Hikmat Adalah Penuntun

“Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut,
sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir.
Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya.”
(1 Raja-raja 4:29-31)
Hikmat yang dimiliki oleh raja Salomo berasal dari Tuhan.  Ketika Salomo diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk meminta apa saja, ia hanya meminta satu hal yaitu hikmat atau hati yang paham tentang segala sesuatu.
Hikmat pada dasarnya adalah suatu pengertian yang mendalam tentang sesuatu hal, perkara, orang atau peristiwa sehingga dapat menilai dan memahami serta merespon sesuai dengan pengertian itu. 
Hikmat ini adalah hikmat yang berasal dari Allah, itu sebabnya hikmat disebut juga sebagai karunia. 
Jemaat mula-mula mengalami dan menerima berbagai karunia Roh Kudus dimana salah satunya adalah karunia hikmat. 
Jadi hikmat merupakan karunia Allah dan hikmat memberikan pengertian tentang kebenaran.
Tapi sayang sekali, raja Salomo meskipun begitu hebat hikmatNya, ternyata tidak dapat menjaga hati dan kelakuannya.  Ia mempunyai banyak sekali istri dan ia turut menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala para istrinya. 
Ternyata, meskipun tahu banyak hal dan mengerti banyak perkara serta tahu mana jalan yang benar, belum tentu menyebabkan seseorang mengikuti sesuai apa yang ia tahu. 
Banyak orang punya hikmat dan berkata-kata hikmat tapi hidupnya sesat karena tidak menuruti hikmat itu.
Injil disebutkan sebagai hikmat Allah.  Hikmat yang tersembunyi sejak jaman purbakala namun dibukakan kepada bangsa-bangsa. Pemberitaan tentang Yesus Kristus yang menebus dosa dan menyelamatkan manusia itu adalah hikmat Allah yang luar biasa. 
Banyak orang sudah mendengar hikmat Allah yaitu Injil kabar keselamatan namun tidak mau meresponinya dengan percaya kepada kabar Injil. 
Ada pula yang memberitakan Injil di mimbar bahkan dimana-mana berbicara tentang Injil tapi hidupnya tidak berpadanan dengan Injil.
Mengapa? Salomo punya hikmat Allah dan karunia itu tidak ditarik daripadanya karena Allah telah memberikan, namun hidup Salomo terseret dalam penyembahan berhala yang bertentangan dengan hikmat yang diketahuinya dan yang diperkatakannya.
Mengapa bisa begitu? Karena Salomo tidak punya ketetapan hati untuk setia melakukan petunjuk hikmat yang dari Allah.
Kalau kita mau agar hidup kita selalu benar dan tidak rusak di hadapan Allah, maka kita harus bertindak sesuai hikmat Allah. Hidup kita harus berpadanan dengan Injil.  Jangan menjadi seteru salib Kristus.
Tidak seperti Salomo yang hikmatnya tetap ada padanya meskipun ia jatuh dalam pelbagai dosa, maka bagi kita, hikmat Allah itu akan semakin menjauh dari pikiran kita apabila hati dan tindakan kita hanya memuaskan kedagingan dan keduniawian.  Sebab hikmat itu berbicara kepada kita supaya kita hidup benar, bukan hidup dalam kesesatan dan kejahatan.
Mari, mintalah hikmat dari Allah, bacalah Alkitab yang dapat memberika  hikmat, hindari hikmat-hikmat duniawi dan lakukanlah dengan setia setiap ajaran-ajaran hikmat itu, maka kehidupan kita akan selalu diberkati dan penuh damai sekahtera.