Hari-hari menjelang pemilu di Indonesia membuat sebagian orang mengalami “ketar-ketir”. Ada yang dari kalangan masyarakat biasa dan terutama dari para calon anggota legislatif serta tentunya calon presiden.
Sebagian dari para caleg berusaha mendekati rakyat kecil agar mendapatkan simpati dan meraih banyak suara. Ada yang melakukan bakti sosial dan kegiatan positif lainnya, namun ada juga yang berusaha dengan cara-cara tidak baik seperti menjelekkan orang lain, memfitnah dan lain-lain.
Diantara berbagai upaya tersebut ada pula yang menjalankan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan kebenaran.
Ada yang pergi ke dukun, paranormal, hingga melakukan berbagai ritual-ritual yang aneh-aneh.
Tentu saja, hal seperti itu merupakan suatu tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak dan firman Allah. Tuhan berfirman,”carilah Aku maka kamu akan hidup.” Barangsiapa yang mencari Tuhan akan memperoleh kehidupan, barangsiapa yang mencari petunjuk dari Tuhan maka akan menerima jawaban daripadaNya.
Menjadi anggota MPR/DPR bahkan menjadi presiden memang sesuatu yang nampaknya menyenangkan. Menjadi pemimpin di dunia umumnya pasti mendapatkan pelayanan nomor satu. Tapi Tuhan Yesus berkata barangsiapa hendak menjadi yang terutama hendaklah menjadi pelayan. Kepemimpinan Yesus pun adalah kepemimpinan yang melayani. Dia mengutamakan memenuhi kebutuhan orang lain dan memperhatikan penderitaan orang kecil. Yesus memberikan jalan keluar dari persoalan yang menjerat masyarakat, sakit penyakit, masalah sosial, kematian dan jerat dosa.
Seorang pemimpin yang mewakili rakyat haruslah punya visi dan hati untuk rakyat dan punya iman yang teguh kepada Tuhan untuk menjunjung kebenaran.
Saul adalah raja Israel yang dipilih oleh Tuhan. Semula ia tidak disukai, tetapi setelah ia menunjukkan keberaniannya dan ketulusannya membela rakyatnya maka rakyat mendukungnya.
Daud juga demikian. Ia dipilih oleh Tuhan dan oleh keberanian dan ketulusannya dalam membela rakyatnya, Daud disukai oleh bangsa Israel.
Ada dua faktor agar seseorang terpilih menjadi pemimpin. Faktor pertama adalah pemilihan dari Tuhan. Tuhanlah yang mengangkat dan menjatuhkan. Tuhanlah yang membuka dan menutup pintu. Bila Ia sudah mengangkat maka tidak ada yang dapat menjatuhkan. Bila Tuhan sudah membuka pintu tak ada yang dapat menutup. Firman Tuhan berkata bahwa semua pemerintahan yang ada di dunia adalah ditentukan oleh Tuhan.
Faktor kedua supaya dipilih adalah dari faktor internal seseorang. Ia haruslah mempunyai karakter yang teguh dalam iman serta tulus dalam perbuatan. Ia harus memegang prinsip kebenaran dan hidup dalam nilai-nilai firman Allah.
Berdoa dan berusaha dengan hati yang tulus agar dapat menjadi pemimpin yang terpilih. Dengan menyadari adanya faktor pertama kedaulatan Allah dalam pemilihan maka haruslah setiap calon pemimpin punya sikap berserah dan siap menghadapi bila ternyata ia tidak terpilih. Sebab tidak terpilih bukan selalu berarti tidak mampu dan bukan pula berarti kalah tetapi itu artinya bahwa Tuhan punya maksud dan rencana lain yang lebih baik. Bisa juga karena waktunya belum tepat, ingatlah bahwa Daud meskipun sudah diurapi sebagai raja namun tidak langsung naik tahta, ada proses waktu yang harus ia jalani terlebih dahulu.
Jadilah orang yang sehari-harinya bersikap merakyat dan mengayomi orang lain serta peduli sesama, bukan hanya karena ada pemilu, sebab sikap seperti itulah yang mencirikan seorang pemimpin sejati.
“Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”
(Matius 20:26-27)