Lebih Dari Kartu Sakti

jesusprovideallNats Alkitab:
Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. (Matius 15:30)
Presiden Jokowi punya program yang dikenal masyarakat dengan “3 Kartu Sakti” yaitu Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Program ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah Indonesia kepada lapisan masyarakat yang miskin agar dapat hidup sehat, berpendidikan baik dan sejahtera.
Namun, ada yang lebih daripada 3 kartu sakti itu, Tuhan Yesus memberikan “kesaktian-Nya” yaitu kuasa-Nya secara langsung dimanifestasikan kepada orang-orang yang berbondong-bondong mengikuti Dia.  Dalam kisah yang tercatat di Injil Matius 15:30 di atas, jelas sekali kita menjadi mengerti mengapa orang-orang begitu antusias hingga berbondong-bondong bahkan berdesak-desakan untuk mencari jumpa dengan Yesus.  Mereka ingin disembuhkan, mereka ingin mengalami kuasa Tuhan.
Kemanapun Yesus pergi dan dimanapun Ia berada, disitu selalu orang berkerumun dan berharap agar dijamah Tuhan dan beroleh mujizat.  Pengharapan mereka tidak sia-sia sebab semua yang datang kepada-Nya disembuhkan-Nya.  Setiap orang yang datang kepada Tuhan Yesus dapat berharap dengan penuh kepastian bahwa ia akan mengalami pertolongan dan jamahan kuasa Allah.
Lebih dari kartu sakti yang sedang populer sekarang ini, Tuhan Yesus memberikan kepada kita yang percaya kepada-Nya jaminan-jaminan yang lengkap yang kita perlukan dalam hidup ini maupun hidup yang akan datang.
Ia menjamin kesehatan kita. Saat kita mengalami sakit, kita memiliki pengharapan akan kuasa kesembuhan Ilahi yang dikerjakan Tuhan Yesus dalam tubuh kita, sebab oleh bilur-bilur-Nya kita telah menjadi sembuh (Yes. 53:5).  Tuhan Yesus menjamin untuk memelihara kehidupan kita,  tak perlu kita kuatir akan soal-soal makanan, minuman, dan pakaian serta berbagai macam kebutuhan lain, sebab Dia adalah Tuhan yang memelihara kita (Matius 6:31).  Ia menjamin memberikan hikmat dan pengetahuan kepada kita.  Para murid Tuhan yang kebanyakan merupakan orang-orang tidak terpelajar, namun mereka menjadi penuh pengetahuan dan hikmat Tuhan sehingga dapat mengerti berbagai perkara yang sukar dan menjelaskan hal-hal yang tersembunyi (Kis. 4:13), dan yang terutama dari semuanya, Tuhan Yesus memberikan kepada kita jaminan kehidupan yang kekal di dalam surga (Yoh. 3:16, Yoh. 14:6)
Mengandalkan Tuhan adalah yang terbaik, sebab diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapnya pada Tuhan.  Jangan mengandalkan manusia atau kartu-kartu yang ada.  Berharap pada manusia kita akan kecewa, tetapi berharap pada Tuhan hidup kita akan selalu ditolong-Nya dan hati kita penuh sukacita. Amin.

Bukan Kata Orang Tapi Apa Kata Tuhan

Nats Alkitab:
Pendapat umum tidak kutakuti, dan penghinaan orang, aku tak perduli. Tak pernah aku tinggal di rumah atau diam saja, hanya karena takut akan dihina. (Ayub 31:34)
Ayat di atas merupakan ucapan dari Ayub, seorang yang hidupnya benar di mata Tuhan.  Ia senantiasa berusaha untuk berkenan kepada Allah, bukan kepada manusia.  Sehingga Ayub memiliki suatu prinsip hidup mengutamakan dikenan oleh Allah daripada manusia.  Dan oleh karena itu, ia tidak takut menghadapi hinaan dari orang-orang di sekitarnya sebab yang terpenting adalah Tuhan tahu isi hatinya dan Tuhan berkenan kepadanya.
Dalam kehidupan kita, seringkali kita terganggu oleh perkataan atau pendapat orang lain.  Bahkan yang lebih parah, orang lain menghina kita atas tindakan atau kondisi yang kita alami.  Apakah pendapat negatif atau hinaan orang lain akan membuat kita takut dan malu terhadap diri sendiri?  Kita perlu meneladani sikap Ayub yang tidak takut menghadapi pendapat miring terhadap dirinya.  Yang terpenting adalah kita hidup dalam kebenaran dan selalu mencari kehendak Tuhan.
Ketakutan terhadap pendapat negatif orang lain akan menyebabkan kita minder dan tidak maju.  Bahkan, tidak ada yang dilakukan karena takut menghadapi kritikan orang lain.
Ada cerita tentang dua orang dan seekor kuda yang sedang melakukan perjalanan.  Dua orang itu adalah seorang ayah dan anaknya. Saat perjalanan, ayahnya menyuruh anaknya naik kuda, dan ayahnya berjalan kaki, sebab kuda mereka tidak terlalu besar dan agar kudanya tetap kuat dalam perjalanan.  Ketika melewati sebuah desa, penduduk desa melihat mereka dan berkata: “Wah, sungguh anak yang keterlaluan, tidak tahu berkorban, masakan ayahnya dibiarkan berjalan kaki, sementara dia enak-enakan duduk di atas kuda?” Sepanjang jalan melalui desa itu, kata-kata semacam itu terus mereka dengar dari penduduk.
Setelah melewati desa itu, sang anak berkata kepada ayahnya, “Ayah, sebaiknya ayah yang naik kuda ini, biarkan saya yang berjalan kaki, karena tidak enak dilihat orang lain kalau saya yang naik kuda.”  Ayahnya setuju karena sedari tadi sudah pusing juga memikirkan pendapat dan hinaan penduduk desa.  Jadi, sekarang sang ayah yang naik kuda, dan anaknya berjalan kaki.
Setelah beberapa waktu, mereka tiba di sebuah desa lain dan harus melalui desa tersebut.  Penduduk desa itu melihat mereka dan berkata: “Waduh, kasihan sekali anaknya berjalan kaki.  Ayahnya gak punya belas kasihan ya kepada anaknya.  Masakan seorang ayah tidak peduli sama anaknya dan membiarkan anaknya berjalan sementara dia enak-enakan naik kuda?”  Sepanjang jalan melalui desa itu, kata-kata tersebut terus terlontar dari penduduk yang melihat mereka.
Setelah melewati desa itu, sang ayah dan anak, berhenti untuk membicarakan mengenai permasalahan yang mereka hadapi akibat perkataan-perkataan dan pendapat orang yang sinis terhadap situasi dan kondisi mereka.  Pada akhirnya, sang ayah dan anak mencapai sebuah kesepakatan dan akhirnya mereka berjalan sambil menggendong kuda mereka.
Cerita ini hanyalah sebuah perumpamaan bagaimana seharusnya kita meresponi pendapat negatif orang lain.  Jangan menjadi bodoh seperti ayah dan anak dalam cerita di atas yang akhirnya menggendong kuda.  Lakukanlah apa yang baik sesuai dengan hati nurani yang murni.  Mendengar hinaan orang lain, mungkin tidak dapat dihindarkan, tapi bagaimana meresponi hinaan itu haruslah kita bijak menghadapinya.
Firman Tuhan berkata dalam Galatia 1:10,  “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”
Renungan hari ini bukan untuk membuat kita tidak perduli kepada nasihat orang lain, tetapi agar kita jangan terganggu dengan hinaan dan pendapat negatif orang lain, supaya kita dapat terus maju dan menjadi berhasil dalam Tuhan.  Sebagai anak-anak Tuhan, setiap keputusan dan tindakan yang kita lakukan, apabila ada dalam kebenaran firman Allah, teruslah lakukan dan jangan takut menghadapi penghinaan orang.  Sebab yang terpenting bukan kata orang, tetapi apa kata Tuhan.
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati kita!

BBM Naik? Jangan Takut!

Nats Alkitab:
“Maka kita tidak takut, biarpun bumi bergoncang, dan gunung-gunung tenggelam ke dasar lautan.” (Mazmur 46:2)
Hari ini tepat jam 0.00 harga bensin dan solar naik. Sebagian besar masyarakat menolak kenaikan ini dan berdemonstrasi melawan kebijakan pemerintah.
Sebagian orang takut menghadapi melonjaknya harga-harga dan kuatir kebutuhannya tidak terpenuhi. Memang, perlu kita sadari masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya dalam kemiskinan dan penderitaan. Sehingga, kenaikan harga barang-barang akan sangat terasa memberatkan.
Bukan hanya mereka, tapi mungkin kita pun mengalami hal tersebut. Namun sebagai orang-orang beriman respons kita terhadap situasi sulit haruslah berbeda.  Kita punya Tuhan yang mengasihi dan peduli kepada kita.
Ayat di dalam Mazmur 46:2 menunjukkan bagaimana kita harus bersikap menghadapi keadaan yang sulit bahkan mengerikan sekalipun.  Reaksi orang beriman adalah “Tidak Takut menghadapi apapun”.
Marilah kita berkata: “Aku tidak takut, sekalipun BBM Naik, sekalipun situasi sulit, sekalipun harga-harga naik, sebab Tuhan besertaku!” Amin, Haleluya!

3 Detik Vs 3 Hari

Nats Alkitab:
Lalu perempuan itu  memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari keluar. (Kejadian 39:12)
Sebuah penelitian terhadap perilaku manusia menyimpulkan bahwa hanya perlu 3 detik untuk manusia berbuat dosa, sedangkan untuk berbuat kebenaran manusia butuh 3 hari untuk berpikir-pikir.
Inti dari hasil penelitian itu adalah bahwa lebih cepat manusia jatuh ke dalam dosa daripada berbuat yang benar.
Nats Alkitab di atas mengungkapkan bagaimana respons Yusuf terhadap godaan istri Potifar: LARI.  Bila Yusuf berlama-lama disitu maka sangat mungkin Yusuf akhirnya berzinah.
Jangan merasa diri kita kuat iman sehingga berani-berani bermain dengan godaan dosa. Respons yang benar adalah menjauh dari godaan.  Pemazmur Daud berkata agar kita tidak berdiri di jalan orang berdosa.  Jangan bermain-main ke tempat yang tidak benar dan merasa diri tidak akan jatuh dalam dosa.
Seorang mahasiswa teologi mengadakan penelitian tentang “kehidupan malam”, ia membuat skripsi yang berkaitan dengan perilaku dan kehidupan para pelacur.  Sejak pertama ia masuk ke dalam lingkungan tersebut, ia tidak pernah lagi keluar dari sana. Ia terjerumus ke dalam kehidupan berdosa yang sedang ia teliti dan skripsinya tidak pernah diselesaikan.
Teladanilah Yusuf yang menjauh dari godaan dosa. Jadilah pribadi yang kuat dalam iman dan bertindak melawan setiap pencobaan iblis. Jangan biarkan dirimu masuk ke dalam pencobaan.
Doa: Tuhan, pimpinlah kami untuk hidup pada jalan-jalan-Mu dan menjauhkan diri kami dari jalan orang yang berdosa.

Bertobat Karena Penginjilan John Harper

Nats Alkitab:
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (2 Timotius 4:2)
Empat tahun setelah kecelakaan kapal Titanic, seorang pemuda memberikan kesaksiannya di sebuah pertemuan di Hamilton, Kanada.  Ia berkata: “Saya adalah salah satu yang selamat dari karamnya Titanic. Pada saat itu, saya bertahan pada sebuah tiang yang mengapung di atas air.  Malam itu terasa begitu mengerikan. Kemudian ada gelombang laut yang datang dan membawa seseorang bernama John Harper, dia berasal dari Glasgow, dan ia juga sedang berjuang dan bertahan dengan memegang sebuah pecahan kapal yang mengapung.
John Harper bertanya kepada saya: “Apakah engkau selamat?”  Saya jawab, “Tidak.” Lalu ia berkata, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus maka engkau akan selamat.”
Gelombang laut kemudian membawa John Harper menjauh. Namun aneh sekali, beberapa waktu kemudian, gelombang laut yang dingin malam itu membawa John Harper kembali pada posisi yang dekat dengan saya. Dan John kembali bertanya kepada saya, “Apakah engkau selamat?”  Saya menjawab, “Tidak, sejujurnya saya merasa saya tidak selamat.”  Dan John berkata lagi kepada saya, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus maka engkau akan selamat.”
Beberapa saat kemudian, John Harper tenggelam ke lautan yang dalam di malam itu. Dan saat itu hanya tinggal saya sendirian disana dalam kegelapan malam, saat itulah saya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, dan menerima Dia dalam hati saya.
Kesaksian pemuda ini mengungkapkan bagaimana kegigihan dan ketekunan John Harper untuk memberitakan Injil sampai akhir hidupnya.
John Harper adalah seorang gembala Gereja Baptis di London dan saat itu hendak pergi ke Chicago untuk berkhotbah di Gereja Moody.  John pergi bersama anaknya dan saudaranya perempuan.  Anaknya dan saudaranya itu selamat tapi John Harper tidak karena ia berusaha menyelamatkan sekoci penyelamat yang kelebihan muatan dengan cara melompat keluar dari sekoci agar tidak kelebihan muatan.
John berpegang pada pecahan-pecahan kapal yang mengapung dan terus memberitakan Injil kepada orang-orang yang saat itu kedinginan di air laut.  John akhirnya meninggal karena hipotermia.
Para saksi mata yang selamat mengisahkan bahwa John Harper, sejak naik Kapal Titanic tidak pernah berhenti mengabarkan Injil sampai saat-saat terakhir dimana ia akhirnya tenggelam dalam lautan yang dingin itu.
Marilah kita mengingat kehidupan John Harper sebagai pejuang iman yang menginspirasikan kita untuk meneladani apa yang telah ia buat kepada sesamanya.  Ia terus memberitakan Injil, baik atau tidak baik waktunya, agar sebanyak mungkin orang masuk kerajaan Allah.
Apakah engkau selamat?
Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus maka engkau akan selamat!

Tersesat Di Sebelah

Nats Alkitab:
Para imam tidak lagi bertanya: Di manakah TUHAN? Orang-orang yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para gembala mendurhaka terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi Baal, mereka mengikuti apa yang tidak berguna. (Yeremia 2:8)
Seorang anak muda Filipina sedang travelling ke Chicago dan menginap di Hotel Sherman. Lalu, ia berjalan-jalan melihat kota, dan menjadi tersesat.  Ia lupa nama hotel tempat ia menginap, lupa lokasi hotel itu, dan lupa bagaimana penampakan hotelnya sehingga ia tidak dapat menemukannya lagi.  Akhirnya, ia memutuskan untuk menginap di hotel yang lain, yaitu Hotel Astor sedangkan tas dan kopernya masih tertinggal di Hotel Sherman.
Keesokan harinya, ia mencari-cari lagi hotel tempat pertama ia menginap, tanpa bertanya kepada pihak otoritas setempat.  Ia tidak bertanya kepada seorangpun dan hanya berusaha mencari dengan mengandalkan pemikirannya.   Selama lima hari ia mencari-cari hotel dimana semua barangnya berada disana dan tidak berhasil menemukan.
Setelah mencari tanpa hasil selama lima hari, akhirnya ia menghubungi otoritas setempat.  Polisi dengan segera menemukan dimana hotel tempat ia menginap pertama kalinya dan menginformasikan kepadanya bahwa selama lima hari ini ia telah menginap di Hotel Astor yang bersebelahan dengan Hotel Sherman.
Meskipun begitu dekat, namun ia tidak menyadarinya.  Dan selama lima hari, ia telah kehilangan damai, sukacita, dan kegembiraan serta tidak dapat menggunakan pakaian dan barang-barangnya yang ada di kopernya, semuanya hanya karena ia tidak mau memberitahukan kepada petugas bahwa ia tersesat.
Cerita ini menjadi sebuah inspirasi dan gambaran tentang kondisi kehidupan rohani betapa kita semua sesat seperti domba dan harus menyadari bahwa kita perlu bertanya dan mencari Tuhan.  Kita perlu Tuhan dan pengenalan akan Dia.  Dengan kekuatan dan pikiran kita sendiri kita akan tersesat.  Banyak orang menyangka jalannya lurus, padahal ujungnya menuju kepada kebinasaan.  Bertanyalah dan carilah Tuhan maka kita akan hidup.
(Kisah diterjemahkan dari tulisan Tom Olson)

Makna Dalam Perintah Mencungkil Dan Memenggal

Nats Alkitab:
Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka. (Matius 5:29-30)
Dalam nats Alkitab di atas kita dapat membaca suatu pernyataan Tuhan Yesus yang nampaknya begitu mengerikan sebab ada kata-kata untuk mencungkil mata dan memotong tangan dengan maksud agar terhindar dari neraka.
Namun benarkah Tuhan Yesus secara harafiah memerintahkan hal yang demikian? Tidak!
Mengapa? Hal-hal berikut ini menjadi alasan mengapa pernyataan tersebut tidak bermakna hurufiah, yakni:
1. Kalimat-kalimat untuk mencungkil mata dan memenggal tangan sebenarnya adalah gaya bahasa yang bersifat teguran yang keras. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia kita mengenal “Majas” atau gaya bahasa.  Ada bermacam-macam majas yang merupakan gaya dan cara penyampaian untuk mengutarakan maksud atau perintah tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering memakai majas atau mendengar orang lain memakai majas untuk menyampaikan maksudnya. Misalnya, “Lebih baik kau jahit saja mulutmu itu daripada menyinggung banyak orang”.  Maksud dari kalimat itu bukanlah untuk benar-benar menjahit mulut tetapi agar berhati-hati dalam berbicara supaya tidak menyinggung orang lain.  Contoh kalimat majas lainnya: “Lebih baik miskin daripada kaya tapi masuk penjara.” Maksud dari kalimat tersebut bukan benar-benar ingin menjadi miskin, tetapi maknanya adalah hidup itu harus jujur dan benar supaya tidak masuk penjara, kekayaan bukanlah fokus utama tapi hidup yang berintegritas kejujuran itulah yang terutama.
Jadi maksud Tuhan Yesus dengan kalimat mencungkil mata dan memenggal tangan adalah agar kita berhati-hati sekali dalam menggunakan mata dan tangan karena ada konsekuensi yang sangat mengerikan yaitu neraka, bila mata dan tangan dipakai untuk berbuat dosa.  Ancaman hukuman neraka itu begitu mengerikan sehingga kita harus mengendalikan anggota-anggota tubuh kita.
2. Dalam pengajaran-pengajaran-Nya, Tuhan Yesus sangat menekankan adanya perubahan dalam hati agar kita memiliki hati yang kudus dan benar, sebab segala tindakan itu muncul dari hati. Bila hati kita baik maka kita akan melakukan yang baik, sebaliknya bila hati kita jahat maka kejahatanlah yang akan dilakukan.  Jadi, sebenarnya memotong tangan atau mencungkil mata tidak akan dapat mengubah tabiat berdosa seseorang apabila hatinya belum berubah.  Sekalipun seseorang tangannya buntung, ia akan tetap punya tabiat dosa karena hatinya yang penuh kejahatan.  Maka dengan memahami hal ini, kita dapat mengerti bahwa Tuhan Yesus tidak memerintahkan untuk mencungkil mata atau memenggal tangan secara hurufiah namun kalimat perkataan Tuhan Yesus bermakna agar kita sungguh-sungguh menjaga tingkah laku kita agar terhindar dari neraka.
3. Dalam memahami suatu ayat kita harus melihat konteksnya dan membaca ayat sebelum dan sesudah serta membandingkan dengan ayat-ayat lainnya dalam Alkitab.  Dalam Roma 8:13  tertulis: “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.”  Ayat ini menekankan keharusan untuk hidup menuruti kehendak Roh Kudus dan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh. Jadi, ciri kehidupan seorang yang beriman adalah menuruti Roh Kudus dan mematikan perbuatan daging.  Orang yang beriman meski mempunyai mata, tangan dan kaki tapi mata, tangan dan kakinya mati terhadap dosa. Tubuhnya hanya dipergunakan untuk melakukan kebenaran.  Jadi, kembali lagi kepada pokok di atas, jelas bahwa perintah Tuhan Yesus agar kita mematikan anggota-anggota tubuh kita terhadap dosa, bukan berarti kita harus mencungkil atau memenggal anggota tubuh ini secara harafiah.
Saudara yang dikasihi Tuhan, perintah Tuhan Yesus dalam ayat ini sangat keras dan ekstrim, yang harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh agar jangan masuk dalam kebinasaan kekal. Marilah kita pakai mata ini untuk hal-hal yang suci bukan yang najis, marilah kita gunakan tangan ini untuk melakukan perintah Tuhan, bukan untuk melakukan perbuatan-perbuatan keji.  Marilah persembahkan tubuh ini bagi Tuhan agar kita masuk dalam kerajaan Sorga yang kekal.

Bukan Mobilnya, Tapi Kamu….

loveNats Alkitab:
Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. (Efesus 5:25)
Pada suatu pagi, seorang wanita sedang mengendarai mobilnya untuk pergi ke suatu tempat. Lalu sebuah insiden terjadi, ia menabrak sebuah mobil lain yang dikendarai oleh seseorang bernama Carl Coleman. Wanita ini menghentikan mobilnya dan turun untuk melihat kerusakan yang terjadi serta meminta maaf kepada Carl Coleman.  Ia sadar bahwa kecelakaan itu terjadi akibat kesalahannya dan ia mengakui hal itu kepada Carl, pria yang mobilnya telah ditabraknya itu.
Melihat kerusakan mobilnya sendiri, sang wanita menjadi takut untuk menghadapi suaminya.  Ia takut nantinya akan dimarahi habis-habisan. Carl Coleman  meminta wanita ini untuk menunjukkan SIM dan STNK nya.  Ia pun pergi kembali ke mobilnya untuk mengambil kedua dokumen itu.
Wanita ini mengambil SIMnya dan kemudian mengambil STNK yang tersimpan di dalam mobil.  Saat ia memegang STNK mobilnya itu, ia melihat sebuah tulisan tangan suaminya di atas secarik kertas yang diselipkan di dalam STNK itu.  Tulisan itu ditujukan untuk dirinya dan berbunyi:
“Jika terjadi kecelakaan, ingatlah Sayang, kamulah yang aku sayangi, bukan mobilnya.”
Wanita ini pun tersenyum membaca tulisan itu dan merasa damai karena ia menyadari bahwa ia tidak perlu takut terhadap suami yang begitu menyayanginya. Bukan soal mobilnya, tapi dirinyalah yang terutama bagi suaminya.
Bagaimana dengan para suami yang membaca ini? Apakah istri kita menjadi pribadi yang kita kasihi dan utamakan dibandingkan harta benda yang kita miliki?

Jangan Takut, Percaya Saja!

Nats Alkitab:
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”
(Markus 5:36)
Nats di atas berhubungan dengan kisah dibangkitkannya anak Yairus, seorang kepala rumah ibadat, oleh Yesus Kristus.   Yairus memiliki seorang anak dan anaknya saat itu sedang sakit keras dan hampir mati.  Lalu, ia pergi mencari Yesus karena ia percaya bahwa hanya Yesuslah satu-satunya yang dapat menolong anaknya itu.  Ketika ia bertemu Yesus, ia bersujud dan memohon dengan sangat agar Tuhan datang ke rumahnya dan menyembuhkan anaknya. (Markus 5:21-43)
Saat Yesus sedang berjalan menuju ke rumah Yairus, langkahnya dihentikan oleh seorang perempuan yang telah mengalami sakit pendarahan selama 12 tahun.  Yesus berhenti bukan karena ada suara permintaan dari sang perempuan yang sakit, namun karena Ia merasakan ada kuasa yang mengalir keluar dari tubuh-Nya oleh iman seseorang.  Perempuan yang sakit itu beriman kalau ia menjamah saja jumbai jubah Yesus maka ia akan sembuh, dan hal itu terjadi kepadanya.  Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.  Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
Sementara Yesus sedang berbicara, maka datanglah orang dari keluarga Yairus yang mengatakan bahwa anaknya sudah mati.  “Apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”, katanya kepada Yairus.  Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada Yairus: “Jangan takut, percaya saja!”.  Akhir dari kisah ini adalah anak Yairus dibangkitkan Tuhan Yesus dan hidup kembali dengan tubuh yang sehat.  Yairus mengalami mujizat karena percaya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa ini sungguh mengajar kita untuk mempercayai Tuhan lebih daripada mempercayai manusia.   Masalah atau persoalan seringkali membuat kita merasa kuasa Tuhan begitu kecil.  Tanpa kita sadari kita telah membatasi kuasa Tuhan dan lebih mempercayai logika pemikiran kita. Apalagi ditambah dengan banyaknya pendapat atau komentar orang-orang lain yang menambah hilangnya kepercayaan kita kepada Allah.
Gospel Banner menuliskan tentang iman seperti berikut ini:
Doubt sees the obstacles,
   Faith sees the way!
Doubt sees the darkest night,
   Faith sees the day!
Doubt dreads to take a step,
   Faith soars on high!
Doubt question, “Who believes?”
   Faith answers, ” I ! “
yang artinya:
Keraguan melihat kepada rintangan, tapi iman melihat jalan.
Keraguan melihat malam yang gelap, tapi iman melihat hari yang terang.
Keraguan membuat takut melangkah, tapi iman membuat terbang tinggi.
Keraguan bertanya: “Siapa yang percaya?”, Iman berkata: “Saya!”
Jangan berfokus kepada persoalan, tetapi fokuslah kepada Tuhan. Jangan putus asa dan putus pengharapan melihat situasi di sekelilingmu, tapi pandanglah kepada Tuhan yang sanggup menolong. Jangan takut untuk melangkah dalam iman, karena iman akan membuat kita terbang tinggi bersama Tuhan.
Jika orang-orang lain tidak lagi percaya, maka kita harus tetap teguh percaya kepada Tuhan.
Apa yang sedang saudara alami saat-saat ini? Tidak ada masalah yang terlalu berat bagi Tuhan.  Bagi Dia tidak ada yang mustahil.
Nats Alkitab di atas menunjukkan bagaimana tanggapan Tuhan Yesus terhadap situasi yang saat itu sangat melemahkan iman Yairus.  Orang-orang tidak akan lagi berharap kesembuhan karena anaknya sudah mati.  Mana mungkin lagi dia akan dapat dihidupkan?  Akan tetapi, dalam situasi yang kelihatannya tidak berpengharapan itu, Tuhan Yesus membangun iman sang ayah, Yairus, yang sedang dalam kebingungan dan kegelisahan karena mengingat akan anaknya yang kata orang sudah mati.
Sepanjang sejarah gereja Tuhan hingga sekarang ini, orang-orang yang percaya kepada Tuhan menaruh kepercayaan mereka kepada Tuhan meskipun kelihatannya segala sesuatu tidak memberi harapan lagi.  Di saat-saat dimana nampaknya mustahil ada jalan keluar, mustahil ada pertolongan, mustahil ada solusi, mustahil ada mujizat, di saat-saat seperti itu, Allah menganugerahkan iman yang diperlukan dan melepaskan umat-Nya sesuai dengan tujuan dan kehendak-Nya.
Jangan Takut, Percaya Saja!

Kasih Menutupi Dosa

Nats Alkitab:
Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8)
Kasih berarti kepedulian
Besar kasih, besar pula kepedulian
Sedikit kasih, sedikit pula kepedulian
Tidak ada kasih, maka tak ada kepedulian
Seandainya saja Allah tidak mengasihi kita maka kita akan menjadi orang-orang yang merana, ditinggalkan dan dibiarkan dalam keberdosaan menuju kebinasaan.
Namun, Allah sungguh mengasihi kita dan kasih-Nya itu begitu besar sehingga Ia mengampuni segala dosa kita.
Kasih dan pengampunan berjalan beriringan. Kasih dan kepedulian ada dalam satu jalan. Bila kita mengasihi maka kita mengampuni. Bila kita mengasihi maka kita peduli.
Sebagaimana Tuhan sudah mengasihi kita marilah kita mengasihi sesama kita. Hal ini berarti bahwa kita mengampuni dan peduli kepada orang lain.
Kasih menutupi banyak sekali dosa bukan berarti kompromi dengan dosa akan tetapi mengampuni dosa.  Kasih menutupi kesalahan, kasih menutupi pelanggaran, sebab kasih mengampuni.
Marilah hidup saling mengasihi seperti Allah yang telah lebih dulu mengasihi kita.