Darah Yesus Menebus Dosa Kita

“Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Matius 26:28)
Dalam perjamuan terakhir bersama para murid, Tuhan Yesus mengambil roti dan cawan berisi anggur.  Ia berkata mengenai roti itu, “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.”
Seperti roti yang tercabik dan terpecah, begitulah tubuh-Nya terpecah dan tercabik agar setiap orang dapat makan dari roti sorgawi yaitu tubuh Kristus yang memberi kehidupan.  Tubuh-Nya tersalib dan mati agar tubuh kita memperoleh kehidupan.
Dan setelah itu, Tuhan Yesus mengambil  cawan berisi anggur, dan berkata bahwa itu adalah darah-Nya, yakni darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.   Ketika dalam proses menuju salib, Tuhan Yesus telah mencucurkan darah-Nya, yakni ketika ia disesah, dicambuk, dan dimahkotai dengan mahkota duri.  Darah mengalir bercucuran, bukan hanya setetes dua tetes, melainkan begitu banyak darah-Nya yang keluar.  Demikian pula, ketika Ia disalibkan, ketika paku ditancapkan ke kedua tangan dan kedua kakinya, darah-Nya mengalir membasahi bumi,  Begitu pula, ketika seorang prajurit Romawi menusukkan sebuah tombak ke lambung-Nya, darah-Nya kembali tertumpah.
Tuhan Yesus telah mengetahui sebelum Ia disalibkan, karena tujuan kedatangan-Nya adalah untuk disalibkan untuk menggantikan kita sebagai yang terhukum.  Ia telah menanggung kutuk dosa kita di atas kayu salib supaya kita tidak binasa karena dosa.  Darah-Nya adalah darah perjanjian yang mengampuni kita dari segala dosa.  Darah-Nya yang suci, layak untuk menebus segala dosa kita.
Setiap orang sudah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.  Siapakah yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri ?  Dapatkah manusia yang berdosa menyucikan dirinya dengan perbuatan baiknya ?  Tidak ada.  Hanya pengampunan Allah yang menjadi jalan keluar bagi kita, segenap orang-orang berdosa.
Dan Tuhan Yesus Kristus menawarkannya kepada kita semua, kepada saudara yang sedang membaca renungan ini.  Maukah saudara menerima panggilan Allah untuk datang kepada-Nya, menerima pengampunan dosa di dalam Tuhan Yesus Kristus?
Hari ini adalah hari penentuan buat saudara, jangan tunda besok, karena besok kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.  Lakukanlah hari ini, karena kasih karunia Allah terbuka lebar untuk saudara.
Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan terimalah anugerah keselamatan daripada-Nya.  Di dalam Dia, ya hanya di dalam Yesus Kristus, kita memperoleh pengampunan atas segala dosa kita dan menerima anugerah keselamatan serta kehidupan yang kekal.

Aku Akan Datang Kembali

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah juga kepada-Ku.  DI rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.  Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.  Sebab Aku pergi kesitu untuk menyediakan tempat bagimu.  Dan apabila Aku telah pergi kesitu dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”
(Yohanse 14:1-3)
Tuhan Yesus mulai menyatakan hal-hal yang mendasar dan penting bagi iman para murid karena tidak lama lagi Ia akan ditangkap, diadili dan disalibkan.  Murid-murid belum menyadari sepenuhnya tentang realita mengerikan yang harus mereka saksikan yaitu pembunuhan Kristus oleh para prajurit Romawi, di atas tiang salib.
Kemahatahuan Kristus dinyatakan-Nya dengan pembekalan motivasi dan semangat agar para murid tidak gelisah mengenai apa yang akan terjadi dan akan kepergian Kristus, khususnya pada saat kenaikan-Nya ke surga nanti, setelah kebangkita-Nya dari antara orang mati.
Dalam ayat di atas, Tuhan Yesus mengatakan tentang janji-Nya untuk datang kembali.  Sepasti Kristus terangkat ke surga, demikian pula Ia akan kembali ke bumi untuk menjemput orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Tujuan kedatangan Kristus ke bumi yang kedua kalinya adalah untuk menjemput dan membawa murid-murid-Nya, yaitu seluruh orang yang beriman kepada Yesus Kristus, masuk ke dalam Kerajaan Surga dan berada bersama-Nya.
Kita tidak pernah tahu kapan tepatnya Tuhan Yesus Kristus akan datang kembali.  Mengenai hari dan saatnya tidak ada seorangpun yang tahu, akan tetapi kita tahu bahwa itu pasti terjadi.  Dan adalah suatu sukacita karena Kekasih Kekal kita yaitu Kristus senantiasa mengingat kita dan akan menjemput kita untuk tinggal bersama dengan-Nya.

Bunyi "klik…klik.." Dari Sebuah Kotak

Kepolisian Tokyo menerima telepon yang menyebutkan adanya kotak yang dicurigai berisi bom di sebuah restoran.  Dengan segera para petugas polisi pergi menuju kesana. Sang penelpon berkata, “Dari dalam kotak ada suara seperti klik…klik…”.
Seluruh penghuni gedung dimana restoran itu berada diperintahkan untuk keluar ke tempat aman.  Sekitar 100 petugas anti bom berusaha menjinakkan kotak itu dengan menggunakan nitrogen cair.
Setelah satu setengah jam, mereka kemudian menscan kotak itu dengan sinar X.  Ternyata, kotak itu tidak berisi bom sama sekali, melainkan hanyalah potongan daging.
“Saya sudah bilang berkali-kali bahwa kotak itu berisi daging yang baru keluar dari oven sehingga berbunyi klik..klik… tapi tidak ada yang percaya”, kata seorang anak kecil yang membawa kotak itu ke restoran.
Setiap orang memiliki rasa takut.  Rasa takut itu terkadang dapat mencegah kita dari sesuatu yang tidak baik, namun ketakutan yang berlebihan dapat membawa efek tidak baik bagi jiwa.   Pemazmur Daud berkata, “Sekalipun aku berjalan di dalam lembah bayang-bayang maut (kekelaman), aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.”
Hidup kita ada di dalam tangan Tuhan. Dia telah mengatur semuanya.   Jangan takut! Amin.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.  (Mazmur 23:4)  

Mengakui Yesus Di Hadapan Manusia

“Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 10:32)
Kata “Mengakui” dalam ayat di atas berasal dari bahasa Yunani yaitu “homologeo”, yang dalam konteks ini berarti bahwa mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan atas kehidupan kita secara terus terang, di hadapan orang lain, bahkan di hadapan orang-orang yang membenci atau menentang Tuhan Yesus.
Seorang pria di sebuah kapal ditanyai oleh segerombolan orang yang membawa pedang, apakah dia seorang Kristen atau bukan.  Meskipun ia Kristen, tapi ia mengatakan bahwa ia bukan Kristen.  Kristen bermakna sebagai pengikut Kristus.  Segerombolan orang itu pun menyuruhnya untuk mengucapkan dua buah kalimat yang akan membuktikan bahwa ia memang bukan Kristen, tapi ia tidak dapat menyebutkannya karena tidak tahu.  Akhirnya, ia pun dibunuh di atas kapal dengan disaksikan para penumpang lainnya.
Beberapa waktu lalu, ISIS di Irak menangkap sekelompok pemuda dari salah satu suku yang ada disana.  Satu persatu dari mereka ditanyai apakah mau meninggalkan iman mereka dan memeluk agama yang baru.  Di salah satu video ditunjukkan, seorang pemuda menyatakan bahwa ia mau memeluk agama baru itu, dan ia pun mengikuti perintah untuk mengucapkan dua kalimat pernyataan keyakinannya akan agama yang baru.   Setelah itu, salah seorang anggota ISIS pun memenggal kepalanya.
Mengakui Tuhan Yesus Kristus di hadapan orang yang bersahabat tentu mudah, namun ketika ada ancaman antara hidup atau mati, hal ini bisa menjadi pertimbangan yang sulit bagi mereka yang ingin mempertahankan hidupnya.  Namun, pengakuan akan Kristus tidaklah akan sulit bila kita sungguh-sungguh secara total menyerahkan hidup kita ke dalam tangan Tuhan.
Dalam Lukas 9:24 tertulis: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”
Jadi, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, mari sadarilah akan kebenaran hal ini.  Jangan malu untuk mengakui bahwa kita adalah pengikut Kristus.  Jangan takut untuk mengakui Yesus di tengah ancaman kematian sekalipun, karena kita justru akan menyelamatkan nyawa kita di saat kita kehilangan nyawa karena Yesus Kristus.  Amin.

Apa Yang Kupunyai Kuberikan Padamu

“Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan padamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kisah Para Rasul 3:6)
Orang lumpuh yang tiap hari duduk meminta sedekah kepada para pengunjung Bait Allah di Yerusalem, berharap akan diberikan uang oleh Petrus dan Yohanes, saat disuruh untuk menatap mereka.   Ia tidak berpikir tentang kesembuhan dan ia sama sekali tidak mengira bahwa hari itu adalah hari dimana ia akan disembuhkan secara total dari kelumpuhannya.
Perkataan Petrus kepada orang lumpuh ini, merupakan perkataan yang didasarkan kepada keyakinan penuh akan otoritas kuasa Tuhan Yesus yang telah diterimanya sebagai rasul dan murid.  Bukan sekedar sebuah perkataan sia-sia dari Petrus namun perkataan yang mengundang kuasa sorga.
Ia tidak memberikan uang, emas atau perak.  Dari sini kita dapat menyadari bahwa emas dan  perak tidak dapat menolong orang yang lumpuh ini.  Banyak orang yang mengira bahwa uang adalah segalanya, emas adalah segalanya, harta adalah segalanya, tapi tidak menyadari bahwa uang, emas dan harta bukanlah segala-galanya.  Ada saatnya dimana uang, emas dan harta tidak dapat menolong kita.  Lagipula di saat-saat dimana sepertinya uang, emas atau harta telah menolong, sesungguhnya pertolongan itu bukanlah disebabkan oleh hal-hal itu, tapi hakikat pertolongan itu datangnya dari Tuhan, sang Pencipta.
Perkataan Petrus memposisikan emas dengan kuasa Allah secara berseberangan.   “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai kuberikan kepadamu”, demikian kata Petrus.  Apa yang dimiliki Petrus? Kuasa Kristus.   Bukankah kedua hal ini yang seringkali menjadi pertentangan berat dalam hati manusia yang menyebabkan mundurnya, jatuhnya, bimbangnya, dan murtadnya manusia dari Tuhan?
Uang, emas, harta duniawi, telah menyebabkan banyak orang terjatuh ke dalam jerat dosa dan ikatan duniawi.  Nampaknya, harta duniawi lebih mempesona daripada kuasa dan hadirat Allah.  Banyak orang jatuh dalam dosa kesombongan karena bergelimang harta sehingga menyepelekan kuasa Allah.  Sebaliknya, banyak orang juga yang jatuh dan mundur karena merasa tidak mendapatkan pernyataan kuasa Allah dalam hidupnya.  Padahal kuasa Allah sesungguhnya telah dan sedang bekerja di dalam kehidupannya.
Petrus bukanlah seorang hamba Tuhan yang bergelimang harta duniawi.  Ia adalah seorang hamba Tuhan yang benar-benar mengandalkan hidupnya berlandaskan iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus Kristus.  Sehingga di dalam hatinya tidak ada kebimbangan dan kekuatiran akan hari ini, esok dan nanti.  Ia pun tidak bimbang ketika ada tantangan dalam pelayanan karena Ia percaya penuh kepada otoritas kuasa Kristus yang ada di dalam dirinya.
Seorang hamba Tuhan yang bimbang dan ragu akan soal penghidupan dan berbagai masalah kehidupan, perlu mengoreksi diri dan kembali kepada dasar iman.  Benarkah kita telah beriman penuh kepada Kristus? Ataukah kita beriman setengah kepada harta kekayaan duniawi?  Bukankah hidup itu bukan hanya soal makanan dan pakaian? Lalu mengapa kekuatiran masih ada? Bila diri kita sungguh-sungguh adalah anak-anak Tuhan, maka kita tidak akan kuatir dan takut dengan apapun juga, karena ada Tuhan yang kuasa-Nya selalu bekerja di dalam kita.
Pada akhirnya Petrus berkata kepada orang lumpuh itu, “Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”  Lalu orang lumpuh itu bangkit dan berjalan.   Kuasa Tuhan dinyatakan melalui kesembuhannya.  Masalah demi masalah bisa saja terjadi di dalam hidup kita, dari yang terkecil sampai yang terberat, tapi menghadapi masalah, kita tidak dapat mengandalkan harta duniawi sekalipun harta saudara mungkin banyak. Kita tidak dapat mengandalkan apa-apa selain daripada Tuhan Yesus Kristus.   Berharaplah kepada Yesus Kristus yang sanggup melakukan segala perkara.  Ketika masalah menerpa kita, berdoalah dan berkata-katalah dalam kuasa Tuhan. Perkatakan firman Tuhan dan kata-kata iman dengan penuh kepercayaan kepada Kristus.
Kita dapat menilai diri kita sendiri seberapa besar iman kita kepada Kristus saat kita berkata-kata, sebab akan terasa seberapa besar keyakinan dan seberapa besar kebimbangan dalam hati kita.  Janganlah mendasarkan pada pikiran kita sendiri di saat kita berdoa dan memperkatakan kuasa iman dan firman itu. Tapi landaskanlah  kepada Yesus Kristus.  Dia sanggup melakukan segala perkata, kita tidak sanggup, tapi Yesus sanggup.
Masalah apa yang saudara hadapi? Hadapilah dengan kuasa otoritas Tuhan Yesus melalui perkataan mulut saudara. Amin.

Operasi Plastik

Michael Jackson menjalani operasi plastik pada wajahnya karena tidak merasa puas dengan penampilannya.  Hasilnya, wajahnya justru nampak aneh.  Hal yang sama terjadi pula pada saudara perempuannya bernama La Toya Jackson.  Ia menjalani prosedur operasi plastik yang hampir sama dengan kakaknya, dan hasilnya pun ternyata mirip dengan Michael.  Media-media di Amerika Serikat menilai bahwa mereka lebih tampan dan cantik sebelum dioperasi plastik.
Kisah kegagalan operasi plastik wajah banyak terjadi di dunia.  Meskipun, ada yang nampaknya berhasil, namun merawat dan menjaga wajah yang telah dioperasi tidaklah mudah dan malah merepotkan.
Mengapa seseorang terdorong untuk mengoperasi plastik wajahnya disebabkan oleh karena ketidakpuasan dan penilaian rendah terhadap dirinya sendiri.  Seharusnyalah kita senantiasa mengucap syukur dengan penampilan kita, meskipun dinilai jelek oleh orang lain.  Janganlah kita hidup dibawah bayang-bayang penilaian orang terhadap penampilan bawaan kita dari lahir.  Martabat dan harga diri kita tidak terletak pada hal-hal lahiriah tersebut.  Sesungguhnya kita diciptakan segambar dan serupa dengan Tuhan, dan kita ini berharga di mata-Nya.
Bersyukurlah dengan apa yang ada pada kita.  Berterimakasihlah kepada Tuhan untuk segala keberadaan kita, karena dengan demikianlah kita dapat menjadi orang-orang yang berbahagia dalam menjalani hidup.
“tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”
(1 Petrus 3:4)

Apa Yang Harus Kami Perbuat?

Setelah mendengarkan khotbah Petrus, orang-orang bertanya kepada Petrus dan para rasul, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?”
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan penting karena merupakan tindak lanjut dari respon yang terjadi pada diri seseorang ketika mendengarkan berita Injil Kristus. Apakah yang harus kami lakukan? Apa yang harus aku lakukan?
Jawaban Petrus kepada mereka adalah, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima Roh Kudus.” (Kisah Para Rasul 2:38)
Bila saudara sudah mendengar berita Injil Kristus, dan saat ini bertanya tentang apa yang harus saudara lakukan, maka jawabannya ada dalam ayat ini.  Pertama, bertobatlah, artinya tinggalkanlah dosa dan kehidupan yang tidak berkenan kepada Tuhan.  Kedua, dibaptis dalam nama Yesus Kristus.  Kedua hal ini dilakukan berdasarkan iman saudara kepada Tuhan Yesus Kristus.
Maka setelah itu, saudara akan menerima karunia-karunia Roh Kudus yang akan menolong saudara untuk hidup dalam kebenaran Allah.  Jangan tunda-tunda, selagi masih ada waktu, segeralah lakukan sebab akan tiba waktunya dimana tidak ada lagi kesempatan.  Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan Yesus.

Bagaimana Jika Kita Mati Hari Ini?

Berapakah jarak antara hidup ini dengan kematian?
Ketika Putri Anne mengunjungi Smithsonian Institute di Washington, dia tertarik melihat kostum astronot yang ada disana dan bertanya kepada Neil Armstrong, astronot yang menginjakkan kaki di bulan.
“Apakah ada bahaya resiko kematian dengan kostum ini?”
Neil Armstrong menjawab, “Jarak antara hidup dengan kematian hanyalah kurang dari satu inci lapisan kostum ini.”
Kisah diatas hanyalah sebuah ilustrasi sederhana tentang betapa rentannya manusia terhadap kematian.  Tidak ada yang tahu kapan ia akan mati, karena itu ada dalam kehendak Allah.
Kita tidak dapat memilih untuk mati kapan, kecuali bunuh diri, yang mana itu adalah dosa.  Namun ada berita baik buat kita semua.  Saudara yang dikasihi Allah, walaupun saudara tidak dapat memilih kapan waktunya mati, namun saudara dapat memilih kemana saudara akan pergi setelah mati.
Saat ini adalah saat dimana saudara harus mengetahui dengan pasti kemana akan pergi setelah kematian.  Tahukah saudara kemana akan pergi setelah mati?  Alkitab berkata bahwa ada dua tempat bagi orang yang telah mati fisik, pertama adalah surga dan kedua adalah neraka.  Hanya ada dua pilihan tempat, dan pilihan itu tidak dapat dilakukan disana, melainkan disini, ketika kita masih ada di bumi.
Apa yang mau saudara pilih? Surga atau neraka?
Tentu surga !  Siapa yang mau kekal di neraka? Tidak ada.
Kalau saudara memilih surga, maka harus tahu jalan yang pasti menuju kesana.  Ini bukanlah mudah-mudahan, melainkan pasti, sekali lagi pasti menuju ke surga.
Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”  (Yohanes 14:6).  Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan menuju kepada Bapa yang ada disorga, tidak ada jalan yang lain.  Kalau seandainya ada jalan yang lain, tentulah Tuhan tidak akan memerintahkan para murid untuk bersaksi tentang Injil Kristus.
Tapi karena hanya melalui Yesus Kristus, maka Injil harus diberitakan ke segala bangsa agar semua orang mendengar dan beroleh keselamatan.
Yohanes 3:16 berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Kunci untuk memperoleh kehidupan kekal di sorga, hanyalah dengan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Iman kita kepada Kristus akan membawa kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang dikenan oleh Allah.  Roh Kudus akan membimbing kita untuk hidup benar sesuai Firman-Nya.  Tinggalkanlah dosa dan perbuatan yang melanggar firman-Nya.  Hiduplah dalam kebenaran Allah.
Jadi bagaimana keputusan saudara? Maukah memilih surga? Jika saudara mau, percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.  Bacalah bagian link Keselamatan di website ini, agar saudara dapat mengerti lebih jauh dan mengambil keputusan yang sungguh-sungguh untuk bertobat dan menerima Yesus Kristus di dalam hati dan kehidupan saudara.
Tuhan Yesus memberkati.

Hidup Menuruti Kata Tuhan

Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” (Lukas 4:22)
Orang-orang yang mendengar perkataan dan pengajaran Tuhan Yesus merasa heran akan kata-kata indah yang Dia ucapkan.  Tetapi keheranan mereka bukanlah bentuk kepercayaan.  Orang bisa saja kagum kepada ajaran Yesus, namun tidak mengimaninya.  Orang bisa berkata bahwa pengajaran Tuhan Yesus sungguh luar biasa, namun hatinya tidak percaya.  Demikianlah yang terjadi dalam kisah di dalam ayat ini.  Orang-orang yang ada di dalam rumah ibadat itu merasa heran akan indahnya perkataan Tuhan, namun setelah itu mereka bertanya: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?”
Pertanyaan setelah keheranan itu, membuat luntur keheranan dan kekaguman mereka.  Sebab dengan menilai Tuhan Yesus sebagai anak Yusuf, mereka sedang menempatkan-Nya dalam posisi yang biasa dan tidak menarik menurut penilaian mereka.  Orang seringkali membuat penilaian yang merendahkan setelah sebelumnya kagum dan heran.
Namun, Tuhan Yesus tidak memusingkan apa kata mereka terhadap diri-Nya, bahkan Ia mengerti dengan mengatakan bahwa seorang Nabi tidak dihargai di tempat asalnya.
Hakekat Yesus sebagai Mesias tidak berubah hanya karena perkataan yang merendahkan diri-Nya.   Hakekat-Nya sebagai Allah tidak pernah berubah meskipun orang-orang tidak percaya kepada-Nya.
Sesungguhnya, Ia bukanlah anak Yusuf secara lahiriah.  Ia datang dari sorga melalui kandungan dari perawan Maria yang dipakai Allah.
Marilah kita belajar dari kisah ini tentang bagaimana kita seharusnya hidup menuruti perkataan Tuhan dan bukan perkataan manusia.   Akan sangat melelahkan bila hidup menurut apa kata orang.  Dan bukan hanya itu saja, tetapi akan membuat stress bahkan depresi.  Sebab, kita tidak akan bisa memenuhi standard penilaian dari masing-masing orang, bahkan lebih parahnya lagi, kita dapat melenceng dari tujuan hidup kita yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Orang akan cenderung menilai rendah dan mendiskreditkan kita secara pribadi.  Bahkan, iblis akan berusaha terus menerus membuka masa lalu yang kelam yang pernah kita jalani, untuk menghalangi kita maju dalam hidup bersama Tuhan.
Galatia 1:10 berkata: “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”
Hidup kita tidak ditentukan oleh perkataan manusia tetapi oleh perkataan Tuhan.  Hidup kita tidak bergantung kepada penilaian orang lain, melainkan penilaian Tuhan.  Janganlah kita memusingkan segala ejekan, hinaan atau pendapat yang menjatuhkan dari orang lain.  Tentu secara positif kita harus mengambil makna dari semuanya itu dan berubah jika memang perlu.  Namun, apabila segala ejekan dan cemoohan itu berkontradiksi dengan apa yang sebenarnya, maka ingatlah untuk tetap fokus kepada apa kata Tuhan.  Hakikat dan harga diri kita sepenuhnya ada pada Tuhan.  Kita diciptakan segambar dan serupa dengan Dia.  Kita dipanggil dengan panggilan kudus.  Kita dibentuk dan dijadikan mulia oleh Tuhan.
Berjalanlah maju bersama Tuhan dan janganlah berhenti hanya karena perkataan orang lain.  Tuhan Yesus beserta kita senantiasa.

Bagi Tuhan Tak Ada Perkara Yang Sukar

Bruce Parker, seorang profesor tamu di Stevens Institute of Technology, New Jersey mengklaim Nabi Musa tidak mengandalkan keajaiban dari Tuhan untuk membelah Laut Merah. Tapi dia mungkin menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut saat memimpin orang-orang Israel menyeberangi Laut Merah, untuk menghindari kejaran tentara Firaun.
Apa yang dikatakan oleh Bruce Parker mencirikan orang yang tidak mempercayai kuasa dan mukjizat Tuhan.  Ia berusaha memahami segala sesuatu berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang terbatas dan tidak berdasarkan apa yang tertulis di dalam Alkitab.
Musa tidak mendasarkan hidupnya kepada kepandaiannya.  Selama 40 tahun proses yang ia alami di pelarian, membuatnya sadar bahwa ia tidak mampu.  Hal itu nampak ketika Tuhan memanggilnya untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, ketika Musa berkata bahwa ia tidak mampu.  Di saat itulah, ketika seseorang merasakan dirinya bukan apa-apa dan tidak mampu, Tuhan hendak memakai dan menunjukkan kemuliaan-Nya.
Terbelahnya Laut Merah, bukanlah karena Musa mengerti soal pasang surut.  Laut itu terbelah karena keajaiban kuasa Tuhan.  Tuhan membuat angin keras berhembus dan membelah laut itu dengan kekuasaan-Nya.
Bagi Tuhan tidak ada perkara yang terlalu sukar untuk Dia lakukan. Begitu juga di dalam kehidupan kita, Tuhan sanggup membuat jalan di saat tidak ada jalan, asalkan kita mau bersandar dan berharap kepada Tuhan sepenuhnya.  Janganlah bersandar kepada pengertian kita sendiri.
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (Lukas 1:37)