi wisudawan tertua di dunia. Ia menyelesaikan studi master di Southern Cross University, London. Para dosen memujinya karena semangat dan tekadnya yang kuat untuk belajar dan menyelesaikan studi di usia lanjut. Maklum, biasanya orang yang lanjut usia, susah menghafal.
Teman-teman kuliahnya pun mengapresiasi kemauan keras Allan.
Ia mengatakan bahwa dengan belajar, ia membuat otaknya tetap aktif.
Kisah Allan memberikan suatu inspirasi bagi kita untuk tidak menyerah dan tidak berhenti belajar. Belajar di universitas mungkin melelahkan, tapi selalu ada jalan keluar untuk mengatasinya.
Belajar merupakan suatu proses hidup. Selama perjalanan hidup, kita terus belajar. Ya, belajar dari pengalaman, belajar dari berbagai hal dan situasi yang kita hadapi, belajar dari sikap dan respon sosial sekeliling kita, belajar dari apapun.
Segala proses pembelajaran hidup ini berhubungan dengan pengertian kita akan Tuhan. Semakin lama kita akan semakin mengerti akan kehendak Tuhan dan rencana-Nya dalam kehidupan kita. Semakin kita tua, seharusnya semakin menjadi bijaksana, karena banyaknya proses belajar yang kita lalui dari pengalaman-pengalaman.
Namun, kedewasaan seseorang bukanlah ditentukan dari seberapa tua usianya dan seberapa putih rambutnya. Kedewasaan seseorang itu terletak pada cara pandang dan pikirnya yang didasarkan pada Firman Tuhan.
Amsal menyebutkan soal hikmat yang diperoleh dari takut akan Tuhan. Tidak ada hikmat yang lebih mulia, selain hikmat yang diperoleh dari Tuhan, dan memilikinya hanya bisa melalui suatu proses pencarian akan kehendak Tuhan. Kita dapat memiliki hikmat itu, dengan bersikap dan bertindak takut akan Tuhan yaitu dengan cara menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya, serta mencaritahu apa firman-firman-Nya melalui Alkitab. Roh Kudus pun akan berbicara dalam hati kita dan memberikan kepada kita pengertian-pengertian yang mendalam tentang berbagai soal kehidupan.
Belajarlah terus selama hidup, belajarlah bersama Tuhan, belajarlah dari Tuhan Yesus.
Matius 11:29
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Sabar Pangkal Sejahtera
Human trafficking atau penjualan manusia di berbagai kota di timur tengah, seperti Turki, UEA, Arab Saudi, dan lain-lain, serta di negara lain seperti Cina, telah menjadi perhatian dari PBB. Banyak orang-orang muda khususnya perempuan yang tergiur dengan ajakan teman agar pergi ke luar negeri untuk bekerja. Tapi, bukannya bekerja, mereka malah dijual dan dipekerjakan di tempat-tempat yang tidak baik.
Di Indonesia, hal ini pun terjadi juga. Teman menjual teman untuk mendapatkan sejumlah uang. Beberapa kasus yang terungkap menunjukkan bahwa modus human trafficking, salah satunya adalah melalui pertemanan. Karena percaya kepada teman, dan tergiur dengan gaji yang akan didapat, maka korban pun berangkat.
Firman Tuhan mengajarkan kita untuk bersabar dalam segala sesuatu. Dalam soal-soal materi juga, Tuhan mengajar kita untuk senantiasa bersyukur dan bersabar dalam menantikan hasil yang lebih baik.
Tuhan Yesus mengajarkan agar kita setia dalam perkara-perkara kecil. Sebab barangsiapa setia dalam perkara kecil, kepadanya akan dipercayakan perkara-perkara besar, di kemudian hari.
Tawaran apapun yang nampaknya menggiurkan secara jasmani dan materi, jangan langsung membuat kita terjebak dan mengikutinya.
Lot, tergoda untuk pergi ke Sodom karena melihat kesejahteraan ekonomi di Sodom. Ia berpikir soal materi dan jasmani. Alkitab menyebutkan bahwa Lot memilih daerah yang subur. Sebaliknya, yang tersisa buat Abraham, namun Abraham tidak menjadi putus asa, namun tetap percaya bahwa Tuhan akan selalu menyediakan segala yang ia perlukan. Abraham justru menjadi semakin diberkati baik jasmani dan rohani, akan tetapi Lot, walaupun jasmaninya tercukupi, namun rohaninya mengalami kemerosotan.
Bersabarlah selalu dalam proses hidup. Mungkin nampaknya sulit dan susah proses perjalanan yang kita jalani, namun bila kita senantiasa sabar dan setia, maka ada perkara indah dan mulia di hadapan kita yang akan kita capai karena Tuhan menyediakannya bagi kita. Haleluya.
Tidak Takut Meski Minoritas
Jangan berpikir soal minoritas atau mayoritas. Sekalipun kita adalah minoritas, tetaplah berpegang teguh kepada Kristus.
Seringkali kita terjebak dengan pemikiran soal mayoritas. Banyak orang cenderung mengikuti suara mayoritas, padahal suara mayoritas belum tentu benar. Intinya bukanlah soal mayoritas atau minoritas, melainkan soal kebenaran.
Bangsa Israel adalah bangsa yang minoritas dari segi jumlah. Dalam Perjanjian Lama, berulangkali Allah menyebut mereka sebagai bangsa yang kecil dan kawanan kecil. Akan tetapi, mereka bisa menjadi suatu barometer dan disegani oleh bangsa-bangsa sekelilingnya, bahkan hingga sekarang ini. Walaupun sayangnya, sebagian besar mereka menolak Kristus Yesus, sang Mesias yang telah datang bagi mereka.
Tuhan tidak pernah mempersoalkan mengenai berapa banyak jumlah orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan justru memakai jumlah yang kecil untuk mempermalukan jumlah yang besar. Ia hendak menunjukkan kuasa dan kemuliaan-Nya melalui apa yang dianggap manusia tidak seberapa.
Dalam soal iman, Tuhan juga tidak mementingkan soal kuantitas, melainkan kualitas. Ia mau agar yang beriman kepada-Nya, adalah yang sungguh-sungguh memiliki kualitas iman yang mulia.
Jadi sekalipun mayoritas manusia tidak mau beriman, jangan takut dan kuatir, jangan ikut-ikutan. Tetaplah teguh dalam iman pada Yesus Kristus.
Matius 7:13-14
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
Tinggal Suatu Sisa Oleh Kasih Karunia
Dalam perbincangan dengan beberapa mahasiswa Indonesia di Ceko, setelah ibadah di sebuah gereja, seorang berkata bahwa ternyata masih ada orang-orang generasi muda di Ceko yang percaya kepada Tuhan, padahal negeri ini mayoritas adalah tidak beragama. Hal ini membuatnya cukup heran.
Sejak mengalami pendudukan oleh Uni Soviet, kekristenan di Ceko menjadi pudar. Namun, masih terlihat peninggalan-peninggalan sejarah kekristenan di negeri ini, melalui bangunan-bangunan gereja, dan salib-salib yang nampak di berbagai sudut kota Praha dan di kota-kota lainnya.
Menurut data, 88,5% penduduk Ceko tidak beragama. Namun, syukur kepada Tuhan karena Ia masih menyisakan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Di masa nabi Elia yang sendirian melawan nabi-nabi baal, Tuhan menyisakan sejumlah orang yang masih percaya kepada-Nya. Dan tindakan Tuhan untuk menyisakan ini berarti bahwa Ia bertindak untuk memelihara iman sejumlah orang, yang diresponi juga oleh orang -orang itu. Respon manusia dan kasih karunia Allah bertemu menyebabkan masih adanya suatu sisa di negeri ini.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan pengaruh negatif dari pola hidup bebas, masih ada sejumlah orang yang tersisa, yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang imannya tetap teguh meskipun di tengah ombak dan gelombang keduniawian.
Roma 11:5 berkata: “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia.” Ada suatu sisa menurut pilihan kasih karunia, yaitu saudara dan saya, serta semua orang yang mau meresponi kasih karunia Allah itu.
Walaupun mayoritas memilih untuk tidak beriman, saya akan memilih untuk tetap beriman. Pilihan ada pada kita, masihkah kita mau tetap teguh percaya kepada Kristus atau meninggalkan Dia? Responi kasih karunia-Nya dengan beriman kepada Tuhan.
Valentine Menurut Alkitab
Di dalam Alkitab tidak ada kata valentine. Perayaan yang diperintahkan Tuhan di dalam Alkitab tidak ada yang bernama valentine dan tidak juga ada yang berhubungan dengan valentine.
Dengan demikian, gereja tidak perlu merayakan hari valentine.
Beberapa gereja mengambil tema valentine dalam khotbah hari Minggu. Hal ini tidak dilarang, yang terpenting adalah esensi dari khotbah itu adalah tentang Kabar Keselamatan di dalam Kristus Yesus. Namun, gereja perlu berhati-hati agar jangan ada kesan bahwa valentine merupakan sebuah hari raya yang diperintahkan Tuhan.
Menurut tradisi, valentine merupakan hari kasih sayang yang dicetuskan oleh negara di dunia barat. Hari dimana pasangan kekasih menyatakan cintanya. Maka, kemudian ini menjadi suatu momen yang dimanfaatkan oleh industri untuk memasarkan produk mereka, seperti berlian, coklat, hiasan, kartu, dan sebagainya.
Dengan demikian, pertanyaan seputar valentina, mengenai apakah valentine adalah hari raya gereja, sudah terjawab yaitu bukan, karena tidak ada di dalam Alkitab.
Semua hari raya di dalam Alkitab, merupakan gambaran akan kedatangan Kristus Yesus yang harus kita rayakan. Yesus Kristuslah wujud dari apa yang dirayakan oleh umat Israel. Semuanya terpusat dan tergenapi di dalam Yesus Kristus.
Jadi, inti segala hari raya dan perayaan kita, baik itu di gedung gereja, maupun di dalam aktifitas kita setiap hari adalah Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.
Kolose2:16-17
“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.”
LGBT Dalam Alkitab
Bagi yang belum tahu apa itu LGBT, maka berikut ini adalah kepanjangannya, LGBT = Lesbian Gay Biseksual dan Transgender.
Saat ini, sedang ramai diperbincangkan di media sehubungan dengan support dana dari UNDP untuk kaum LGBT di Indonesia.
LGBT nampaknya sekarang ini mulai dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan dihalalkan oleh negara. Akan tetapi, Alkitab sudah memperingatkan dengan keras tentang hubungan sesama jenis.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang berisi larangan Tuhan untuk hubungan sesama jenis:
1. Imamat 18:22
“Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.”
2. Imamat 20:13
“Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”
3. Roma 1:26-27
“Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.”
4. Yudas 1:7
“sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang.”
Masih banyak ayat-ayat lain yang berisi teguran TUHAN terhadap dosa percabulan dan perzinahan, baik sesama jenis maupun yang sejenis serta segala hubungan yang tidak wajar, seperti dengan binatang. Hubungan seksual adalah pemberian dan anugerah TUHAN dalam pernikahan antara laki-laki dan perempuan. Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, LGBT merupakan sikap dan tindakan yang berlawanan dengan kehendak firman Tuhan.
Marilah turuti apa kata TUHAN. Tuhanlah yang berdaulat atas manusia, bukan sebaliknya sehingga Hak asasi manusia menjadi kebablasan. Hak asasi manusia haruslah berada dalam koridor firman-Nya.
Bagi saudara yang telah jatuh dalam dosa ini, maka bertobatlah. Tuhan membukakan pintu kemurahan-Nya buat saudara. Janganlah keraskan hatimu dan datanglah kepada Tuhan, meminta pengampunan-Nya dan tinggalkan dosa itu serta hiduplah dalam firman Tuhan. Tuhan akan mengampuni dan menolong saudara. Hubungi para hamba Tuhan yang terdekat di kota tempat tinggal anda dan carilah komunitas yang membangun iman dan saling menguatkan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Tongkat Buta dan Tuli
Orang buta biasanya berjalan dengan memakai tongkat. Tapi bila kita perhatikan di Eropa, ada orang buta yang memakai tongkat yang berwarna strip merah dan putih.
Di Indonesia kita mungkin tidak pernah memperhatikan soal warna ini. Biasanya orang yang buta saja, akan menggunakan tongkat dengan warna putih, atau mungkin juga warna lain yang hanya satu warna saja. Nah, orang yang buta dan tuli akan menggunakan tongkat berwarna strip merah dan putih ini.
Dengan demikian, apabila orang buta dan tuli ini sedang menyeberangi jalan, maka seorang supir kendaraan, akan mengerti bahwa klakson kendaraannya tidak akan berguna sama sekali, sebab orang yang akan menyebarang itu tuli, disamping juga buta.
Sikap empati terhadap mereka haruslah kita tunjukkan dengan membantu dan mengerti kebutuhan mereka. Komunikasi dengan mereka tentu harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Biasanya dengan sentuhan tangan atau bila memungkinkan dengan bahasa isyarat, apabila masih dapat melihat walaupun sangat kabur pandangannya. Sebab ada yang buta tapi tidak seratus persen.
Berbicara tentang buta dan tuli, kita ingat di dalam Alkitab ada penyebutan tentang buta dan tuli juga, tapi ini lebih parah daripada buta dan tuli jasmani. Matius 13:13 berkata demikian:
“Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.”
Tuhan Yesus menyampaikan hal ini kepada murid-murid, bahwa ia berbicara di dalam perumpamaan kepada mereka, yaitu orang-orang yang mengikuti Dia. Kenapa? berbicara dalam bahasa yang umum dan kalimat yang umum tidak akan membuat mereka berpikir dan merenung. Kebingungan mereka akan perumpamaan akan membuat otak mereka bekerja. Cobalah berbicara dengan orang bebal, perkataan kita pasti langsung mental, masuk telinga kiri, keluar juga dari telinga kiri, tidak ada efeknya sama sekali. Tapi bila, kita berbicara dengan suatu perkataan yang membuatnya bingung, misalnya pantun yang susah, otaknya akan berusaha berpikir.
Demikian halnya yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Komunikasi dengan orang yang buta rohani dan tuli rohani adalah susah, maka Tuhan berbicara kepada mereka dalam perumpamaan, agar mereka berpikir. Jadi, karena mata dan telinga rohani mereka tidak berfungsi lagi, Tuhan Yesus berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan kepada mereka. Mereka melihat tapi tidak melihat, mereka mendengar tapi tidak mendengar. Suatu keadaan cacat rohani yang parah.
Oleh karena itu, baiklah kita yang hidup ini, mengaktifkan mata dan telinga rohani kita kepada firman Tuhan. Janganlah kita menjadi kebal dan bebal terhadap firman-Nya. Jadilah pribadi yang berjalan dalam terang firman Tuhan, agar suara Tuhan lebih jelas dan gampang kita mengerti di dalam hati kita saat Dia berbicara. Haleluya.