Jangan Takut Menghadapi Esok

Pernahkah kita melihat seekor burung sedang termenung dan stress karena kuatir soal hari esok?  Burung pipit tidak pernah menabur tapi selalu tercukupi, tidak pernah menyimpan tapi selalu ada persediaan. Semuanya karena Tuhan memperhatikan burung pipit yang kecil itu.
Burung Pipit, salah satu spesies burung yang disebutkan oleh Tuhan Yesus untuk dijadikan contoh  agar kita jangan kuatir dalam hidup. Contoh ekstrem ini bukan berarti meniadakan tugas dan tanggung jawab manusia dalam bekerja dan berkarya, namun memberikan makna bahwa bila burung pipit saja yang tidak menabur bisa terpelihara, apalagi manusia yang menabur pasti akan menuai.
Makna lainnya tentu adalah mengenai tanggung jawab Allah atas ciptaan-Nya, apabila burung pipit yang kecil saja diperhatikan Tuhan, apalagi manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, pasti dipelihara oleh-Nya.
Implikasi dari kenyataan ini kembali kepada esensi perintah Tuhan agar jangan kuatir soal apapun dalam kehidupan ini. Bersukacitalah di dalam Tuhan dan serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya.
“Bila perkara kecil saja diperhatikan oleh Tuhan, apalagi perkara yang besar, pasti diperhatikan oleh-Nya.”
“Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.” (Lukas 12:6-7)

Jangan Takut

image
Nats Alkitab: Lukas 12:6-7
“Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah,
bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”
Manusia memiliki rasa takut yang secara alamiah dapat menjaganya tetap waspada dan terhindar dari bahaya atau sesuatu yang tidak baik.  Namun rasa takut yang berlebihan adalah suatu penyakit kejiwaan yang tidak boleh dibiarkan.  Rasa takut berlebih seringkali disebut dengan akhiran “phobia”. Misalnya ablutophobia (takut mandi), acousticophobia (takut terhadap suara berisik), barophobia (takut terhadap gaya gravitasi), telephonephobia (takut terhadap telepon), dan lain-lain.
Ada orang yang takut dengan ketinggian, ada pula yang takut bila ada di ruangan sempit. Ada yang takut terhadap kecoa, tikus atau semut secara berlebihan. Ada yang takut dengan lemari, warna tertentu, dan berbagai macam ketakutan yang aneh lainnya. Orang-orang yang percaya Tuhan pun seringkali jatuh dalam ketakutan.
Setidaknya ada dua macam ketakutan yang umumnya dihadapi manusia yaitu:
1. Takut menghadapi kehidupan.
Kesulitan hidup dan berbagai persoalan yang ada di dunia membuat banyak orang takut untuk menghadapi kehidupan. Kekuatiran akan berbagai hal merupakan salah satu bentuk ketakutan yang sering terjadi. Ada yang takut akan persepsi atau pendapat orang lain. Ada yang takut dengan persaingan usaha padahal belum punya usaha, jadinya kalah sebelum mencoba. Ada yang takut menghadapi guru-guru di sekolah, sampai ada anak sekolah dasar bunuh diri karena takut sebab belum bayar uang sekolah. Berbagai macam ketakutan terjadi karena ketidakmampuan seseorang untuk melihat dan memahami persoalan dalam cara pandangan yang benar. Ketakutan semacam ini menyebabkan kegagalan untuk meraih janji Tuhan.
Bagaimana agar kita tidak takut menghadapi kehidupan?
– percaya kepada Tuhan dengan segenap hati (Amsal 3:5a)
– jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5b)
– berdoa (Filipi 4:6)
– membaca dan menghayati firman Tuhan (Mazmur 119:105)
– bertindak dalam iman (Matius 14:28-29)
2. Takut menghadapi kematian
Banyak orang takut mati oleh karena ketidakpastian akan pergi kemana setelah kematiannya. Hati nurani manusia berbicara tentang penghakiman dan penghukuman yang akan dihadapi setelah kematian. Alkitab berbicara tentang adanya neraka dan surga yang disediakan bagi setiap orang yang layak untuk mendapatkannya.  Orang yang baik dan benar akan pergi ke surga, tapi orang yang jahat dan berdosa akan pergi ke neraka.  Namun, adakah kepastian bahwa kita akan pergi ke surga oleh karena perbuatan baik dan benar yang kita lakukan? Sudah baik dan benarkah kehidupan kita? Apakah tidak ada cela dan cacat dalam tingkah laku kita?
Firman Tuhan berkata dalam Yesaya 64:6  : “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.”
Dan dalam Roma 3:10-11  dikatakan: “seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.”
Bayang-bayang maut dan penghukuman kekal begitu nyata bagi setiap manusia, apa yang harus kita lakukan?
– percaya kepada Yesus Kristus Yesus Kristus adalah juruselamat dan penebus dosa manusia yang disediakan Allah bagi kita. Sebab kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman kepada Yesus Kristus (Yoh. 3:16; Efesus 2:8; Kisah Para Rasul 4:12)
– memohon pengampunan atas dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:9)
– mengampuni orang lain yang berbuat salah kepada kita, melepaskan segala kepahitan hati dan dendam ( Matius 6:14)
– melepaskan semua ikatan terhadap harta/mamon/berhala duniawi. Kuasa Tuhan akan melepaskan semua ikatan kuasa gelap dunia ini ketika kita bersedia melepaskan keberhalaan dan kebendaan duniawi.  (Matius 19:23)
Jangan Takut! Karena ada Tuhan Yesus bersama kita. Dialah jawaban atas segala ketakutan kita. Sebagaimana nats Alkitab di atas kita ini lebih berharga daripada burung pipit, jadi janganlah takut sebab kita ini sangat berharga di mata Tuhan.

300: The Special Number in the Bible

image
Sudah ada 2 buah film produksi Hollywood yang judulnya memuat angka 300. Kedua film tersebut bertema peperangan dimana salah satu pasukan hanya berjumlah 300 orang menghadapi ribuan bahkan puluhan ribu lawan.
Mungkin film itu terinspirasi dari Alkitab sebab dalam Alkitab terdapat kisah perang antara 300 orang dari bangsa Israel melawan 135 ribu pasukan bangsa Midian.
(Hakim-Hakim 7 dan 8:10).
Saat itu bangsa Israel dijajah oleh bangsa Midian sehingga segala hasil panen mereka harus diserahkan sebagai upeti.  Kehidupan dalam tekanan tersebut membuat banyak penderitaan terjadi dan muncul suatu harapan agar mereka dapat hidup merdeka dari penjajahan Midian.
Tuhan memilih Gideon bin Yoas untuk membebaskan bangsa Israel dari Midian.  Dan pada awalnya ada 32ribu pasukan Israel yang akan pergi berperang.  Namun, setelah diseleksi, akhirnya hanya tersisa 300 orang saja.  Dan ketika hanya tinggal 300 orang, Tuhan berfirman: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu.” (Hakim-Hakim 7:7).
Pada akhirnya, Gideon dan 300 orang pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Midian. Makna dari kisah kemenangan Gideon dan pasukannya adalah:
1. Tuhanlah yang memberikan kemenangan.
300 orang mustahil secara akal logika untuk mengalahkan 135 ribu orang. Disini jelas bahwa Tuhanlah yang berperang di depan mereka, dari Tuhanlah datang kemenangan. Kehadiran Tuhan bersama Gideon menjamin kemenangan itu.  Tanpa kehadiran Tuhan maka sia-sialah upaya mereka meskipun dengan ratusan ribu orang sekalipun. Namun bila Tuhan beserta, jumlah yang kecil dapat dipakai Tuhan untuk meraih kemenangan.  “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan oleh Roh Tuhan.
Dalam kehidupan kita pun demikian, meskipun nampaknya kecil, kelihatannya tidak mampu, namun kita bisa melakukan segala perkara oleh karena Tuhan yang memampukan kita.  Manusia boleh saja melecehkan, menghina dan merendahkan tapi kita tidak usah takut dan gentar karena Tuhan beserta dengan kita.
2. Orang yang berhati baja, beriman dan rela berkorban yang meraih kemenangan bersama Tuhan.
Dari 32 ribu pasukan Israel, setelah melalui tahapan seleksi, ternyata hanya 300 orang yang maju berperang.  Mengapa mereka yang dipilih? Karena mereka tidak gentar menghadapi musuh, mereka percaya akan penyertaan Tuhan dan mereka tidak takut mati melainkan rela berkorban bagi Allah dan bangsanya.
Jelas dalam pasal 7 disebutkan dan tersirat bahwa mereka yang takut dan gentar tidak layak untuk maju dalam peperangan, sebab mereka sudah kalah sebelum berperang. Juga bagi mereka yang tidak percaya akan kebesaran dan penyertaan Allah, tidak layak maju sebab mereka tidak memiliki iman yang kokoh dalam Tuhan. Perang menuntut suatu sikap rela mati berkorban sehingga hanya mereka yang punya sikap inilah yang layak maju sebab mereka akan fokus pada penyelesaian tugas dan tujuan dari Tuhan.
Dalam hidup ini, kita pun mengalami masalah, persoalan, ujian dan tantangan yang bagaikan “medan peperangan”.  Menghadapi itu semua janganlah kita takut dan gentar tapi percayalah kepada Tuhan dan selalu rela berkorban bagi Tuhan serta tidak takut menghadapi resiko meskipun kematian jasmani, oleh karena melakukan kebenaran.  Takut berbuat yang benar karena ancaman tidak naik pangkat, tidak dapat jodoh, tidak jadi kaya, atau ancaman lainnya, tandanya kita tidak layak sebagai prajurit Tuhan. Laskar Allah yang militan harus rela mati menjunjung kebenaran dan keadilan dan fokus kepada penyelesaian tugas dan tanggung jawab sorgawi. “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).
Dalam pelayanan pun sama, tantangan bukannya sedikit, pergumulan silih berganti, tapi jangan takut dan gentar, percayalah pada Tuhan dan setialah melakukan tugas panggilan Tuhan.
3. Tuhan memakai yang kecil agar tidak muncul kesombongan pada manusia.
Hanya 300 orang saja merupakan jumlah yang sangat kecil untuk menghadapi lawan apalagi meraih kemenangan.  Kok bisa menang? Padahal jumlahnya sedikit? Ini pasti bukan karena manusianya tetapi karena Tuhan.
Saat mereka memperoleh kemenangan, mereka tidak dapat beralasan bahwa kemenangan itu karena mereka kuat dan perkasa, sebab hal itu tidak mungkin, apalagi jelas-jelas musuh lari kocar-kacir karena bala tentara Allah yang menghalau mereka sehingga musuh saling membunuh satu sama lain.
Kita tidak boleh sombong kalau mencapai suatu keberhasilan, karena sesungguhnya itu semua karena kuasa dan kemurahan Tuhan saja.  Firman Tuhan berkata: “Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya.  Kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1).
Semua kerja dan karya kita bisa berhasil karena anugerah dan pertolongan Tuhan.  Kepintaran dan pengetahuan kita disebabkan oleh Tuhan.  Kita pintar bukan karena kita pintar tapi karena Tuhan yang menganugerahkan kepintaran itu.
Jangan sombong namun milikilah kerendahan hati, agar Tuhan semakin melimpahkan kebaikanNya dalam hidup kita.
Firman Tuhan berkata: “Orang yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan.”
Jadilah prajurit Tuhan, pelayan Tuhan, anak-anak Tuhan yang selalu beriman kokoh dalam Tuhan,  tidak takut dan gentar menghadapi situasi apapun serta rela berkorban untuk kebenaran.
Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.

Tuhan Beserta Kita, Oleh Karena itu Jangan Takut!

Image

Yosua 1:9 berisi firman Tuhan untuk Yosua yakni: “Bukankah telah kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi.”

Menjelang masuknya bangsa Israel ke tanah perjanjian, Tuhan kembali menguatkan hati Yosua agar tetap teguh dan tidak gentar dengan apa yang akan dihadapinya.  Sebab Allah mengerti bahwa perasaan takut itu bisa muncul dalam hati Yosua, apalagi ketika melihat banyaknya musuh yang harus mereka hadapi dan luasnya tanah perjanjian yang harus mereka kuasai.  Melihat kepada kapasitas jumlah mereka yang kecil maka dengan hitung-hitungan angka, tidak akan masuk akal mereka dapat masuk dan merebut tanah yang dijanjikan Tuhan itu.  Namun, inilah yang harus dimiliki oleh Yosua, yaitu hati yang teguh kuat di hadapan Tuhan, sebab ia harus menjalani semuanya itu bukan dengan mata jasmani tetapi dengan mata iman.
Kita tahu dari pembacaan ayat-ayat selanjutnya bahwa Yosua meraih kemenangan yang dijanjikan oleh Tuhan kepadanya dan kepada bangsa Israel.  Apa kuncinya? Penyertaan Allah tentunya, tetapi ada satu hal yang bergantung kepada Yosua yaitu ketaatan dan kepercayaannya terhadap janji Allah, itulah yang membuat Yosua dan Israel meraih kemenangan yang telah disediakan Tuhan.
Lantas, apa janji penyertaan Allah bagi kita? Itu kan buat Yosua, lalu apakah masih relevan dengan saat ini dan apakah juga firman itu buat kita? Saya katakan ya, janji Allah tentang penyertaan-Nya yang ajaib masih disediakan bagi kita. Yosua adalah contoh bagaimana seorang biasa yang taat dan percaya dapat meraih sesuatu yang nampaknya mustahil bagi dirinya, tetapi mungkin dan tidak mustahil bila bersama Allah yang maha kuasa.
Tuhan Yesus yang adalah Allah sendiri, sebab Dia dan Bapa adalah satu, dan Dia sudah ada sebelum dunia dijadikan, dan Dia bersama dengan Allah dan Dia adalah Allah, telah berjanji bahwa Ia akan selalu beserta kita, Immanuel.  Ini merupakan janji penyertaan yang luar biasa dari Tuhan sendiri kepada murid-murid dan kepada semua orang yang percaya yang dilahirkan dari penginjilan para murid.  Ia beserta kita dalam segala keadaan dan dalam situasi apapun Ia memberikan pertolongan yang ajaib.
Kisah Para Rasul 1:8 menyebutkan tentang janji Roh Kudus akan diberikan kepada kita untuk menjadikan kita penuh kuasa sebagai saksi Kristus.   Roh Kudus lah yang memimpin kita dalam hidup ini untuk terus meraih kemenangan atas dosa dan segala kemunafikan. Roh Kudus yang memberikan karunia untuk melayani dan meraih jiwa-jiwa bagi Kristus. Karunia-Nya diberikan untuk kita pakai melawan segala tipu muslihat Iblis dan untuk mengalahkan setiap strategi jahat dari kuasa kegelapan dan dunia ini.  Kuasa dari tempat maha tinggi, diberikan pada kita untuk dipakai dalam peperangan melawan penghulu dan  penguasa di udara yang jahat.
Dalam segala perkara baik itu pekerjaan pelayanan maupun kehidupan sehari-hari, masalah rumah tangga, ekonomi, percayalah bahwa Tuhan selalu beserta dengan kita.  Ia memulihkan hidup kita yang rusak menjadi indah, Ia mengubahkan yang tidak berpengharapan menjadi penuh pengharapan dan kepastian.
Mungkin dalam hidup saudara, ada pikiran yang mengintimidasi dan mengganggu seakan semuanya tidak lagi ada harapan, bahkan situasi masalah membuat saudara menjadi melempem dalam melayani Tuhan, tidak lagi semangat dan berkobar sebagaimana waktu mula-mula ikut Tuhan Yesus.  Tidak ada lagi gairah cinta mula-mula pada Tuhan, yang ada hanyalah rasa kecewa dan putus asa dan perasaan terkalahkan.
Ingatlah akan Yosua bagaimana ia meneguhkan hatinya pada Tuhan, dan ingatlah janji Tuhan akan penyertaan-Nya bagi saudara dan saya.  Ia ada bagimu dan bagiku.  Kuasa-Nya tetap sama, dan kuasa-Nya sanggup memulihkan hidup saudara, asal engkau percaya.
Bangkitlah dan jadilah pemenang dalam hidup ini, jangan engkau terpuruk dalam kesedihan, kekecewaan dan keputusasaan.  Iblis senang membuat saudara dalam keadaan seperti itu. Namun, Allah tidak mau saudara terhimpit dengan pengaruh kuasa gelap dunia ini.  Kuasa-Nya sudah Dia sediakan, kemenangan sudah Dia berikan, tinggal kita meraihnya.  Masalahnya ada pada kita, maukah kita tetap percaya? maukah kita tetap teguh dalam iman? tidak takut? tidak tawar hati? Selalu berkobar dalam Tuhan ?
Hari ini, ambillah tindakan untuk meninggalkan semua pikiran yang menghalangi saudara untuk meraih berkat.  Bersikaplah sebagai seorang pemenang karena Tuhan Yesus sudah menang atas segalanya. Dia beserta saudara, Dia beserta kita. Haleluya. Immanuel Tuhan Yesus memberkati!