Blusukan dan Kesederhanaan

pelayananyesusGaya hidup seorang pemimpin rohani harus mencerminkan kasih Kristus dan mencontoh teladan Yesus.  Dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus memberikan suatu pola pelayanan yang seharusnya diikuti oleh setiap pelayan Tuhan.  Dua hal yang menarik dari pelayanan Yesus adalah “Blusukan dan kesederhanaan.”
Istilah “blusukan” mulai terkenal sejak Jokowi menjadi walikota Solo dan kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta.  Pengertian blusukan saat ini intinya adalah pergi berkunjung atau berkelana ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi dan yang mengandung masalah yang tersembunyi.  Pengertian ini tergambar dari kegiatan yang dilakukan oleh Jokowi. Ia mempunyai suatu kebiasaan untuk berkunjung ke tempat-tempat kumuh, perkampungan dan tempat-tempat lain yang jarang dikunjungi oleh pejabat, dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat.  Dengan demikian, Jokowi akan lebih jelas mendapatkan informasi dan akan lebih tepat dalam mengambil tindakan atau kebijakan.
Selain “blusukan”, Jokowi juga menerapkan gaya hidup sederhana sebagai seorang pejabat pemerintah yang ada di puncak sebagai pimpinan daerah bahkan saat ini sebagai presiden RI. Pakaian yang sering dipakainya adalah kemeja putih dan celana panjang hitam.  Kendaraan yang dipakainya juga adalah mobil yang umum dipakai keluarga di Indonesia, yaitu Toyota Kijang Innova.  Hal ini berbeda dengan pejabat-pejabat lainnya yang menggunakan kendaraan mewah untuk kegiatannya baik dinas maupun non-dinas.
Fenomena Jokowi memang ada yang tidak menyukai, namun terlepas dari pro dan kontra yang ada, kita dapat belajar dua hal yang melekat pada Jokowi dan sebenarnya seharusnya ada dalam kehidupan pelayanan gereja, sebab kedua hal tersebut sudah begitu lama diajarkan dan diteladankan oleh Tuhan Yesus Kristus, yaitu “Pelayanan Perlawatan dan Kesederhanaan” (atau “Blusukan dan Kesederhanaan”).
Dalam Injil Markus 6:56 tertulis: “Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.”  Dalam ayat ini kita memahami bahwa Yesus melayani dan mengunjungi kampung-kampung, Ia bukan hanya melayani di kota, tetapi juga desa dan kampung-kampung yang ada.  Pelayanan seperti pola Yesus adalah pelayanan yang berkunjung, atau bahasa trendnya sekarang adalah “PELAYANAN YANG BLUSUKAN”, BUKAN PELAYANAN DI BELAKANG MEJA.”
blkmejaSeorang gembala jemaat atau pelayan Tuhan, pelayan penggembalaan gereja haruslah mengerti bahwa melayani Tuhan harus berfokus kepada jiwa-jiwa bukan kepada kertas-kertas dan dokumen di atas meja.  Punya meja kantor boleh saja, tapi bukan jadi fokus untuk terus menerus di belakang meja. Pelayanan Yesus adalah pelayanan untuk memberitakan kabar baik, menjangkau dan menyelamatkan jiwa yang tersesat dan memberikan kelepasan kepada yang terbelenggu serta mendoakan dan melenyapkan segala penyakit. Pelayanan yang seharusnya dikerjakan adalah pelayanan yang “menjemput bola” bukan “menunggu bola.”  Janganlah hanya duduk di belakang meja dan menunggu orang datang, tetapi berjalanlah juga berkeliling melihat masyarakat yang membutuhkan pertolongan, nasehat dan doa.  Tugas pekerjaan administrasi harus diberikan kepada mereka yang bertugas di bagian administrasi, tapi tugas seorang gembala dan pelayan penggembalaan haruslah fokus kepada pelayanan yang menjangkau jiwa, berkunjung bahkan “blusukan” ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi yaitu tempat atau jemaat yang miskin dan menderita serta bermasalah.
Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid untuk hidup dalam kesederhanaan.  Pesan Tuhan kepada mereka kalau mereka bepergian adalah supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.  Ada makna yang terkandung dalam pesan itu, yakni kesederhanaan dan penyerahan diri kepada Tuhan.  Seorang pelayan Tuhan harus selalu hidup sederhana dan berserah, tidak kuatir akan kehidupannya sebab semua dicukupi oleh Tuhan. Kesederhanaan itu dalam konteks sekarang ini adalah salah satunya sederhana dalam sarana transportasi.  Ada banyak pendeta yang memakai mobil mewah dengan alasan kenyamanan dan keamanan, tetapi sebenarnya berhubungan dengan gengsi dan harga diri serta kesombongan.  Semakin mewah mobil maka semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk perawatannya dan semakin menambah biaya hidup sehingga menekan pikiran menjadi berpikir duniawi lebih besar dibanding berpikir sorgawi.  Seorang bapak pernah mengatakan bahwa melihat gaya hidup para pendeta yang glamour  menyebabkan ia semakin menjauhi iman kristen.  Bukan Injil yang salah, bukan Tuhan Yesus yang salah, melainkan orang-orang yang menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan lah yang salah dalam memahami  dan menerapkan firman Tuhan.
Ingatlah selalu, bila saudara adalah seorang hamba Tuhan, apapun itu apakah seorang penginjil atau gembala atau pelayan Tuhan dalam bidang karunia yang saudara miliki, jadilah pelayan yang menerapkan kedua hal tersebut yaitu “Blusukan” dan Kesederhanaan, karena itu adalah ajaran Tuhan untuk kita lakukan.
 
 

Leave a Reply