Mengisi Kemerdekaan

Setelah merdeka, sebuah bangsa akan mengisi masa kemerdekaannya dengan pembangunan supaya negara akan semakin maju.  Masa Kemerdekaan diisi dengan aktivitas yang bertujuan baik dan positif.
Demikian pula halnya dengan kita.  Saya dan saudara telah dimerdekakan dari perbudakan dosa.  Kita dulunya dijajah dan terikat dengan dosa.  Kita tidak dapat melepaskan “belenggu rantai” dosa itu dengan kekuatan kita sendiri.  Namun, kita sekarang telah dibebaskan dari ikatan-ikatan dosa yang membawa maut.  Yesus Kristus telah melakukannya untuk kita karena kasihNya yang begitu besar.  Kita sudah dimerdekakan dan camkanlah bahwa saudara telah benar-benar merdeka (Yoh.8:36), bagaimanakah bisa seorang yang sudah merdeka masih mau kembali menghambakan dirinya kepada dosa dan hidup yang lama? Itu adalah suatu kebodohan.
Bangsa yang merdeka lebih baik daripada ketika dijajah.  Tapi anehnya, manusia yang sudah merdeka dari dosa dan maut, masih ingin lagi kembali kepada cara hidup yang lama yang membinasakan.  Daging ini memang lemah namun bukan alasan untuk jatuh terus menerus dalam dosa yang sama.  Orang benar mungkin saja jatuh dalam dosa, tapi dia tidak akan tahan hidup dalam dosa sebab kebenaran membuat hatinya tidak akan tenang sehingga ia tidak akan tahan.  Namun bila seseorang senang hidup dalam gelimang dosa, maka pada hakekatnya ia bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat dan hidup dalam kebenaran. Roh Kudus akan menginsafkan kita dan membantu kita dalam kelemahan kita untuk dapat menjadi kuat dan hidup dalam kebenaran.
Apa yang harus kita lakukan setelah merdeka?
Mari kita baca Galatia 5:13 :”Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan Kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”
Perhatikan disini bahwa ternyata keinginan Allah bagi kita yang telah dimerdekakanNya adalah agar kita tidak hidup lagi dalam dosa, tetapi hidup dalam kasih. Memang secara jelas isi Alkitab akan terangkum dalam satu kata ini yaitu KASIH.
Seluruh isi hukum Taurat dan kitab para nabi menunjuk kepada satu hal yang paling penting yaitu Kasih.
Hukum yang pertama dan yang terutama adalah kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu dan kekuatanmu.  Hukum kedua yang sama dengan hukum pertama ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Kedua hal ini biarlah menjadi pegangan hidup kita.  Mengasihi Tuhan Yesus karena dia adalah Allah sendiri yang menjadi manusia.  Ia datang untuk memberikan gambaran yang jelas agar manusia dapat mengenai Allah secara imanen.
Kasihilah manusia sesama kita.  Tidak ada lagi sikap membeda-bedakan suku.  Tidak ada “prilangit” dan pribumi, jangan membatasi dan mengkotak-kotakkan ciptaan Allah karena semua sama di hadapanNya.  Tak ada suku yang lebih di atas yang lain.  Kita semua berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa.  Jadi, sebenarnya semua orang di dunia ini bersaudara secara lahiriah juga.  Apalagi kita yang sudah percaya pada Tuhan Yesus, menjadi saudara dalam iman dan saudara dalam KerajaanNya yang mulia.
Marilah kita isi Kemerdekaan hidup kita dengan saling mengasihi.  Karena barangsiapa mengasihi, ia ada di dalam Allah dan terang ada padanya. (1 Yoh. 3:10; 3:14; 4:8). Tuhan memberkati.