Pelangi Tanda Perjanjian

Renungan Anak.


“Sebab itu haruslah kau ketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih pada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya.” (Ulangan 7:9)


Ada seorang laki-laki yang bernama Nuh. Ia memiliki seorang istri dan tiga anak laki-laki bernama Sem, Ham dan Yafet. Nuh adalah orang yang baik. Ia percaya Tuhan dan suka berdoa kepada-Nya.

Tuhan berbicara pada Nuh. Ia sedih dan marah melihat manusia yang Tuhan ciptakan menjadi semakin jahat. Mereka berbohong, mencuri, bertengkar dan tidak taat pada Tuhan. Karena itu Tuhan akan melenyapkan mereka dengan air bah, kecuali Nuh dan keluarganya.

“Buatlah bahtera yang besar. Bikin bertingkat dan beri sekat untuk ruangan,” perintah Tuhan. Nuh menurut. Ia membuat bahtera itu sekalipun pekerjaannya berat dan lama. Ia juga diolok-olok keluarga dan tetangga, tetapi Nuh tetap bekerja. Nuh memberitahu mereka hukuman yang akan Tuhan lakukan karena dosa mereka dan mengajak mereka bertobat, tapi mereka tidak mau.


Setelah bahtera selesai, Nuh memasukkan bekal makanan, minuman dan keperluan lain. Ia juga membawa segala jenis hewan liar, hewan jinak, burung dan hewan melata sesuai yang diperintahkan Tuhan. Terakhir, Nuh, istrinya, tiga anak laki-laki dan tiga menantunya masuk ke dalam bahtera. Setelah mereka semua ada di dalam bahtera, Tuhan menutup pintunya dan hujan lebat mulai turun.


Semua orang di luar bahtera mulai khawatir. “Jangan-jangan benar yang Nuh katakan. Tuhan akan membuat air bah,” kata seseorang.

Mereka mulai berlarian dengan panik ke bahtera Nuh. Menggedor-gedor pintunya. “Nuh, tolong buka pintunya! Biarkan kami masuk!” Teriak mereka. Mereka mulai menyesal tapi tidak minta ampun kepada Tuhan. Mereka mencari Nuh, padahal Nuh tidak bisa menyelamatkan mereka. Karena mereka tidak mencari Tuhan, hujan itu tetap turun selama empat puluh hari empat puluh malam hingga air bah menghabiskan semuanya.


Setelah air bah surut. Nuh dan keluarga keluar dari bahtera. Mereka memberi persembahan untuk Tuhan. Tuhan  menyukai persembahan mereka lalu Tuhan berjanji tidak akan lagi menurunkan air bah. Tuhan membuat pelangi di awan sebagai tanda perjanjian-Nya.


Bacaan alkitab: Kejadian 7, 8, 9:1-17.


Pesan cerita: Tuhan menciptakan kita dengan tujuan baik, maka kita harus melakukan perbuatan-perbuatan baik, misalnya suka menolong, baik hati, ramah, tidak sombong dan saling mengasihi.


Berdoa pada Tuhan: Tuhan, Tolong aku untuk tumbuh dengan pikiran dan perbuatan baik dan memuliakan Engkau, Penciptaku.

Meminta dan Mendapat

Renungan Wanita.


“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” – 1 Yohanes 5:14


Pada saat bangun pagi, seorang istri berkata pada suaminya, “Tadi malam aku mimpi, kamu kasih aku kalung berlian buat kado Natal. Bagaimana pendapatmu soal mimpiku itu?” Suaminya menjawab, “Kamu akan tahu malam ini, Sayang”. Malam itu sang suami pulang membawa sebuah kotak kado. Dengan hati berdebar-debar penuh kebahagiaan, sang istri membuka kado itu perlahan-lahan. Di dalamnya ada sebuah buku yang berjudul “Arti-arti  Mimpi”.


Mempunyai keinginan bukan hal buruk dan tabu. Bahkan bagi orang sakit atau pasien, memiliki keinginan membantu mereka secara fisik dan emosional untuk tabah dan kuat. Karena, keinginan itu memberi mereka secercah harapan untuk sembuh dan pulih lagi seperti sedia kala.


Sahabat wanita, sah-sah saja bila kita punya banyak keinginan, asalkan yang baik. Firman-Nya berkata, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7). Kita boleh minta banyak hal, tapi tidak boleh berpangku tangan. Upayakan yang bisa kita lakukan, sebab doa diikuti dengan bekerja. Jangan paksakan kehendak kita tapi cari kehendak Tuhan, dimana Ia menghendaki agar kita mengenal Dia lebih dalam (Mat 9:13) dan memiliki belas kasihan (Mat 12:7). 

Mengenal Tuhan membuat kita mengerti yang Dia kenan dan tidak. Belas kasih menjadikan kita pribadi yang murah hati. Ketika kita diberkati, kita pun memberkati orang lain.


Doa: Tuhan, banyak yang aku pinta dari-Mu, tapi kehendak-Mu lah yang jadi. Apa yang Kau izinkan aku miliki, itu adalah yang terbaik dari-Mu
.

Apakah Kamu Termasuk Kaum Rebahan?

Renungan Remaja.

Sejak pandemi covid-19, “rebahan” menjadi satu kata yang populer.Seluruh aktivitas yang biasanya dilakukan di luar rumah serentak dialihkan ke rumah masing-masing. Kegiatan belajar sekolah dilakukan secara daring.

Penampakan murid yang mengikuti sekolah online dengan atasan
seragam sekolah dan bawahan celana/rok rumah menjadi
pemandangan yang lucu tapi akhirnya normal aja. Pelajaran yang
dapat diikuti dengan duduk santai, bahkan rebahan sambil ngemil
tanpa khawatir dilihat dan ditegur guru terasa asyik.

Rebahan artinya tidur-tiduran atau malas-malasan. Istilah kaum
rebahan ditujukan kepada mereka yang lebih sering menghabiskan
waktunya di atas kasur daripada melakukan kegiatan di luar rumah.
Saking viralnya kata rebahan ini, banyak yang membuat lelucon lucu
seperti: “Barang siapa bisa rebahan di segala cuaca, itu adalah kaum
kami.”

Kelamaan rebahan bisa memupuk rasa malas. Dan seperti hal-hal
negatif lainnya, kemalasan juga harus dilawan. Cari tahu sebab malas.
Atur jadwal kegiatan, urutkan dari yang prioritas terlebih dulu atau yang
lebih mudah. Disiplin atur waktu. Hindari melihat media sosial terlalu
lama. Pasang alarm untuk setiap kegiatan. Terakhir, boleh juga beri
penghargaan untuk pencapaian kamu setiap hari.

“Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” – Amsal 6:6

 Doa dan Komitmen:
Aku tidak mau menghabiskan masa mudaku dengan bermalas-malasan. Tuhan tolonglah aku menjadi pribadi yang bersemangat, rajin dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.