Nats Alkitab:
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibrani 12:5)
Bacaan : Ibrani 12:1-17 (Nasihat supaya bertekun dalam iman)
Setiap orang percaya akan mengalami didikan Tuhan yang bisa berupa kesukaran atau penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi dalam kehidupan kita. Kesukaran dipakai Allah untuk menguji kualitas keimanan orang percaya. Ingatlah bahwa di padang gurun, segenap bangsa Israel diuji iman percayanya melalui berbagai macam kesulitan yang mereka hadapi dalam perjalanan di padang gurun seperti ketiadaan air, air yang pahit, munculnya ancaman kematian dari musuh, masalah makanan, dan berbagai persoalan lainnya.
Didikan Tuhan juga dapat berupa teguran lisan yang langsung ditujukan kepada kita atau melalui suara Roh Kudus dalam hati kita. Cara dan bentuk didikan Tuhan bermacam-macam dengan satu maksud untuk menjaga kita tetap dalam maksud dan rencana-Nya yang mulia.
Arti Teguran Tuhan
Teguran merupakan suatu hal yang sangat berarti bagi kita karena teguran itu mempunyai makna kasih, bukan benci. Ayat ini berkata bahwa Tuhan menegur orang yang dikasihi-Nya. Analogi dengan teguran Tuhan, ayat ini memperbandingkan sikap seorang ayah di dunia yang menegur anaknya karena sayang. Tidak ada anak yang tidak ditegur oleh ayahnya, sebab bila demikian maka anak itu bukanlah anak yang disayangi melainkan anak gampangan.
Makna teguran Tuhan adalah:
1. teguran Tuhan menandakan bahwa kita ini adalah anak-anak-Nya
2. jaminan kasih dan perhatian Tuhan kepada kita
3. mempunyai maksud dan tujuan yang mulia
Dua macam respon manusia terhadap teguran Tuhan
Respon tiap-tiap orang terhadap teguran yang sama bisa berbeda satu dengan yang lain. Respon yang bagaimana yang kita tunjukkan terhadap teguran Tuhan? Sikap dan reaksi kita sangat penting sekali karena akan mengakibatkan kita menjadi semakin mulia atau sebaliknya.
Ada dua sikap atau respons yang biasanya muncul terhadap teguran Tuhan:
1. Respon ketaatan
Orang yang rendah hati akan bersikap taat dan menerima dengan hati yang lapang setiap teguran dan didikan Tuhan dalam hidupnya, meskipun teguran itu mungkin berupa kesukaran yang harus dihadapi. Sikap ini akan membawa kita kepada penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan setia kepada-Nya dalam keadaan apapun. Dengan bersikap demikian maka kita tetap hidup sebagai anak-anak Tuhan yang mengalami pengudusan dan menuai kebenaran.
2. Respon memberontak
Respon yang negatif ditunjukkan ketika seseorang justru memberontak dan tidak menerima didikan Tuhan dalam hidupnya. Kesukaran atau kesulitan hidup menyebabkannya menjadi sosok yang mengabaikan dan menolak Tuhan sehingga menjadi murtad, tidak mempercayai Tuhan lagi. Hal ini berhubungan dengan iman yang tidak berakar kuat dalam hidupnya. Tuhan Yesus berbicara tentang orang yang imannya dibangun di atas pasir dan di atas batu (Matius 7:26). Setiap orang akan mengalami ujian yang sama, hal ini dinyatakan Tuhan Yesus dengan istilah angin, hujan dan banjir. Ujian yang sama akan dihadapi semua orang, namun responnya berbeda karena dasar imannya yang berbeda.
Bagaimana seharusnya sikap kita?
Sikap yang benar terhadap teguran dan didikan Tuhan adalah menerimanya dengan hati yang senantiasa berserah dan bersyukur kepada Tuhan, dengan senantiasa memandang kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan teladan kepada kita, bagaimana Tuhan Yesus telah menanggung penderitaan yang tidak seharusnya Ia tanggung. Dalam ayat 4 tertulis bahwa penderitaan kita tidaklah seberapa dan dalam pergumulan kita melawan dosa kita belum sampai mencucurkan darah.
Hasil didikan Tuhan bagi orang yang setia
Bagi setiap orang yang setia dalam kesukaran yang adalah didikan Tuhan akan memperoleh bagian dalam kerajaan Sorga. Hal ini dinyatakan dengan jelas bahwa setiap orang dihajar-Nya untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (ayat 10), perhatikan ayat 14 dikatakan bahwa tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan, dalam kerajaan Sorga kita akan melihat Tuhan karena kita mengalami kekudusan Tuhan.
Tuhan senantiasa bermaksud baik kepada kita, tidak ada peristiwa yang dimaksudkan-Nya untuk menjerumuskan kita ke dalam neraka, melainkan Ia bertujuan dan bermotivasikan Kasih kepada kita supaya kita terhindar dari murka yang akan diterima oleh dunia ini, dan agar kita masuk dalam kerajaan-Nya, tanah perjanjian yang kekal yang diwariskan kepada kita yakni sorga yang mulia.
Harga sebuah pujian
Nats Alkitab:
“Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; pada pemandangan Allah itu lebih baik daripada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.” (Mazmur 69:31-32)
“Anda telah memberikan kepada Tuhan 12 juta rupiah pada pagi hari ini,” ujar seorang hamba Tuhan kepada seorang bapak yang miskin dan tidak mempunyai banyak barang di dunia ini.
“Apa maksud Tuan?” tanya bapak tua miskin yang beriman pada Tuhan Yesus itu. “Saya tidak memiliki uang sebanyak itu untuk dipersembahkan,” katanya lagi.
Hamba Tuhan itu menjawab, “saya mendengar anda menyanyi memuji Tuhan.”
“Saya menghitung dari tadi bapak sudah menaikkan lima buah lagu kepada Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa pujian dan nyanyian syukur yang dinaikkan kepada Tuhan lebih berharga daripada sapi jantan. Jadi, bapak sudah memberikan kepada Tuhan sebesar dua belas juta rupiah”
(Adaptasi dari Choice Gleanings, “Value of a hymn.”)
Bahaya Kecanduan Game
Nats Alkitab:
“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24)
Kecanduan game merupakan fenomena yang banyak terjadi saat ini, bukan saja di kalangan remaja dan anak-anak, melainkan di kalangan orang dewasa juga. Kecanduan yang parah akan menyebabkan seseorang kehilangan koneksi atau hubungan dengan dunia nyata dan tenggelam dalam dunia game yang menyebabkannya mengabaikan banyak hal yang harusnya ia lakukan, bahkan mengabaikan keperluan dasar dirinya sendiri. Tidaklah mengherankan maka banyak kasus kecanduan game yang parah berujung pada kematian.
Asosiasi Psikiatrik Amerika membuat 9 tahapan kriteria dari orang yang kecanduan game:
1. Praokupasi:
Tahap dimana seseorang menghabiskan banyak waktu untuk berpikir tentang game meskipun tidak sedang bermain game, dan berpikir langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya.
2. Withdrawal/penarikan:
Tahap dimana seseorang merasa gelisah, mudah marah, murung, marah, cemas, atau sedih ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan bermain game, atau ketika tidak dapat bermain game.
3. Toleransi:
Tahap dimana seseorang mulai berpikir untuk meningkatkan jumlah waktu bermain game, mencari game yang lebih menarik, atau menggunakan peralatan/gadget lain yang lebih baik untuk meningkatkan kepuasan bermain game.
4. Pengurangan/Berhenti
Tahap dimana seseorang ingin mengurangi jam bermain game atau berhenti tapi tidak dapat mengurangi jumlah waktu bermain game
5. Tidak Tertarik Pada Kegiatan Lain
Tahap dimana seseorang sudah tidak tertarik pada kegiatan-kegiatan lainnya seperti melakukan hobi, bertemu teman, kegiatan outdoor dan kegiatan lainnya, kecuali hanya bermain game atau condong kepada game daripada kegiatan lain.
6. Melanjutkan Meskipun Bermasalah
Tahap dimana seseorang sudah tahu efek negatif dari game seperti tidak cukup tidur, terlambat ke sekolah/kerja, melalaikan tanggung jawab, mengabaikan tugas penting, menghabiskan terlalu banyak uang, dan berselisih paham dengan orang lain, akan tetapi tidak dapat menghentikan bermain game.
7. Berbohong Kepada Orang lain
Tahap dimana seseorang melakukan kebohongan dengan berbicara bohong kepada keluarga, teman atau orang lain tentang berapa banyak game yang anda mainkan, atau berapa lama anda bermain game.
8. Pelarian
Tahap dimana seseorang menjadikan game sebagai pelarian dari rasa bersalah atau permasalahan pribadi, kecemasan, stres dan depresi.
9. Resiko Kehilangan
Tahap dimana seseorang mulai masuk pada resiko kehilangan hubungan dengan orang-orang dekat, keluarga, teman-teman, kehilangan pekerjaan, pendidikan atau karir.
Lembaga kesehatan di Amerika menyebutkan bahwa kecanduan game merupakan suatu penyakit jiwa atau mental disorder. Kecanduan game yang dimaksud berkaitan erat dengan internet game. Hal ini disebabkan karena banyaknya kecanduan dan akibat buruk yang terjadi akibat kecanduan tersebut di berbagai belahan dunia. Ada anak-anak yang mati kelaparan karena orangtuanya kecanduan game berhari-hari. Ada pemain game yang mati karena kecapean bermain game terus menerus. Dan berbagai gangguan kejiwaan yang terjadi pada pecandu game.
Kita setuju bahwa kecanduan narkoba, minuman keras, judi dan kejahatan lainnya adalah perbuatan tidak benar dan upahnya adalah neraka (1 Kor. 6:10). Tapi banyak orang yang tidak sadar bahwa bentuk-bentuk kecanduan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi dan salah satunya yang parah adalah kecanduan game.
Alkitab berkata bahwa kita harus mengabdi sepenuhnya kepada Allah, mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita (Markus 12:30). Dulu penyembahan berhala begitu mudah dibedakan, mana orang yang menyembah patung atau benda lain selain Tuhan, akan tetapi seiring perkembangan jaman, maka setan berhasil menipu banyak orang Kristen sehingga melakukan penyembahan berhala-berhala modern yang membuat hati, jiwa dan pikiran serta kekuatan mereka tidak lagi untuk Tuhan tetapi untuk berhala modern itu.
Berhati-hatilah terhadap ilah jaman ini yang banyak berkedok dengan hal-hal yang nampaknya bagus dan tidak membinasakan, padahal sebenarnya membuat kita menjauh dari Tuhan.
Untuk melepaskan diri dari kecanduan game harus ada kerelaan untuk melepaskan diri, sadar dan mengakui bahwa kecanduan game merupakan dosa dan mau bertobat serta dilepaskan. Mintalah bantuan doa dan bimbingan khusus dari para hamba Tuhan atau konselor di bidang ini agar saudara dilepaskan dari kecanduan internet game.
Adoniram Judson, "The Jesus Christ Man"
Bible Scripture:
But none of these things move me, neither count I my life dear unto myself, so that I might finish my course with joy, and the ministry, which I have received of the Lord Jesus, to testify the gospel of the grace of God. (Acts 20:24)
When Adoniram Judson graduated from college and seminary, he received a call from a fashionable church in Boston to become its assistant pastor. Everyone congratulated him. His mother and sister rejoiced that he could live at home with them and do his life work, but Judson shook his head, “My work is not here,” he said, “God is calling me beyond the seas. To stay here, even to serve God in His ministry, I feel would be only partial obedience, and I could not be happy in that.”
Although it cost him a great struggle, he left mother and sister to follow the heavenly call. The fashionable church in Boston still stands, rich and strong, but Judson’s churches in Burma had fifty thousand converts, and the influence of his consecrated life is felt around the world.
(Source: Forward)
Adoniram Judson served for 40 years in Burma. What is your calling? What Lord Jesus wants you to do in your life? Let us do our responsibility to the heavenly calling in our whole life.
Bagaimana Membesarkan Anak
Jika seorang anak dibesarkan dengan kritikan,
maka ia akan belajar untuk menyalahkan;
Jika seorang anak dibesarkan dengan kebencian,
maka ia akan belajar untuk berkelahi dan memusuhi;
Jika seorang anak dibesarkan dengan ejekan,
maka ia akan belajar untuk menjadi penakut dan rendah diri;
Jika seorang anak dibesarkan dengan celaan dan hinaan,
maka ia akan belajar untuk merasa bersalah.
TAPI,
Jika seorang anak dibesarkan dengan toleransi,
maka ia akan belajar untuk sabar;
Jika seorang anak dibesarkan dengan pemberian semangat,
maka ia akan belajar untuk percaya diri;
Jika seorang anak dibesarkan dengan pujian dan penghargaan,
maka ia akan belajar untuk menghargai;
Jika seorang anak dibesarkan dengan keadilan,
maka ia akan belajar berbuat adil;
Jika seorang anak dibesarkan dengan perlindungan,
maka ia akan belajar untuk percaya;
Jika seorang anak dibesarkan dengan penerimaan,
maka ia akan belajar untuk menerima dirinya apa adanya;
Jika seorang anak dibesarkan dengan persahabatan,
maka ia akan belajar untuk mengasihi dan setia.
– Dorothy Lawe Holt –
Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29:17)
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus 6:4)
Siapa Saja Yang Masuk Kerajaan Sorga?
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Keselamatan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada setiap orang melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman yang dimaksud berarti percaya dan melakukan. Yakobus berbicara tentang pentingnya iman yang disertai perbuatan. Sekalipun keselamatan bukanlah hasil usaha kita, akan tetapi iman tanpa perbuatan adalah sia-sia belaka.
Dalam Matius 7:12 tertulis perkataan Tuhan Yesus: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Tuhan Yesus secara tegas mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa merupakan syarat untuk masuk Kerajaan Sorga, tapi sekali lagi hal ini bukan berarti bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan usaha kita sendiri.
Pengampunan dan penebusan oleh Kristus
Pengampunan Allah diberikan kepada kita melalui pengorbanan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Kematian Kristus telah menghapuskan dan menebus segala dosa kita. Setiap orang yang percaya akan penebusan di dalam Kristus Yesus akan memperoleh karunia keselamatan ini. Perhatikan bahwa sekalipun penebusan Kristus disediakan bagi semua orang, namun hanya yang percaya akan penebusan itu yang akan memperoleh karunia keselamatan dan kehidupan kekal.
Setiap orang yang percaya kepada Kristus, wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Kita harus membuktikan iman kita melalui perbuatan-perbuatan kita setiap hari. Dalam nats di atas Tuhan Yesus menyebutkan bahwa kita harus melakukan kehendak Bapa di sorga. Melakukan kehendak Bapa berarti ketaatan untuk tunduk atas setiap perintah dan firman-Nya dalam kehidupan kita dan menanggalkan semua dosa dan perbuatan-perbuatan kedagingan serta hawa nafsu duniawi yang membinasakan.
Allah mengaruniakan kemampuan untuk hidup benar
Setiap orang yang beriman kepada Kristus akan diberikan kemampuan untuk menjalankan hidup benar. Kita dapat melakukan kehendak Allah Bapa dan menjalankan hidup benar oleh karena kasih karunia dan kuasa Allah yang diberikan kepada kita melalui Kristus. Allah akan senantiasa menyediakan kemampuan untuk menaati Dia sesuai dengan kehendak-Nya, tindakan penyediaan ini termasuk tindakan penebusan Allah. “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13).
Setiap orang bertanggung jawab atas kasih karunia Allah
Penyediaan kemampuan oleh Allah bagi manusia untuk hidup benar tidak serta merta menghilangkan tanggung jawab manusia atas setiap keputusan dan tindakannya. Kita harus meresponi dengan baik tindakan penyediaan ketaatan itu dengan sikap hati yang mau tunduk dan taat kepada segenap kehendak dan perintah Allah. Setiap orang masih punya kehendak bebas untuk memilih dan menentukan apa yang hendak ia lakukan, apakah menuruti Allah atau menuruti keinginannya sendiri. Tiap orang masih bisa menolak untuk taat sekalipun ia sudah percaya. Hal ini berhubungan erat dengan kemauan dan kerelaan untuk menyalibkan kedagingan dan tunduk sepenuhnya kepada Kristus.
Dengan demikian siapa saja yang masuk Kerajaan Sorga? Dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus Kristus, kita mengerti dan mengetahui jawaban atas pertanyaan ini yaitu: Setiap orang yang percaya dan melakukan kehendak Allah Bapa, yang mendengar dan melakukan, yang beriman dan yang membuktikan iman di dalam perbuatannya. Amin.
Karunia Untuk Menikmati
Ada sebuah cerita tentang seorang ibu di Eropa yang akan bepergian menuju luar kota dengan menaiki kereta api. Perjalanan menuju kota tersebut akan melintasi daerah-daerah yang pemandangannya indah, ada pegunungan, bukit, danau, hamparan padang rumput dan bunga-bunga yang berwarna warni serta berbagai keindahan alam lainnya yang sayang untuk dilewatkan.
Tapi, sejak naik kereta dan sepanjang perjalanan, ibu ini begitu sibuk dengan barang-barang bawaannya. Tas-tas yang dibawanya, dibuka kembali untuk melihat apakah isi tasnya tidak ada yang ketinggalan. Lalu, ia mengeluarkan isi tas yang satu dan dimasukkan ke tas yang lainnya, ia mengatur ulang posisi isi tas yang dia bawa agar lebih rapi. Selain itu, ia juga mengambil kertas dan pulpen serta mulai menulis hal-hal apa saja yang hendak ia kerjakan, apa saja yang akan ia beli, barang-barang apa yang harus ada, dan kegiatan apa saja yang harus ia lakukan di kota tujuannya. Raut wajahnya menunjukkan ada banyak hal dalam pikirannya yang sedang berkecamuk.
Kemudian, ibu ini mendengar ada bunyi dari handphonenya, dan ia mengambil serta mulai asik dengan aplikasi chating yang ada di handphonenya itu, ngobrol dengan beberapa teman-temannya, dan membicarakan berbagai hal yang nampaknya begitu serius. Tangannya asyik menari-nari di atas tombol-tombol yang tak kelihatan alias “touchscreen” itu.
Sebagian besar penumpang lainnya menikmati perjalanan dengan memandangi keindahan alam daerah-daerah yang dilintasi kereta, sementara ibu ini sibuk dengan berbagai hal hingga lupa untuk menikmati keindahan pemandangan alam dari jendela kereta api.
Tanpa terasa perjalanan sudah selesai, kereta tiba di kota tujuan, dan saat itulah ibu ini tersadar, “sudah sampai?”, katanya. “Padahal saya belum melihat-lihat pemandangan di perjalanan tadi.” “Kok cepat sekali ya?” Dan ia pun menyesali sikapnya sepanjang perjalanan yang sibuk dengan berbagai urusan dan kerepotan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kisah ibu ini adalah gambaran sikap kita pada umumnya dalam perjalanan kehidupan. Banyak orang yang terlalu sibuk dengan berbagai hal, tidak ada keseimbangan antara satu hal dengan hal lainnya dalam hidupnya, sehingga lupa untuk menikmati indahnya kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
Seorang petinggi perusahaan otomotif di Indonesia, yang telah bekerja puluhan tahun untuk perusahaannya, berkata bahwa setelah ia berhenti dari pekerjaannya, ia baru menyadari bahwa ia telah melewatkan banyak hal dalam hidup rumah tangganya, dan dalam berbagai bidang lainnya. Ia terlalu sibuk dan fokus dengan karirnya sehingga ia lupa melihat perkembangan anak-anaknya dari kecil hingga bertumbuh besar. Masa-masa pertumbuhan anaknya ia lewatkan, dan ketika ia sadar, anak-anaknya sudah besar.
Banyak pula orang yang terlalu sibuk memikirkan masalah kehidupannya, kesusahannya, dan berbagai macam hal lainnya sehingga lupa bahwa begitu banyak hal yang dapat ia nikmati dalam kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
Kitab Pengkotbah 6:2 berbicara, “orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.”
Nats dalam kitab Pengkhotbah pasal 6 memberikan suatu kesadaran bahwa ada suatu tingkatan dalam hidup yang lebih tinggi daripada memiliki, yaitu menikmati. Berbahagialah saudara bila diberi karunia memiliki sekaligus menikmati. Akan tetapi, bila hanya diberi karunia menikmati maka nikmatilah berbagai hal yang Tuhan anugerahkan dalam hidup ini. Inti dari nats Pengkhotbah pasal 6 adalah karunia menikmati.
Di setiap tahun kita merayakan hari ulang tahun kita. Tanyakanlah pada diri kita sendiri, “Satu tahun sudah terlewati dan diambil dari kehidupanmu, berapa sisa tahun lagi yang engkau punya?, sudahkah engkau bersyukur dan menikmati hidupmu?”
Apakah kita termasuk orang-orang yang memiliki karunia menikmati atau tidak? Sayang sekali bila tidak. Ini tergantung pada sikap hati kita meresponi kehidupan yang ada. Bila hati kita senantiasa bersyukur maka kita dapat menikmati hidup ini dengan penuh sukacita dalam Tuhan. Marilah lihatlah keindahan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati!
Mengucapkan Shalom, Bolehkah?
Selamat berjumpa saudara yang dikasihi Tuhan, syalom,
Hari ini saya ingin berbagi tentang ucapan “Shalom” atau “Syalom”, yang sudah sering kita ucapkan dan dengar dari saudara seiman bila berjumpa atau berpisah.
Dalam Alkitab, ada banyak sekali kata-kata shalom di dalamnya. Salah satunya ada di dalam 2 Yohanes 1:3 yang tertulis: “Kasih karunia, rahmat dan SHALOM dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih“. Shalom yang tertulis di ayat ini, dalam bahasa Indonesia ditulis “damai sejahtera”.
Shalom (שָׁלוֹם) merupakan kata berasal dari bahasa Ibrani yang artinya sejahtera, Tidak ada yang hilang, Tidak ada perpecahan,kesehatan, dan kelengkapan. Dalam pengertian yang baru, yang diperkenalkan dalam Perjanjian Baru, Shalom bukan sekedar damai sejahtera biasa, tetapi damai sejahtera Allah, damai sejahtera sorgawi, damai sejahtera Kristus, karena Yesus Kristus adalah SHALOM bagi dunia ini. Nabi Yesaya menubuatkan Yesus Kristus sebagai SHALOM, dalam Yesaya 9:5 tertulis: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahuNya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, RAJA SHALOM“. Kristuslah sesungguhnya adalah SHALOM kita, karena Dia telah menghancurkan tembok-tembok pemisah, yaitu perseteruan kita dengan Allah, sehingga kita yang dahulu jauh kini menjadi dekat karena darah-Nya (Efesus 2:13-14).
Bahasa Arab dari Shalom adalah “Salam”, orang-orang Arab sejak dulu berkiblat ke Yerusalem sebagai pusat agama dan kepercayaan, sehingga ucapan-ucapan orang-orang Israel diikuti oleh bangsa Arab. Dalam kitab Kisah Para Rasul tertulis adanya orang-orang dari berbagai bangsa datang ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Pentakosta, dan di antaranya termasuk bangsa Arab. (Kis. 2:11). Bila orang Israel mengucapkan “Shalom Aleichem” maka orang Arab mengucapkan ucapan yang sama namun bunyi yang berbeda “Assalammu alaikum”.
Ada sebagian anak-anak Tuhan yang tidak menyetujui penggunaan kata Shalom bahkan dalam menyambut jemaat atau saudara seiman di gereja sekalipun. Hal ini cukup mengherankan karena terasa begitu aneh bila seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang adalah Shalom tapi tidak mau mengucapkan shalom kepada sesamanya. Mungkin ada pemahaman yang berbeda yang menyebabkan kata shalom tidak diucapkan.
Sebagai ganti kata shalom, justru banyak orang memakai kata halo, padahal halo berasal dari kata bahasa Inggris yang mengandung arti “Berhenti”, yang digunakan untuk menyapa seseorang. Daripada mengucapkan “Berhenti!”, akan sangat jauh lebih baik mengucapkan “Damai Sejahtera bagimu!” yaitu “Shalom”.
Suatu ketika di sebuah ibadah gereja, saat memulai menyampaikan khotbah, sang pendeta memulai kata pertamanya dengan “HALO”. Saya agak terkejut, karena selanjutnya pun tidak ada ucapan damai sejahtera atau shalom bagi jemaat padahal para rasul mempunyai kebiasaan mengucapkan shalom atau damai sejahtera Allah.
Marilah kita berhenti berargumen soal boleh tidaknya mengucapkan shalom, dan kembali kepada Alkitab, apa yang Alkitab katakan. Jadi, bolehkah mengucapkan Shalom? Boleh. Silahkan bahkan sangat dianjurkan mengucapkan kata ini. Damai sejahtera dari Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus menyertai kita semua, Shalom!
Berdoa Yang Dikehendaki Tuhan
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan,
Berapa banyak kali kita berdoa dalam sehari? Apakah ketika kita mempunyai suatu kebutuhan maka kita akan mendoakannya secara terus menerus sampai dijawab oleh Tuhan? Ataukah kita hanya berdoa sekali dan kemudian menunggu apa yang terjadi?
Dalam Matius 7:7-8 Tuhan Yesus berkata: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”
Dalam bahasa Yunaninya, ayat ini berbicara tentang suatu tindakan yang dilakukan secara terus menerus. Jadi, adalah sesuatu yang tidak tepat bila kita berdoa hanya sekali dan kemudian menantikan jawaban doa. Doa harus dilakukan secara terus menerus, ini adalah ajaran Tuhan Yesus sendiri.
Meminta mengandung arti bahwa kita menyadari akan kebutuhan kita dan percaya kepada Allah Bapa yang sanggup menyediakan apa yang kita perlukan. Mencari mengandung arti suatu tindakan permohonan yang sungguh-sungguh disertai dengan ketaatan dan penundukan kepada Allah. Mengetok menunjukkan suatu sikap ketekunan dalam memohon kepada Tuhan sekalipun belum dijawab oleh Tuhan.
Dalam ayat yang ke 11 dikatakan bahwa : “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Ayat ini berbicara tentang karakter Bapa sorgawi yang penuh kasih dan kepedulian kepada anak-anak-Nya. Karakter dan sifat Allah Bapa yang penuh kasih menjadi suatu jaminan bagi kita bahwa setiap doa dan permohonan yang kita panjatkan kepada-Nya dengan ketekunan, akan memperoleh jawaban yang baik dari Bapa sorgawi.
Bagaimanakah keadaan saudara sekarang ini? Apakah kebutuhanmu belum dijawab oleh Tuhan? Apakah saudara sudah mulai putus asa berdoa? Apakah saudara sudah mulai kehilangan kepercayaan kepada janji jawaban doa dari Tuhan?
Hari ini kita sudah belajar firman Tuhan tentang bagaimana berdoa, marilah kita dengan tekun terus menerus berdoa dan memohon kepada Tuhan. Allah Bapa yang baik akan segera menjawab doa-doa kita tepat pada waktu-Nya.
Belajar Dari Kisah Naaman
Shalom, selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ada satu kisah dalam Perjanjian Lama yang sangat menarik dan juga menakjubkan karena manifestasi kuasa Allah yang dahsyat di dalamnya. Kisah tersebut ada di dalam 2 Raja-raja pasal 5, kisah tentang Naaman yang disembuhkan Tuhan.
Naaman adalah seorang panglima tentara Aram, Syria, yang mau taat kepada perintah Tuhan Allah Israel melalui nabi Elisa. Ia sakit kusta dan penyakitnya itu membuatnya menderita secara lahir batin. Seorang gadis Israel yang menjadi tawanan tentara Aram, yang menjadi pelayan pada isteri Naaman, bercerita bahwa di Israel ada seorang nabi yang dipakai Tuhan dan ia pasti akan menyembuhkan Naaman.
Naaman akhirnya pergi kepada nabi Elisa di Israel dan ia disuruh untuk membasuh dirinya di sungai Yordan sebanyak 7 kali, maka ia akan sembuh. Semula Naaman enggan untuk melakukan itu, namun atas nasehat dan pendapat dari pegawai-pegawainya, ia pun taat dan ketika ia taat maka ia disembuhkan Tuhan. Dalam 2 Raja-raja 5:14 tertulis: “Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.”
Pelajaran apa yang kita peroleh dari kisah Naaman?
1. Kasih karunia dan keselamatan dari Allah tidak terbatas hanya untuk bangsa Israel
Kerinduan hati Allah adalah agar semua bangsa mengenal dan menyembah Dia. Bangsa Israel merupakan bangsa pilihan Tuhan namun kasih karunia-Nya tidak hanya untuk Israel melainkan untuk semua orang dan bangsa. Bangsa Israel menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kemuliaan dan eksistensi-Nya sebagai Allah yang berdaulat, mengatur, berkuasa, dan memelihara seluruh ciptaan-Nya. Kisah Naaman menjadi bukti bahwa Allah menunjukkan belas kasihan kepada bangsa bukan Israel dan menuntun mereka untuk mengenal Allah yang benar.
2. Ketaatan dan kerendahan hati merupakan kunci untuk mengalami mujizat Tuhan
Elisa menyuruh Naaman untuk mandi dalam air sungai Yordan yang keruh kecoklatan sebagai cara sederhana untuk menunjukkan kerendahan hati dan ketaatan. Naaman hampir tidak taat karena kesombongannya sebagai seorang yang terpandang dan berkedudukan tinggi. Namun akhirnya, ia mau merendahkan diri dan taat. Baik orang Aram maupun orang Israel tahu bahwa sungai Yordan tidak dapat menyembuhkan penyakit kusta. Naaman sadar bahwa kesembuhan yang ia alami adalah berasal dari kuasa Tuhan melalui sabda nabi-Nya.
3. Mujizat Tuhan membuat Naaman bertobat dan percaya kepada Allah yang benar
Naaman menjadi sadar bahwa hanya Allah yang disembah bangsa Israel lah Allah yang benar yang harus disembah setiap orang, Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Tuhan yang hidup. Demikianlah seharusnya berlaku bagi setiap orang yang mengalami mujizat Allah, yaitu bertobat dari dosa dan percaya kepada Allah serta hidup bagi Allah saja.
4. Kesembuhan Naaman tidak membuat nabi Elisa berbangga diri dan merasa berjasa
Nabi Elisa adalah nabi yang tidak gila hormat apalagi gila harta. Sebagai seorang hamba Allah, ia hanya melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepadanya. Dan oleh karena itu, ia merasa bahwa mujizat apapun yang terjadi bukan disebabkan oleh dirinya melainkan oleh Allah sendiri. Dan untuk itu, nabi Elisa bersikap untuk tidak menerima persembahan atau pemberian apapun dari orang yang disembuhkan Tuhan melalui pelayanannya. Naaman hendak memberikan pemberian yang banyak kepada nabi Elisa tapi ia menolaknya.
5. Kesembuhan yang Allah berikan tidak dapat dibayar dengan uang
Penyembuhan Naaman adalah tindakan kemurahan Allah yang sama sekali tidak dapat dibayar dengan uang. Yang Allah inginkan hanyalah agar setiap orang mengabdi kepada-Nya seumur hidup. Kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan merupakan yang diinginkan Tuhan dari setiap orang. Bukan uang, bukan persembahan tapi hati dan diri kita seutuhnya yang kita berikan hanya bagi Dia. Dengan demikian, Allah tidak hanya menolong orang yang kaya dan mampu secara materi, tetapi Allah menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan-Nya yang ajaib, sebab Allah tidak mata duitan dan tidak punya motif ekonomi dalam menyembuhkan seseorang.
6. Pelayan Tuhan yang memusatkan diri pada pengejaran harta materi akan mengalami ganjaran dan hukuman Allah
Gehazi, asisten nabi Elisa, memiliki hati yang serakah dan ingin mengejar keuntungan materi. Ia mengejar Naaman dan berdusta sehingga ia diberikan dua talenta perak dan dua potong pakaian oleh Naaman. Namun, oleh karena perbuatannya itu ia menerima kutuk penyakit kusta sepanjang hidupnya.
Melayani Tuhan harus didasarkan pada motivasi yang tulus untuk mengerjakan panggilan Allah dalam kehidupan kita, bukan pada motivasi untuk memperkaya diri dan hawa nafsu duniawi.
Sangat disayangkan bahwa ada hamba-hamba Tuhan yang berusaha untuk memperkaya diri dan mengumpulkan banyak harta dengan memberitakan darah Kristus yang tercurah, menawarkan keselamatan kepada yang terhilang, menyembuhkan orang sakit, atau memberikan bimbingan kepada mereka yang sedang dalam kesusahan. Tindakan semacam ini berarti memperdagangkan kemurahan Allah dan mengubah “kekayaan Kristus” menjadi “harta Mesir”, kekayaan rohani menjadi kekayaan duniawi.
Marilah kita terus belajar firman Tuhan dan dari kisah Naaman kita belajar tentang kerendahan hati dan ketaatan, serta motivasi yang tulus dalam melayani Tuhan dan senantiasa hidup dalam pertobatan yang mengabdikan diri kepada Tuhan sepenuhnya. Tuhan Yesus memberkati!