Oleh : Siana
Dalam hidup dan mati, Yesuslah satu-satunya harapan kita.
Ayahku meninggal di tahun 1991, ketika itu anakku baru berusia 1 tahun. Ayah meninggalkan seorang istri dan lima orang anaknya, termasuk aku salah satunya. Tapi beruntung karena Ayahku sudah mengenal dan percaya Tuhan Yesus.
Aku anak ke-4 dari 5 bersaudara. Suamiku orang Ambon dan melalui suamiku beberapa orang dari keluargaku menjadi percaya kepada Kristus.
Ibuku adalah seorang yang rajin berdoa, beribadah dan bersekutu dalam suatu komunitas, tetapi sayangnya walaupun ia rajin melakukan hal-hal tersebut, hatinya masih dipenuhi keraguan dan belum memahami betul siapa Yesus sebenarnya.
Tuhan menggerakkan hatiku untuk bercerita kepada ibu tentang ayah yang telah meninggal. Aku mengatakan bahwa ayah sudah berada di surga bersama dengan Tuhan Yesus. Ibuku terdiam saat aku bercerita seperti itu.
Tuhan memberikan kekuatan padaku untuk bertanya padanya apakah ia mau bertemu dengan Tuhan Yesus dan juga bertemu ayah di surga? Dengan tegas ibu mengatakan bahwa ia mau. Aku menyampaikan bahwa bila kita percaya kepada Tuhan Yesus maka kita pasti masuk surga karena Tuhan Yesus telah menjadi Juruselamat kita.
Puji Tuhan, sejak itulah ibuku dengan sungguh-sungguh percaya dan menerima Tuhan Yesus dalam hidupnya serta semakin rindu untuk mengenal Tuhan. Dan sampai akhir hidupnya, ibu setia kepada Tuhan Yesus.
Marilah kita tetap membicarakan tentang Tuhan Yesus kepada orang-orang lain dalam hidup kita, karena Yesus telah mati di salib bagi semua orang dan bangkit mengalahkan maut serta naik ke surga berkuasa atas segala sesuatu. Biarlah kabar sukacita itu didengar oleh semua orang.
2 Korintus 5:15 berkata:
“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”
Amin.