Dari sejak mula rancangan Allah bagi manusia adalah rancangan untuk memberkati. Langit dan bumi serta isinya diciptakan, untuk keperluan manusia. Tuhan mau agar kita hidup berbahagia dan bersukacita.
Kenyataan bahwa Tuhan mau kita hidup dalam berkat bukan berasal dari pemikiran manusiawi, tapi merupakan pemikiran Ilahi, karena merupakan kehendak Allah sendiri agar kita selalu hidup dalam berkat-Nya.
Saya sangat percaya berkat yang utama, yaitu keselamatan jiwa kita, menjadi fokus yang paling penting. Itulah sebabnya Tuhan Yesus datang dan mati disalibkan untuk menebus saya dan saudara dari perbudakan dosa dan maut. Kita patut untuk sangat bersyukur atas berkat keselamatan itu. Kasih-Nya telah menghidupkan kita oleh iman kita kepada Yesus Kristus.
Tapi, selain berkat keselamatan, Tuhan menjanjikan berkat pemeliharaan bagi kita supaya kita hidup dalam keberkatan Tuhan, senantiasa berkecukupan dalam segala hal yang kita perlukan bahkan berkelimpahan dengan segala sesuatu yang baik.
Allah akan mencukupi segala kebutuhanmu menurut kekayaan dan kemurahan-Nya di dalam Kristus Tuhan. Ia tahu bahwa kita butuh makanan, minuman dan pakaian. Bahkan Ia tahu semua kebutuhan kita dalam dunia ini.
Itu sebabnya, bagi kita tidak seharusnya kuatir tentang apapun juga, karena di dalam Dia, kita memperoleh segala kepenuhan.
Pengorbanan Yesus Kristus memberikan kita jaminan dalam 3 hal:
1. Tuhan memberikan keselamatan kekal.
Ketika tubuh jasmani mati, roh kita hidup kekal dalam sorga. Jaminan hidup kekal terhadap roh kita diberikan oleh-Nya.
2. Tuhan memberikan kedamaian dan sukacita bagi jiwa.
Pikiran dan perasaan kita dipenuhi dengan kedamaian. Jiwa kita tenang, hati kita damai. Dalam dunia yang bergelora dan kacau sekalipun, Tuhan memberikan jaminan hidup bahagia bagi jiwa kita.
3. Tuhan memberikan jaminan bagi tubuh jasmani kita.
Jaminan akan kesehatan dan kekuatan Dia berikan. Memang tubuh jasmani yang sekarang semakin hari semakin merosot (2 Kor. 4:17), namun pada akhirnya nanti, Tuhan menjamin untuk memberikan tubuh yang baru yaitu tubuh kebangkitan yang tidak dapat mati.
Hanya di dalam Tuhan Yesus kita memperoleh jaminan lengkap akan hidup kita baik di dunia sekarang ini maupun dalam kekekalan nanti.
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati kita senantiasa, amin!
(BT)
Kasih Allah Vs Dusta Manusia
Suatu kali, ketika uskup Warren A. Candler yang terkenal, sedang berkhotbah kepada sejumlah besar jemaat, dia menggunakan perikop kisah Ananias dan Safira, yang mendustai Allah dan dihukum mati karena dusta mereka.
Uskup itu berkata dengan lantang, “Allah tidak lagi menghukum mati orang-orang yang mendustai-Nya. Jika Dia masih melakukannya, dimanakah saya sekarang?”
Jemaat tertawa sinis, dan dia kembali berteriak, “Saya akan memberitahu anda dimana saya sekarang, jika Tuhan masih menghukum mati orang-orang yang mendustai-Nya, saya sekarang berada disini dan berkhotbah di gereja yang kosong!”
(Optimist Magazine)
Saudara yang terkasih, jangan pandang enteng kasih karunia Tuhan. KasihNya pada kita bukan berarti kesempatan bagi kita untuk hidup dalam dosa dan dusta.
Marilah kita jujur dan terbuka di hadapan-Nya.
Haleluya, kiranya Tuhan Yesus memberkati kita senantiasa!
(BT)
Siapakah Yesus?
Markus 8:27-30 menceritakan bagaimana Yesus bertanya kepada murid-muridNya tentang siapa diriNya.
Pertanyaan pertama dan jawabannya didasarkan pada apa kata orang tentang Yesus. Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Yohanes pembaptis, Elia, dan ada pula yang mengatakan bahwa Ia adalah salah seorang nabi.
Pertanyaan kedua Tuhan Yesus, tertuju kepada pemahaman dan pengenalan mereka tentang Yesus. “Menurut kamu, siapakah Aku?”, tanya Yesus pada murid-murid. Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias.”
Saudara yang dikasihi Tuhan, sejauh mana pengenalan pribadi kita terhadap Tuhan Yesus? Apakah imanmu adalah iman berdasarkan apa kata orang? Jika demikian engkau hanya ikut-ikutan. Tuhan Yesus mau agar kita mengenalNya secara pribadi, sehingga iman kita murni merupakan kepercayaan yang teguh dan sungguh kepadaNya.
Saat situasi sulit melanda hidup kita, iman kita tetap teguh dan hati kita sungguh mengenal Dia sebagai Tuhan yang maha baik dan Maha kuasa. Dan kita tetap percaya akan kasihNya yang tak berubah.
Siapakah Yesus menurut anda? Jika saudara percaya bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, sang Mesias, maka bersyukurlah karena kita memiliki iman yang benar. Kita tidak bisa menumpang pada iman orang lain. Haruslah iman kita benar-benar murni milik kita, bukan iman menurut kata orang.
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin!
(BT)
Harapan Dalam Yesus
Setiap hari adalah anugerah
yang baik dan terindah dari Allah
Baiklah tangan kita terus menengadah
S’bagai tanda hati yang berserah
Dalam hidup kadangkala ada masalah
namun janganlah hati kecewa dan marah
apalagi berniat untuk menyerah
Yesus lebih besar dan layak disembah
Menjalani hidup tetaplah setia
agar hati selalu penuh dengan suka
Roh Kudus memberikan jalan terbuka
asal mata kita s’lalu pandang ke sorga.
(BT)
Dari Pembunuh Menjadi Penginjil
Kisah Para Rasul 9:1-19 menceritakan tentang pertobatan Saulus secara mujizat. Saulus adalah orang yang diberikan wewenang untuk menangkap, memenjarakan bahkan membunuh para pengikut Yesus Kristus, yang disebut sebagai pengikut Jalan Tuhan.
Kebencian Saulus begitu besar sehingga ia menjadi begitu bersemangat untuk melakukan tugasnya ini. Salah satu korban yang dirajam di depan mata Saulus adalah Stefanus, seorang diaken yang penuh Roh Kudus.
Dalam pemikiran Saulus kala itu, ia sedang menyenangkan hati Allah yang ia sembah, padahal tidak demikian. Dalam perjalanan ke Damsyik, dia bertemu Tuhan Yesus, dan itulah titik balik dalam kehidupannya.
Kita dapat belajar dari kisah pertobatan Saulus untuk kita ambil hikmahnya dalam kehidupan kita, yaitu:
1. Melakukan tugas agama belum tentu selaras dengan kehendak Allah.
Saulus yang adalah orang Yahudi, mengira bahwa ia sedang melakukan kehendak Allah padahal sama sekali tidak. Dalam perjalanan ke Damsyik, ia diliputi cahaya, dan ia mendengar suara: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Saulus bertanya: “Siapakah Engkau Tuhan?” Suara dari langit berkata: “Akulah Yesus yang engkau aniaya itu.”
Menganiaya jemaat Tuhan sama artinya dengan menganiaya Tuhan Yesus, sang Alfa Omega, pencipta langit dan bumi. Dialah Allah yang berkuasa. Peristiwa di Damsyik menjadi salah satu bukti bahwa Yesus adalah Tuhan yang Maha Kuasa.
Hidup kita ini adalah anugerah Tuhan, marilah kita melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Apakah kita sedang melakukan kehendak Tuhan atau kehendak manusia? Apakah kita sedang menganiaya jemaat Tuhan? mungkin tidak secara fisik, tapi kita memecah belah umat Tuhan, kita “membunuh” jemaat denominasi lain, yang sama sama Kristen. Kita merasa diri lebih benar dari denominasi gereja lain. Hati-hatilah jangan sampai kita berbuat demikian. Kita semua yang percaya Yesus adalah satu tubuh di dalam Tuhan.
2. Terimalah Proses Pembentukan Dari Tuhan.
Setelah bertemu Tuhan Yesus, Saulus menjadi buta selama 3 hari. Selama 3 hari 3 malam ia tidak makan dan minum. Ia didoakan oleh seorang utusan Tuhan bernama Ananias dan ia pun dapat melihat.
Saudara yang dikasihi Tuhan, terkadang Tuhan ijinkan suatu proses yang tidak enak dalam hidup kita. Mengapa? Karena Tuhan mau kita berubah dan siap untuk dipakai Tuhan.
Jika saat ini kita mengalami proses Tuhan, renungkanlah, mungkin ada sesuatu yang Tuhan ingin kita lakukan bagiNya. Mungkin itu suatu perubahan sikap hati, tindakan atau gaya hidup, bahkan perubahan total dalam hal pekerjaan. Baiklah kita berdoa dan bertanya kepada Tuhan. Tuhan Yesus sungguh baik dan mau kita mengalami yang baik.
3. Hiduplah Bagi Tuhan
Pertemuan Saulus dengan Tuhan menjadi titik balik kehidupannya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat tahan menghadapi hadirat Tuhan yang kudus. Kita harusnya mati bila diliputi hadirat kekudusan Allah, sebab kita penuh dengan dosa. Namun, Tuhan memberikan hidup bagi Saulus. Ini adalah kesempatan hidup kedua yang diberikan Tuhan kepadanya. Saulus, yang kemudian berganti nama menjadi Paulus berkata bahwa hidupku bukannya aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Paulus menyerahkan hidupnya bagi Tuhan. Ia melayani Tuhan dengan memberitakan Injil dan membantu jemaat miskin.
Saudara yang terkasih, hidup kita sekarang ini adalah kesempatan hidup yang diberikan Tuhan untuk kita melayani Dia dan hidup bagi Dia saja. Hidup yang lama kita tinggalkan dan kita masuk dalam hidup yang baru yang dikehendaki Allah. Marilah kita mengerjakan panggilan Ilahi yaitu panggilan Kristus dalam hidup kita.
Tuhan Yesus menyertai kita, amin.
(BT)
"Something More" by Nick Vujicic
Belajar dari Nick Vujicic yang tidak patah semangat menjalani hidupnya meskipun kondisi fisiknya cacat. Ada “something more” dalam hidup kita yang harus kita syukuri dan jalani dengan tanggung jawab dan sukacita dari Tuhan.
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=GrV_ZvwZRvw&w=560&h=315]
Enjoy this video clip of a very blessed song! God bless you.
Taat Membawa Berkat
Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.” (Lukas 5:5)
Sebagian besar murid Yesus berprofesi sebagai penjala ikan. Karena daerah sekitar Galilea merupakan wilayah pantai/danau, tak heran jika banyak penduduknya menjadi nelayan. Hari itu, sekumpulan nelayan, salah satunya bernama Simon, mengalami peristiwa yang luar biasa. Bayangan akan pundi-pundi yang kosong mungkin sempat melintas di benak mereka ketika mendapati bahwa hasil tangkapan ikan malam itu sangat buruk. Sepanjang malam mereka bekerja keras, tetapi mereka tidak berhasil mendapatkan seekor ikan pun.
Nasib mereka berbalik saat berjumpa dengan Yesus. Selesai berkhotbah, Yesus memerintahkan agar mereka menebarkan jala ke tempat yang dalam. Ada kemungkinan Simon menebarkan jala dengan sedikit keraguan. “Tahu apa Tukang Kayu ini tentang ikan?” Namun, Simon justru melakukan perintah Yesus dan keraguannnya pun berubah menjadi rasa takjub. Jala mereka penuh dengan ikan! Saking banyaknya, ikan-ikan itu nyaris mengoyakkan jala dan menenggelamkan perahu mereka. Hari itu, Yesus memberi mereka pengalaman yang menakjubkan. Pengalaman yang tidak akan Simon lupakan seumur hidupnya.
Hari-hari ini mungkin kita sedang membayangkan hal-hal negatif akibat kondisi sulit yang kita hadapi atau kegagalan yang kita alami. Kita sudah berusaha sebaik mungkin, namun masih juga “mengangkat jala kosong”. Datanglah pada Tuhan Yesus, dengarkan firman-Nya, dan lakukan apa yang Dia perintahkan. Dia senantiasa menyertai Anda, tak bakal meninggalkan Anda seorang diri. Nantikanlah kejutan dari-Nya!
Mengutamakan Kekekalan Daripada Kenikmatan Sesaat
Oleh: Pdt. Billy Tambahani, MA
Nats Alkitab: Kejadian 25:29-34
“Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: “Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah.” Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: “Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu.” Sahut Esau: “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” Kata Yakub: “Bersumpahlah dahulu kepadaku.” Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.”
Ayat-ayat di atas merupakan sepenggal kisah hidup dua orang saudara kembar bernama Esau dan Yakub. Esau keluar lebih dulu dari kandungan ibunya, dan dia menjadi kakak. Yakub tentulah si bungsu karena keluar sesudah Esau. Namun mereka memiliki perbedaan dari segi fisik, jiwa dan rohaninya. Esau badannya berbulu (penuh rambut), sementara Yakub tidak. Esau suka berburu, sedangkan Yakub suka di kemah (anak rumahan). Esau disayang papanya (Ishak), sedangkan Yakub disayang ibunya (Ribka).
Kedua orang ini dan sifat mereka mewakili 2 golongan manusia dengan sifatnya. Yang pertama adalah golongan yang suka terburu-buru mengambil keputusan, dan golongan kedua adalah yang sabar dan mau menunggu. Kisah mereka banyak dijumpai ciri dan kesamaannya di masa sekarang dan perlu kita berhati-hati dalam melangkah supaya kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama seperti yang Esau lakukan.
Apa yang kita bisa pelajari dari Nats Alkitab tersebut adalah:
1. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan
Seringkali kita salah memutuskan sesuatu karena pertimbangan hawa nafsu. Penyesalan terjadi kemudian karena ternyata apa yang kita pilih dan putuskan membawa kerugian, kemalangan atau kesukaran. Esau adalah tipe orang yang memutuskan sesuatu dengan tergesa-gesa dan mementingkan keinginan daging saja. Ketika kita diperhadapkan pada situasi dimana kita harus memilih, hendaknya kita berserah kepada pimpinan Roh Kudus. Mintalah hikmat dari Allah agar kita tahu apa yang harus kita lakukan. Tuhan pasti menjawab setiap pertanyaan kita dan seringkali jawaban itu Tuhan taruhkan dalam hati kita. Saya menyebutnya sebagai sebuah “kesan dalam hati” atau “impresi” atau “suara hati”, dan suara hati itu harusnya kita dengarkan. Tentu saja kita harus dapat membedakan mana suara hati yang benar-benar dari Tuhan, dan mana yang hanya merupakan pikiran sendiri. Untuk sampai pada tahap itu, kita harus melatih kepekaan dan belajar taat kepada “suara hati yang dari Tuhan”. Terkadang Tuhan menutup jalan kita, dan di saat seperti itu, kita tidak boleh terburu-buru mengambil keputusan untuk berjalan. Waktu seperti itu sebaiknya kita berdiam diri menantikan Tuhan bekerja dan membuka jalan bagi kita. Waktu Tuhan adalah yang terbaik dan tidak pernah terlambat.
2. Jangan menggadaikan masa depan dan harga diri hanya untuk kenikmatan sesaat
Esau menjual hak kesulungannya hanya untuk sepiring kacang merah. Sungguh suatu harga yang sangat murah untuk sebuah hak kesulungan yang identik dengan berkat dan janji perlindungan di masa depan. Esau tidak menghargai dirinya sendiri, ia bukan saja memandang rendah hak kesulungannya, namun ia juga sekaligus merendahkan harga dirinya, merendahkan statusnya dan meremehkan anugerah Tuhan yang khusus bagi dirinya.
Dalam hidup ini, banyak situasi yang membuat kita seperti dalam tawar menawar “harga diri” dan “masa depan”. Seorang marketing properti “menjual dirinya” kepada calon konsumen hanya agar properti yang ditawarkannya jadi dibeli oleh calon konsumen itu. Harga dirinya begitu rendah dan ia tidak menghargai anugerah Tuhan bagi tubuhnya. Tubuh ini mulia dan segambar dengan Allah, janganlah dirusakkan dengan perkara najis dan tidak berkenan.
Banyak orang terjerumus ikatan obat-obatan dan narkoba, bukankah itu seperti menggadaikan masa depan dan harga diri hanya untuk kenikmatan sesaat? Berapa lama sih rasa senang dari narkoba? Berapa lama rasa senang dari berbuat dosa? Hanya sebentar, namun masa depan justru hancur berantakan. Tapi jika kita mau berbalik dari dosa dan datang kepada Tuhan, Tuhan tidak akan menolak kita, namun Ia akan bersukacita karena “anak yang hilang telah kembali” dan “anak yang mati telah hidup kembali”. Sukacita besar terjadi di sorga, ketika satu orang bertobat kepada Tuhan Yesus.
3. Jangan gadaikan iman hanya karena berkat duniawi yang sementara.
Esau tidak mau tahu soal hak kesulungan dan dia tidak menghargai berkat kesulungan itu. Hak kesulungan berbicara berkat dan perlindungan yang jangka panjang. Esau hanya mau berkat sesaat tanpa memikirkan yang jangka panjang.
Saudara yang terkasih, bukankah banyak orang yang juga lupa bahwa mereka telah menerima “hak kesulungan” sebagai ahli waris kerajaan sorga? Kita semua yang percaya kepada Tuhan Yesus, telah menerima janji kehidupan kekal di sorga. Ini adalah berkat yang luar biasa besar dan indah bagi manusia.
Namun, banyak orang yang menjual imannya dan meninggalkan Tuhan Yesus hanya karena “soal makanan dan penghidupan”. Karena jodoh, jabatan, pangkat, ada orang-orang yang meninggalkan Tuhan Yesus. Padahal berapa lama semua yang mereka peroleh di dunia itu dapat bertahan? Hanya sebentar dan kemudian sirna seperti uap, sedangkan jaminan hidup kekal itu tidak akan berakhir, namun bagi mereka yang telah melepaskan imannya, kekekalan itu sirna begitu saja.
Jadilah pribadi yang selalu rindu akan berkat sejati dari Allah. Biarlah kita selalu rindu akan kekekalan, yang jangka panjang, bukan orientasi hanya pada masa kini. Pandangan kita pada berkat sorgawi, bukan semata pada berkat duniawi. Rasul Paulus berkata bahwa aku memandang kepada yang tidak kelihatan karena yang tidak kelihatan itu kekal, sedangkan yang kelihatan itu hanya sementara. Fokus pandangan hidup kita kemana? kepada yang kelihatan atau yang tak kelihatan? kepada berkat materi semata-mata, kesuksesan dan keberhasilan duniawikah? atau kita fokus kepada kekekalan?
Tuhan Yesus berkata: “Carilah dahulu kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati saudara semua yang percaya dan hidup dalam firman-Nya, amin.
Kematian Bukan Masalah
Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu. (Lukas 2:29)
Setiap manusia tentu menghadapi saat batas: kematian. Alangkah baiknya jika kita sempat mempersiapkan diri dan merenungkannya. Seperti yang dialami oleh Simeon.
Waktu Simeon yang telah tua itu bertemu dengan bayi Yesus yang berumur delapan hari, ia tahu bahwa saat kematiannya telah dekat (ay. 26). Ia menghayatinya dengan “menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah” (ay. 28). Makna universal keselamatan umat manusia melalui penebusan dan makna individual akan kematian tubuh jasmaninya tertenun rapat dan utuh dalam diri Simeon. Nas hari ini mencatat ungkapan imannya yang begitu mendalam dan mengharukan.
Mengapa Simeon dapat menyambut akhir hidupnya dengan lapang hati? Karena ia telah mengalami karya Tuhan di sepanjang hidupnya. Ia bukan hanya hendak menekankan bahwa dirinya akan segera mati, melainkan bahwa dalam matinya ia lega karena telah mengalami lawatan Tuhan sejak masa muda sampai masa tua. Ini yang penting.
Jika kita mengalami Tuhan, kematian tak lagi menakutkan. Lawatan Tuhan adalah lawatan yang terus memberikan damai sejahtera kepada orang beriman, dalam hidup dan dalam akhir hidup, bahkan juga sesudah kehidupan sekarang ini. Itulah doa kita, bersyukur bahwa penyertaan-Nya tidak berkesudahan. Jangan salah paham, bukan berarti kita ingin cepat-cepat mati saja. Bukan itu. Rindukanlah Tuhan selalu, maka hidup dan mati tidak akan lagi terlalu bermasalah. Sebab di dalam kedua realitas ini ada Tuhan.
(AS)
Berdoalah Dengan Sungguh
“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.
Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”
Yakobus 5:16b-19.
Ayat ini menekankan tentang kesungguhan dalam berdoa sebab doa yang demikian akan menghasilkan jawaban dari Allah meskipun nampak mustahil. Nabi Elia menjadi contoh orang yang berdoa dengan penuh kesungguhan. Ia disebutkan sebagai manusia biasa, dan sama seperti kita. Elia bukan manusia super, dan ia juga tidak dapat berbuat apa-apa dari dirinya sendiri. Tapi apa yang dilakukan Elia? Ia berdoa dengan sungguh-sungguh dan ia mendapat jawaban Tuhan atas doanya.
Sama seperti Elia, kita tidak ada bedanya di mata Allah. Jika kita berdoa dengan sungguh-sungguh, maka mujizat Tuhan pasti akan dinyatakan.