Good morning brothers and sisters in Christ,
There is a story of a young man who lives on Chapline River, Kentucky. He was out setting traps one evening for coons, when, by an accident, he got his finger caught in his own trap. It was an ingenious trap, made by a hole bored into a large log and nails driven in so that if the animal put his paw in for the bait, he would catch on them, and the more he tried to get away the worse he would be off. The boy caught his own finger, and found it impossible to get it out.
He stayed all night on the log, and to his horror found the next morning that the water was rising in the river, and that he would soon be swept out on that log, and that would mean drowning. So he took his knife in the other hand and cut off his finger to save his life.
This story remind us about the passage in Mark 9:43-48. In this passage, we read that Jesus Christ told his disciples and all the people following Him, to cut off their eyes, hands and feet if it make them stumble to sin. Let us read the passage below taken from Mark 9:43-48:
Christ states, “And if your hand offend you, cut it off: it is better for you to enter into life maimed, than having two hands to go into hell, into the fire that never shall be quenched: Where their worm dies not, and the fire is not quenched. And if your foot offend you, cut it off: it is better for you to enter halt into life, than having two feet to be cast into hell, into the fire that never shall be quenched: Where their worm dies not, and the fire is not quenched. And if your eye offend you, pluck it out: it is better for you to enter into the kingdom of God with one eye, than having two eyes to be cast into hell fire: Where their worm dies not, and the fire is not quenched.”
It was not Christ’s intention for this instruction to be taken literally. Eyes, hands and feet cannot, of and by themselves, commit sin. Sin begins in a person’s mind (James 1:14). For example, a person who is totally blind, or one who is missing an arm or leg, can still sin.
Christ was merely using parts of the body to make an important point. He was showing that Christians SHOULD NOT TOLERATE SIN as an integral part of their lives. If an individual has a sinful habit, he should overcome it, even though the process may be as painful as the loss of an arm or leg. Christ is saying that it is far better to forsake a sinful pleasure than to lose salvation.
The story of the boy whose finger caught in the trap is a good ilustration and lesson for us that we should break every bond of sin and evil from our life, and we should live in faithfullnes and obedience by continually doing what God order us to do.
Sederhana, Apa Adanya dan Bersyukur
Selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Banyak orang mengalami stres karena memikirkan masalah yang dihadapi. Penyebab stress adalah karena tidak dapat mengatasi perasaan takut, kuatir dan gelisah oleh sebab merasa bahwa masalahnya terlalu besar dan tidak dapat diatasi.
Suatu kali, seorang ibu menelepon saya dan mengeluhkan anaknya yang akan masuk TK dan membutuhkan biaya yang cukup besar dan ia tidak punya uang untuk menutupi biaya tersebut. Ia takut anaknya tidak bisa mendapatkan pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Ia kedengaran begitu kuatir dan gelisah dari nada suaranya.
Setelah ibu ini sudah selesai mengutarakan masalahnya, maka saya mulai berbicara kepadanya. Saya ceritakan bahwa anak-anak saya juga tidak masuk TK dan sama sekali tidak mengenyam pendidikan di TK meskipun umur mereka sudah masuk kategori anak TK. Saya katakan kepadanya agar tidak usah kuatir bila anaknya tidak bisa masuk TK, karena sebenarnya orangtua dapat mengajarkan pendidikan usia dini bagi anaknya sendiri. Yang dapat diajarkan adalah pengenalan huruf dan angka, pengenalan tulisan dan berhitung. Metode pembelajarannya pun harus “belajar sambil bermain”.
Kedua anak kembar saya tidak masuk TK karena pertimbangan biaya. Kami sudah cek bahwa syarat masuk SD tidak harus lulus TK, hanya umurnya saja yang dipertimbangkan oleh sekolah kala itu. Kami pun mengajarkan anak-anak untuk mengenal huruf, angka, tulisan dan hitungan sederhana. Sekarang anak kembar kami sudah duduk di kelas 3 SD di sebuah sekolah negeri yang bagus dan gratis.
Kisah konseling yang terjadi ini hendak saya bagikan karena saya ingin kita semua mengerti bahwa sebenarnya ada begitu banyak hal dan masalah yang tidak seharusnya membebani pikiran kita, dan ada begitu banyak masalah yang solusinya begitu sederhana, ada dalam pola pikiran kita sendiri.
Dalam hidup ini, biarlah kita senantiasa berusaha untuk hidup sederhana, apa adanya dan bersyukur atas segala yang ada. Jangan kita mengeluhkan berbagai macam kekurangan, ketidaktersediaan, dan sebagainya. Sudut pandang kita harus kita ubah agar kita dapat melihat permasalahan melalui sudut dan perspektif yang benar. Bila kita mengubah pola pikir dan cara pandang kita terhadap suatu masalah maka seringkali kita akan mendapati bahwa masalah tersebut sebenarnya tidak ada atau masalah itu begitu kecil sekali dan gampang diselesaikan.
Lebih dari 80% masalah yang dihadapi manusia disebabkan oleh pikirannya sendiri. Janganlah kita serupa itu dan ubahlah pola pikir kita sesuai dengan tuntunan Tuhan dalam firman-Nya agar hidup kita terhindar dari stres dan bahkan selalu dipenuhi sukacita dan damai sejahtera.
Sebagai anak-anak Tuhan marilah kita hidup secara sederhana, apa adanya dan selalu bersyukur agar pikiran kita tenang dan hati kita selalu gembira dalam Tuhan.
“Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1 Timotius 6:8)
Pujian Bagi Sang Ibu
Saya pernah membaca kisah seorang ibu yang mempunyai enam orang anak laki-laki dan membesarkan mereka dengan baik hingga besar dan mandiri, sampai mereka semua pergi dan hidup masing-masing jauh dari sang ibu.
Suatu ketika ibu ini mengalami sakit dan sedang mendekati waktu kematiannya. Keenam orang anaknya itu mendapatkan kabar tentang keadaan ibu mereka dan pulang untuk melihat bagaimana kondisi sang ibu.
Keenam orang anaknya laki-laki telah tiba dan masuk ke dalam rumah. Anak yang tertua, yang sulung, seorang anak yang berbadan tegap dan kekar, mendekati ranjang ibunya dan berlutut di sampingnya seraya berkata: “Ibu, engkau telah menjadi ibu yang terbaik untuk kami semua anak-anakmu.”
Air mata mengalir keluar dari mata sang ibu dan ia membuka matanya, memandang kepada anaknya yang sulung dan berkata: “Anakku, aku telah berdoa terus menerus kepada Tuhan agar aku dapat menjadi ibu yang baik bagi kalian semua. Itulah doaku yang kupanjatkan melebihi doa-doa yang lainnya. Aku kuatir bahwa aku tidak dapat menjadi ibu yang baik dan aku tidak pernah tahu bagaimana penilaian kalian semua kepada ibu, apakah ibu telah gagal ataukah telah menjadi ibu yang baik buat kalian? Sebab selama ini tidak pernah ada satupun dari kalian yang mengatakan bahwa ibu adalah ibu yang baik kecuali hari ini saat ibu mendengar kau mengucapkannya.” (Charles A. Blanchard)
Sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada ibu kita akan kebaikannya? Sudahkah kita nyatakan bahwa ibu kita baik kepada kita? Mari ucapkanlah perkataan pujian buat ibu kita yang telah mengandung dan membesarkan kita. Katakanlah bahwa ia telah begitu baik selama ini dan selalu baik buat kita anaknya.
“Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.” (Matius 15:4)
Hidup Keagamaan Yang Benar
Selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Dalam Injil Matius pasal 5 ayat 20 ada tertulis: “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Ini merupakan perkataan Tuhan Yesus kepada segenap orang yang mengikuti Dia saat itu. Dan perkataan ini juga ditujukan buat kita semua yang percaya kepada-Nya. Mengertikah kita apa makna dari perkataan tersebut? Kelebihan yang bagaimana yang Tuhan Yesus maksudkan yang harus kita miliki dibandingkan para ahli Taurat dan orang Farisi?
Ahli Taurat dan orang Farisi adalah orang-orang yang taat beragama, berdoa tiga kali sehari menghadap Bait Allah di Yerusalem, suka menyelidiki Taurat Tuhan dan rajin beribadah. Disiplin mereka dalam melaksanakan agama sangat tinggi dan mereka menegakkan pemberlakuan syariat hukum Taurat di kalangan masyarakat. Melihat kehidupan mereka yang sedemikian taatnya, apakah yang masih kurang dari mereka? Dan bagaimana cara agar kita dapat melebihi orang-orang ini?
Apakah kita harus melebihi jumlah doa mereka? Haruskah kita lebih banyak membaca dan merenungkan Alkitab dibandingkan mereka? Haruskah kita beribadah melebihi mereka? Sanggupkah kita? Sanggupkah kita menjadi pribadi yang taat melebihi orang Farisi dan ahli Taurat?
Tuhan Memperhatikan Yang Batiniah
Para ahli Taurat dan orang Farisi secara lahiriah kelihatan benar, akan tetapi ketaatan beribadah dan melakukan syariat agama yang mereka lakukan hanyalah secara lahiriah saja. Batiniah mereka masih saja kotor dan tidak berkenan kepada Tuhan. Padahal mereka menaati banyak peraturan, berdoa, memuji Tuhan, berpuasa, membaca firman Allah dan menghadiri kebaktian. Namun sayangnya, sikap yang secara lahiriah benar itu tidak dibarengi dengan keadaan batiniah yang baik dan benar. Hati mereka masih dipenuhi dengan berbagai kejahatan. Tuhan tidak begitu peduli dengan yang lahiriah, meskipun itu penting juga, akan tetapi yang utama adalah batiniah kita harus benar, hati dan roh kita harus selaras dengan kehendak Allah dalam iman dan kasih.
Dengan mengetahui kebenaran ini, menjadi suatu peringatan bagi kita untuk sungguh-sungguh beribadah dengan segenap hati dan secara rohani harus tulus menyembah kepada Tuhan. Rajin ke gereja setiap minggu belum tentu dipandang benar di hadapan Tuhan apabila hati kita masih dipenuhi iri hati, dengki, kenajisan dan rupa-rupa kejahatan. Beribadah kepada Tuhan harus dibarengi dengan perubahan sikap hati yang benar. Hati dan pikiran kita harus suci dan tulus di hadapan Tuhan, karena Tuhan tidak dapat dibohongi dengan kemunafikan kita.
Marilah kita hidup seperti yang Tuhan inginkan yakni memiliki hati yang benar, pikiran yang benar dan sikap hidup yang benar. Kehidupan keagamaan kita harus lahir dari hati yang benar dan berkenan. Berdoalah minta pimpinan Roh Kudus untuk menerangi hati kita senantiasa dengan kebenaran Firman Tuhan agar kehidupan kita berkenan pada Tuhan.
Zoe atau Bios ?
Selamat pagi saudara yang terkasih dalam Kristus,
Suatu kali saya pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dan melihat-lihat di bagian elektronik ada etalase terbuka yang memajang berbagai macam merek dan type handphone yang terbaru. Tampilan berbagai handphone itu begitu menarik dan saya mendekati untuk melihat lebih dekat. Saat saya memegang handphone yang dipajang itu, ternyata itu hanyalah “dummy” atau tiruan dari handphone sebenarnya.
Handphone “dummy” ini nampak seperti hp yang sebenarnya, tapi tidak bisa berfungsi sama sekali karena hanya sebuah tiruan.
Kehidupan kita di dunia sekarang ini adalah ibarat “dummy” dari kehidupan yang kekal yang sesungguhnya. Namun, ada banyak orang yang mencintai “dummy” daripada yang sebenarnya. Banyak orang yang lebih berfokus pada “dummy” yakni kehidupan duniawi yang sementara daripada hidup yang sebenarnya di dalam sorga.
Dalam Yohanes 12:25 tertulis: “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
Terjemahan lain dari ayat ini adalah “Barangsiapa yang mencintai hidupnya yang sekarang ini, ia akan kehilangan hidupnya, tetapi barangsiapa yang tidak mencintai hidupnya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
Dalam Alkitab Perjanjian Baru terjemahan asli Yunani, ada perbedaan kata yang dipakai untuk menjelaskan hidup yang jasmani dengan hidup yang kekal. Hidup yang jasmani disebut “Bios” dan hidup yang kekal disebut “Zoe”. Tuhan Yesus datang untuk memberikan Zoe yaitu hidup yang kekal dan memberinya dalam segala kelimpahan. (Yoh. 10:10)
Hal ini seperti seorang yang memegang handphone “dummy” lalu kemudian ada yang memberikannya handphone beneran. Mana yang mau dia pilih? “Dummy” atau “Yang sejati”. Mana yang saudara pilih? Yang sementara atau yang kekal? Tuhan Yesus telah memberikan kepada kita Zoe yakni kehidupan yang kekal yang rohani yang sifatnya selamanya dan sejati, apakah kita mau hidup di dalamnya atau masih berfokus kepada “bios” dan tidak mau melepaskan ikatan terhadap “bios”?
Bios itu berarti kehidupan yang jasmani atau kehidupan sehari-hari sedangkan Zoe berarti kehidupan yang rohani dan yang kekal. Setiap orang beriman kepada Kristus harus berfokus kepada yang rohani bukan kepada yang jasmani. Itu sebabnya Tuhan Yesus berbicara tentang pentingnya mengutamakan yang rohani daripada yang jasmani: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Bila kita mengutamakan Zoe, maka kehidupan bios kita akan ditambahkan oleh Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, sudahkah kita berfokus kepada yang rohani dan kekal? Jangan lepaskan pemberian Tuhan Yesus yang kekal, hanya untuk mengejar yang sementara!
Kebahagiaan Pembawa Damai
Shalom selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Dalam Injil Matius pasal 5 berisi khotbah Tuhan Yesus di atas bukit yang dikenal dengan “Ucapan Bahagia”. Ada 9 ucapan bahagia dan diantaranya ada satu yang akan saya bagikan pada pagi hari ini yaitu yang terdapat pada ayat 9: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Ayat ini berbicara tentang damai. Damai yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus? Kita punya konsep damai yang berbeda dengan Tuhan. Konsep kita tentang damai umumnya adalah tidak bertengkar, tidak berantem dan hidup rukun antar sesama. Ini memang damai yang kita pikirkan tapi bukan yang ini yang dimaksudkan oleh Tuhan dalam ucapan bahagia.
Ucapan-ucapan Tuhan Yesus seringkali disalahmengerti oleh para murid. Para murid dan termasuk kita, menggunakan konsep berpikir duniawi, sedangkan Tuhan Yesus berbicara dalam konsep yang rohani. Itu sebabnya untuk mengerti ucapan Tuhan Yesus, kita harus memandangnya dari sudut kerohanian.
“Yang membawa damai” adalah orang-orang yang telah diperdamaikan dengan Allah. Mereka berdamai dengan Allah karena salib Kristus. Roma 5:1 berkata: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus telah diperdamaikan dengan Allah.
Efesus 2:14-16 berkata: “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.”
Kita semua tadinya adalah seteru atau musuh karena dosa, namun oleh salib Kristus kita menjadi sahabat Allah, diperdamaikan dengan Dia.
Orang-orang yang membawa damai akan memproklamirkan dan menyampaikan kabar damai itu kepada semua orang dan berusaha untuk menuntun orang lain agar berdamai dengan Allah melalui iman kepada salib Kristus.
Berbahagialah saudara yang membawa damai, karena saudara akan disebut anak-anak Allah.
Arti Mengikut Yesus
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan, damai sejahtera-Nya bagi kita semua.
Dalam Matius 4:19-20 tertulis: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
Panggilan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang dipilih-Nya merupakan suatu panggilan yang mulia. Kemuliaan panggilan itu menyebabkan Simon Petrus dan Andreas meninggalkan jalanya begitu saja dan langsung mengikuti Yesus. Sikap dan tindakan kedua orang ini menunjukkan suatu sukacita, semangat, ketaatan dan sekaligus penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang telah memanggil mereka. Ketika mereka meninggalkan jala ini bermakna bahwa mereka meninggalkan semuanya, pekerjaan mereka, pola hidup sehari-hari, egosentris, dan cita-cita pribadi mereka. Mereka beralih dari bekerja untuk diri sendiri kepada bekerja untuk Tuhan.
Apa yang terjadi dalam kehidupan Simon Petrus dan Andreas merupakan suatu pelajaran bagi kita yang hidup sekarang ini. Makna apa saja yang tercermin dalam kisah dan ayat ini?
1. Panggilan Tuhan lebih mulia dari segalanya
Seringkali, ada pemikiran bahwa hidup dalam panggilan Tuhan tidak lebih mulia daripada hidup di luar panggilan-Nya. Banyak orang pada akhirnya meninggalkan Tuhan, meninggalkan pelayanan oleh karena melihat silaunya tawaran harta dunia yang melebihi kehidupan pelayanan. Hal yang seperti ini terjadi oleh karena masih hidup secara duniawi. Bila kita hidup dalam fokus kepada kerajaan Allah, maka kita akan menyadari bahwa panggilan-Nya itu sangat mulia dan bila dibandingkan dengan yang lain, maka panggilan-Nya yang termulia dari segalanya. Itu sebabnya rasul Paulus menganggap semua kehidupannya yang dahulu sebagai sampah yang tidak berguna, tetapi kehidupannya di dalam Kristus sebagai kehidupan yang jauh lebih mulia.
2. Meninggalkan cara hidup yang lama
Simon Petrus dan Andreas meninggalkan pekerjaan mereka dan cara hidup mereka yang saat itu mereka sedang jalani sebagai nelayan, saat mereka dipanggil oleh Tuhan Yesus. Meninggalkan cara hidup lama disini bisa berarti:
a) meninggalkan kehidupan yang berdosa
sebelum dipanggil Tuhan mungkin saudara hidup dalam dosa, namun setelah kita meresponi panggilan-Nya, kita tidak boleh lagi hidup dalam dosa. Orang yang telah dipanggil Tuhan berarti meninggalkan cara hidup berdosa dan yang tidak berkenan kepada Allah dan setelah itu menjalani kehidupan yang baru yang dipimpin oleh Tuhan.
b) meninggalkan pekerjaan
Hal yang ekstrim terjadi bagi orang-orang yang secara khusus dipanggil Tuhan untuk melayani Dia. Hal yang ekstrim ini adalah meninggalkan pekerjaan dan segala kenyamanan yang dimiliki saat ini. Saya pernah mendengar kesaksian ada seorang bapak yang menjabat posisi penting di sebuah perusahaan dengan gaji sangat tinggi, namun oleh karena panggilan Tuhan yang begitu kuat dalam hidupnya, ia meninggalkan pekerjaannya, mengundurkan diri dari perusahaan dan beralih melayani Tuhan. Kepadanya sempat ditawari kenaikan gaji, tapi ia menolak dan dengan sungguh-sungguh menyerahkan seluruh hidupnya untuk bekerja bagi Tuhan. Inilah ciri seorang yang benar-benar memenuhi panggilan Tuhan yaitu tidak lagi memikirkan perkara-perkara duniawi melainkan memikirkan untuk menyenangkan Tuannya yaitu Tuhan Yesus Kristus.
3. Menjala manusia
Respon untuk mengikut Yesus sepenuh hati merupakan tindakan yang bertujuan untuk melakukan pekerjaan Dia yang memanggil yaitu menjala manusia. Menjala manusia disini berarti menjangkau jiwa-jiwa yang masih hidup dalam dosa dan tidak mengenal Kristus agar mereka percaya kepada Yesus Kristus dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Apapun profesi kita saat ini, kita harus dapat menjalankan fungsi sebagai penjala manusia yaitu saksi-saksi Kristus. Bila kita seorang bisnisman maka kita harus menjadi seorang bisnisman yang menjala manusia, bila kita seorang karyawan maka kita harus menjadi karyawan yang menjadi saksi Kristus.
Menjadi seorang pendeta atau gembala, bila tujuannya hanya materi dan kepentingan diri sendiri, bukanlah suatu kehidupan yang menjala manusia. Seorang pendeta atau gembala atau staff gereja yang tidak menjalankan fungsi untuk menjala manusia berarti tidak sepenuhnya mengikuti apa yang menjadi tujuan panggilan Tuhan Yesus dalam kehidupannya. Kalau menjadi pelayan di gereja hanya untuk sekedar menjaga agar kebutuhan hidup terpenuhi maka kita tidak layak bagi-Nya. Jadilah pelayan Tuhan yang benar.
Marilah kita meresponi panggilan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan hidup dalam kehidupan yang baru yang berguna bagi kerajaan Tuhan yaitu menjala manusia. Bukan hanya Simon Petrus dan Andreas yang dipanggil, tetapi saudara juga dipanggil oleh-Nya. Maukah saudara menyambut panggilan-Nya?
Lesson About Worry
Good morning all brothers and sisters in Christ, regards in the love of Lord Jesus.
Today we will learn from the scriptures about what our Lord Jesus tell us about worry. Matthew chapter 6 verse 27 says: “Can any one of you by worrying add a single hour to your life?” This is a statement question from Jesus in context of worrying written in Matthew 6:25-34.
Instead of having faith to God, most people worries of many things in their life. God already knows what we need and cares about it, just like a father cares to his children. But He is more than all fathers in earth, Father in heaven is the most kind and mighty.
There is a story long time ago. When the value of money was different with its value today. One dollar means a lot dozens years ago. So this is the story I want to tell you:
Once, there was about a young man who was applying for a job in a New England factory. Asking for the owner, he found himself in the presence of a nervous, fidgety man who looked hopelessly dyspeptic.
“The only vacancy here,” he told the applicant, “is a vice-presidency. The man that takes the job must shoulder all my cares.”
“That’s a though job,” said the applicant. “What is the salary?”
“I will pay you ten thousand a year if you really take over all my worries,” said the owner.
“Where is the ten thousand coming from?” asked the applicant suspiciously.
“That my friend,” replied the owner, “is your first worry.”
This is a true story about worry that happened in one factory interview in New England. And things like this usually happened anywhere all over the world. People worries anything, and it surrounds and fills all people’s mind. But not to the believers and faithful to God.
Problems maybe come to our life, many things to be paid, and many other case of difficulties. But this is not about the problems that we should worry about. This about us who lean to God or not, trust Him or not, faithful to Him or not.
Do not let our peace dissapeared from our heart and mind because of worries. Rejoice in the Lord and trust Him, that is all we have to do. Do our part, and God will do His part for us.
Penampian Atas Setiap Orang
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan, selamat pagi, salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
Pada hari ini kita akan belajar firman Tuhan yang terambil dari Matius 3:12 yang berkata:
“Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan di bakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
Dalam ayat ini disebutkan tentang penampian yang akan dilakukan oleh Tuhan untuk memisahkan gandum dari debu jerami atau sekam. Gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung-Nya, namun debu jerami akan dibakar.
Gambaran tentang 2 tipe manusia
Apa maksud dari ayat ini? Ini merupakan suatu gambaran tentang apa yang dikerjakan Tuhan kepada setiap manusia. Ada dua golongan manusia yang disebutkan berdasarkan ayat ini yaitu manusia “gandum” dan manusia “debu jerami”. Kedua tipe manusia ini berada dalam satu tempat penampian dan proses penampian ini akan memisahkan keduanya.
Saudara mungkin pernah menampi beras yang akan dimasak dengan memakai sebuah alat penampi. Saya dulu seringkali membantu ibu untuk membersihkan beras. Beras ditaruh di suatu wadah yang disebut nyiru, kemudian nyiru dipegang dan digoyang-goyang ke atas dan ke bawah. Saat menggoyang nyiru ke atas, beras akan terlempar ke atas bersama dengan debu jerami yang ada. Lalu saat itu saya akan meniup ke arah beras dan debu jerami itu, agar debu jerami terpisah dari beras. Beras akan jatuh, sedangkan debu jerami akan terbawa angin tiupan dan jatuh ke tanah.
Penampian akan memisahkan
Proses penampian merupakan sebuah metode pemisahan gandum dari sekam yang telah digunakan sejak jaman dulu. Penampian biasanya dilakukan dengan melempar hasil panen ke udara agar angin meniup sekam yang ringan, sementara gandum yang lebih berat jatuh ke tempat penampi.
Pada tahapan proses ini, gandum dan sekam (debu jerami) bila dilihat begitu saja akan nampak sama. Bulir gandum yang berisi dengan sekam yang kosong akan nampak sama, akan tetapi ketika ditampi, angin akan meniup keduanya, dan bulir gandum yang berisi akan jatuh, sedangkan sekam yang kosong itu akan terbawa angin.
Gandum berbicara tentang setiap orang beriman yang hidupnya benar di hadapan Tuhan. Sedangkan debu jerami atau sekam adalah setiap orang yang imannya kosong dan tidak berbuah. Kedua tipe orang ini secara lahiriah kelihatannya sama, akan tetapi Tuhan tahu sampai kedalaman hatinya. Tuhan tahu mana yang berisi dan mana yang kosong.
Ujian Kesetiaan
Penampian juga berbicara tentang ujian-ujian yang akan dihadapi setiap orang untuk membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan. Setiap tokoh dalam Alkitab pernah mengalami ujian kesetiaan ini. Dan ujian itu merupakan peristiwa-peristiwa sehari-hari, persoalan dan masalah, tantangan dan godaan, yang akan memperlihatkan sifat asli dari kita. Apakah dalam situasi sulit atau godaan dosa, kita dapat tetap berpegang teguh kepada Tuhan?
Berbagai ujian hidup itu ibarat kita sedang ditampi oleh Tuhan, apakah kita kosong atau kita berisi? Keadaan kosong atau berisi bukanlah suatu keadaan yang tidak dapat diubahkan, akan tetapi sikap dan iman kita kepada Tuhan akan menentukan apakah kita ini kosong atau berisi.
Ayat diatas hendak berbicara kepada kita: “Jadilah kamu seperti gandum yang berisi, dan jangan menjadi seperti debu jerami!” Inilah makna yang terdapat dalam ayat tersebut.
Penampian oleh Yesus Kristus
Perhatikan bahwa ayat ini menyebutkan tentang alat penampi ada di tangan Yesus. Jadi, Tuhan Yesus Kristus lah yang akan menghakimi setiap orang menurut perbuatannya. Alkitab menyebutkan bahwa Tuhan Yesus adalah Hakim atas segala hakim dan Ia akan menghakimi dunia ini. Barangsiapa yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak akan dihakimi, tetapi barangsiapa tidak percaya ia sudah berada di bawah hukuman.
Kebenaran ini haruslah kita sikapi dengan tindakan untuk percaya kepada Hakim Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus. Firman Tuhan adalah kebenaran, oleh karena itu, sikap seorang yang benar adalah mau menuruti kebenaran itu dan hidup di dalam kebenaran. Kebenaran yang sekarang ini harus kita tindaklanjuti adalah “sudahkah kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus?” Bila belum, maka sekarang ini adalah waktunya bagi kita untuk bertindak dan percaya kepada-Nya.
Akhirnya saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang seperti gandum dalam ayat ini, yaitu orang-orang yang berisikan iman dan perbuatan. Sebab iman tanpa perbuatan adalah kosong. Hiduplah dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus sampai akhir. Jangan berhenti di tengah jalan, tapi akhirilah perjalanan dalam iman. Setialah sampai mati, sampai kita dikumpulkan-Nya masuk ke dalam Kerajaan Sorga yang kekal. Amin.