Persaingan Yang Sehat

persaingan-sehatSewaktu pergi ke Bali dengan menggunakan kendaraan mobil, sepanjang perjalanan dari Jakarta hingga tiba di Bali ada sesuatu yang berkesan dalam perjalanan, yaitu seringnya kita bertemu dengan dua minimarket yang saling berdekatan yaitu Indomart dan Alfamart. Kami melewati jalur pantai utara Jawa, melewati daerah Indramayu, Cirebon, Tegal, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, hingga ke pelabuhan penyebarangan Ketapang, lalu sampai di Bali. Dimana-mana ada indomaret dan alfamart, layaknya keberadaan pompa bensin yang selalu ada setiap jarak tertentu.
Mengapa kedua minimarket ini selalu berdekatan? Bahkan terkadang di satu lokasi yang sangat berdekatan ada tiga minimarket. Menurut salah satu petinggi perusahaan pemilik minimarket tersebut, hal ini terjadi karena keinginan untuk bersaing merebut pasar konsumen. Bahkan, salah satu pihak perusahaan menuduh yang lain sebagai peniru dari ide dan strategi marketing mereka.
Secara sederhana, orang yang awam dapat melihat bahwa tingkat persaingan bisnis antara kedua minimarket ini sudah tidak sehat. Dapat dikatakan bahwa pola persaingannya sudah pada tahap “saling mematikan”, “adu kuat”, “siapa yang bertahan dia akan menang”. Tentu saja, dengan sangat dekatnya lokasi, akan mengurangi pemasukan karena porsi yang terbagi-bagi. Sementara itu, banyak “fixed cost” yang harus ditanggulangi, dan belum lagi berbagai biaya-biaya lainnya.
Tuhan mengajar kita untuk mengalah dan membiarkan orang lain untuk hidup dengan bisnis usahanya tanpa kita harus mengganggu keberlangsungan hidup mereka. Jaman dulu, para gembala Lot pernah bertengkar dengan para gembala Abraham, mengenai lahan padang rumput yang menjadi tempat sumber makanan bagi domba dan ternak mereka. Apa yang dilakukan Abraham adalah ia memilih untuk mengalah dan menyuruh para gembalanya untuk mencari tempat yang lain, bahkan pada akhirnya ia mengupayakan jalan keluar yang baik dengan memberikan pilihan bagi Lot untuk menentukan daerah mana yang akan dijadikannya tempat tinggal dan tempat berusaha.
Prinsip untuk tidak mengganggu keberlangsungan usaha dan kehidupan orang dapat kita peroleh dari berbagai kisah dalam Alkitab. Salah satu contoh teladan adalah Ishak. Ketika ia diganggu oleh penduduk Gerar mengenai masalah sumur air untuk keperluan hidup mereka dan ternak mereka, Ishak memilih untuk mengalah dan mencari tempat yang lain. Berkali-kali ia diganggu soal sumur air, sebab air sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup, namun Ishak selalu mengalah dan mencari tempat yang lain. Sehingga ia dan keluarganya serta orang-orangnya dan ternaknya dapat hidup dengan damai dan tenteram, dan demikian pula penduduk Gerar dapat hidup dengan sentosa.
Yesaya 5:8 berkata: “Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam negeri!”
Janganlah mengupayakan untuk mematikan orang lain dengan cara merebut ladang mereka, dalam masa kini, hal ini bermakna, agar kita jangan mematikan orang lain melalui cara-cara persaingan usaha yang tidak sehat. Biarlah orang lain bisa makan dan hidup sentosa, dan kita pun juga melakukan usaha bisnis dengan pikiran yang damai dan tenteram tanpa rasa iri hati, dengki atau kebencian terhadap pelaku usaha yang sama.
Marilah kita hidup bersama-sama untuk saling membantu dan menghidupkan. Jangan kita bertindak seenaknya sendiri, egois dan hidup sendiri, sementara yang lain “mati”. Jadilah pribadi yang menjadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati.