Jangan Marah

Kemarahan merupakan awal dan akar dari pembunuhan.  Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata agar kita tidak marah kepada saudara kita. (Matius 5:21-22)
Seperempat penduduk bumi punah saat Habel dibunuh oleh Kain (Kejadian 4:8). Akarnya adalah kemarahan yang diawali iri hati. Iri hati melahirkan amarah, amarah melahirkan kebencian yang melahirkan perbuatan membunuh.
Baru-baru ini Indonesia dihebohkan dengan peristiwa pembunuhan seorang bernama Ade Sara yang dilakukan oleh mantan pacarnya dan seorang wanita yang adalah pacar dari mantan pacarnya itu.  Tapi sebenarnya kedua pembunuh merupakan teman korban. Membunuh tidak kenal siapa korbannya apakah teman, sahabat, bahkan saudara, bila kebencian sudah begitu tertanam.
Salah satu dari kesepuluh perintah Allah adalah “Jangan Membunuh”. Membunuh merupakan suatu dosa keji di hadapan Tuhan. Akibat dari membunuh maka terjadi apa yang disebut sebagai ‘hutang darah’.  Ada istilah dalam Perjanjian Lama: “mata ganti mata”, “gigi ganti gigi”, “nyawa ganti nyawa”.
Bahkan dikatakan bahwa barangsiapa membunuh dengan pedang akan mati oleh pedang. Artinya: pembunuhan akan ada balasannya.  Yang membunuh akan mati dibunuh.  Sungguh mengerikan sekali konsekuensi dari membunuh sebab Tuhan mau agar dosa ini jangan sampai dilakukan manusia.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus banyak menekankan pentingnya hati yang bersih, bukan hanya soal syariat agama tetapi hakikatnya harus memiliki hati yang bersih. Untuk apa secara syariat agama, seseorang tidak membunuh namun hakikat hatinya penuh dengan marah dan benci.
Maka, kalau amarah dan kebencian dapat disembunyikan dari manusia, tidak demikian di hadapan Allah, karena Allah sanggup melihat sampai kedalaman hati manusia.
Jangan iri hati, jangan marah, apalagi marah tanpa alasan, jangan membenci, milikilah hati yang bersih dan suci. Biarlah kasih dan pengampunan bagi sesama selalu melimpah-limpah dalam hati kita.