Suku Anak Dalam di Jambi, pulau Sumatera merupakan salah satu suku yang keadaan hidupnya masih relatif primitif. Masih banyak yang tidak berpakaian secara lengkap sebagaimana orang-orang pada umumnya. Kebiasaan hidup mereka yang berpindah-pindah membuat mereka sulit untuk berkembang secara ekonomi. “Nomaden” atau hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain masih merupakan cara hidup mereka yang sulit untuk ditinggalkan.
Dalam suatu perjalanan, saya melihat bagaimana mereka lari bila disorot dengan lampu kendaraan pada malam hari. Mereka terkesan tertutup terhadap orang lain, meskipun ada orang-orang dari suku Anak Dalam yang sudah lebih dapat bergaul dengan orang luar.
Kehidupan mereka yang masih terkungkung dalam pola pikir seperti itu membuat mereka sulit untuk mengalami kemajuan secara ekonomi. Saya mendengar informasi tentang terjadinya barter tanah dengan beras antara suku Anak Dalam dengan pendatang dari luar. Tanah yang luas dengan sukarela ditukarkan oleh orang suku Anak Dalam demi sekarung beras saja. Ada pula kabar tentang rumah-rumah yang dibangun khusus untuk suku Anak Dalam namun rumah-rumah itu kosong karena ditinggalkan pergi oleh mereka.
Tentu, fenomena ini menyulut belas kasihan kita pada mereka. Mereka adalah saudara-saudara kita yang harus kita jangkau dan didik agar mengerti prinsip dan cara hidup yang baik dalam sosial masyarakat yang tertata dengan benar dan teratur. Mereka sangat perlu diberikan penyuluhan dan pendidikan agar memiliki ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi kemajuan mereka.
Saya juga mendengar kabar tentang demonstrasi yang dilakukan oleh orang-orang dari penduduk asli Jambi, baik itu yang disebut suku Anak Dalam maupun suku Kubu, khususnya mereka yang sudah melek dengan pengetahuan dan situasi kondisi suku mereka, menuntut agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan penduduk suku-suku asli Jambi.
Ini adalah tugas kita semua, baik pemerintah, tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk menjangkau dan menolong mereka serta memberikan pengajaran, pendidikan serta pengetahuan dan wawasan agar suku-suku asli tidak menjadi terasing di tanah mereka sendiri.
Kita perlu mendorong pemerintah daerah setempat dan harus pula menjadi perhatian pemerintah pusat, untuk secara kontinu mengadakan program kegiatan untuk kemajuan suku Anak Dalam Jambi. Namun, dengan keikutsertaan lembaga NGO dan tokoh agama serta tokoh masyarakat, upaya-upaya bagi perubahan dan kesejahteraan suku Anak Dalam, akan mengalami percepatan dan semakin menjadi kenyataan.
(Billy Tambahani)
Dalam suatu perjalanan, saya melihat bagaimana mereka lari bila disorot dengan lampu kendaraan pada malam hari. Mereka terkesan tertutup terhadap orang lain, meskipun ada orang-orang dari suku Anak Dalam yang sudah lebih dapat bergaul dengan orang luar.
Kehidupan mereka yang masih terkungkung dalam pola pikir seperti itu membuat mereka sulit untuk mengalami kemajuan secara ekonomi. Saya mendengar informasi tentang terjadinya barter tanah dengan beras antara suku Anak Dalam dengan pendatang dari luar. Tanah yang luas dengan sukarela ditukarkan oleh orang suku Anak Dalam demi sekarung beras saja. Ada pula kabar tentang rumah-rumah yang dibangun khusus untuk suku Anak Dalam namun rumah-rumah itu kosong karena ditinggalkan pergi oleh mereka.
Tentu, fenomena ini menyulut belas kasihan kita pada mereka. Mereka adalah saudara-saudara kita yang harus kita jangkau dan didik agar mengerti prinsip dan cara hidup yang baik dalam sosial masyarakat yang tertata dengan benar dan teratur. Mereka sangat perlu diberikan penyuluhan dan pendidikan agar memiliki ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi kemajuan mereka.
Saya juga mendengar kabar tentang demonstrasi yang dilakukan oleh orang-orang dari penduduk asli Jambi, baik itu yang disebut suku Anak Dalam maupun suku Kubu, khususnya mereka yang sudah melek dengan pengetahuan dan situasi kondisi suku mereka, menuntut agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan penduduk suku-suku asli Jambi.
Ini adalah tugas kita semua, baik pemerintah, tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk menjangkau dan menolong mereka serta memberikan pengajaran, pendidikan serta pengetahuan dan wawasan agar suku-suku asli tidak menjadi terasing di tanah mereka sendiri.
Kita perlu mendorong pemerintah daerah setempat dan harus pula menjadi perhatian pemerintah pusat, untuk secara kontinu mengadakan program kegiatan untuk kemajuan suku Anak Dalam Jambi. Namun, dengan keikutsertaan lembaga NGO dan tokoh agama serta tokoh masyarakat, upaya-upaya bagi perubahan dan kesejahteraan suku Anak Dalam, akan mengalami percepatan dan semakin menjadi kenyataan.
(Billy Tambahani)