“Segala kepahitan,…..hendaklah dibuang dari antara kamu, …” (Efesus 4:31)
Dua orang sahabat, Yono dan Andi, sedang berjalan kaki di sebuah pinggiran desa. Saat mendekati sebuah sungai, mereka melihat dua orang nenek sedang menangis di pinggir sungai. “Ada apa nek? Mengapa nenek menangis?”, tanya mereka. “Kami ingin menyeberang tapi tidak ada jembatan, dan kami takut terhanyut oleh arus sungai jika kami menyeberang sendiri”, jawab salah satu nenek.
Yono mencoba mengukur kedalaman sungai dan ternyata dangkal, hanya arusnya nampak terlalu deras untuk kedua nenek tersebut. Yono berdiskusi dengan Andi dan mereka sepakat untuk menggendong masing-masing seorang nenek. Kedua nenek itu pun ditolong mereka menyeberang ke sisi sebelah dari sungai itu. “Terima kasih banyak ya nak, kalian berdua baik sekali”, kedua nenek itu berterima kasih dan kemudian pergi.
Yono dan Andi pun melanjutkan perjalanan mereka. Tidak lama kemudian, Andi mengeluh, “Yono, gara-gara menggendong nenek itu, punggungku jadi sakit, celana dan sepatuku jadi basah karena kena air sungai. Seharusnya kita gak usah menggendong mereka.” Yono hanya diam saja tidak menanggapi keluhan Andi sambil terus berjalan. Beberapa kilometer setelah itu Andi mengeluh lagi sambil marah, “Harusnya kita gak usah menolong nenek nenek itu. Aku jadi capek dan sakit karena menggendong mereka. Kenapa sih kamu kasih ide untuk menolong mereka?”
Yono pun menjawab Andi, “Andi, tau gak kenapa saya diam saja dan tidak mengeluh? Punggungmu sakit karena kamu masih “menggendong” nenek itu sampai sekarang, sedangkan saya sudah tidak menggendong nenek tersebut sejak kita selesai menyeberangkan mereka. Apa yang sudah berlalu, biarkanlah berlalu. Bersyukurlah karena kita bisa menolong orang lain. Sakit punggungmu disebabkan karena pikiranmu masih terus memikirkan hal yang baik itu sebagai sesuatu yang negatif.”
Kisah ini adalah gambaran bagaimana kita seringkali bersikap terhadap keluarga, teman atau orang-orang di sekitar kita. Kita terus menerus mengingat dan menyimpan kepahitan padahal kejadiannya sudah lama berlalu. Kita tidak pernah melepaskan dan membiarkan hal itu pergi tapi terus “menggendong” masa lalu hingga menjadi kepahitan yang tak terselesaikan. Ayat Alkitab berkata agar kita membuang segala kepahitan. Jangan simpan-simpan tapi buanglah dan lanjutkanlah perjalanan hidup kita dalam sukacita.