Dunia Ini Bukan Firdaus

Seorang bapak, teman ayah saya dalam pelayanan gereja di Manado, tiba-tiba meninggal di umurnya yang sudah 70 tahun lebih. Istrinya belum rela akan kepergiannya, dan berupaya agar suaminya hidup kembali. Ia berdoa dan memukul-mukul dada suaminya, sambil sesekali memanggil namanya.
Mendadak, suaminya membuka mata dan hidup lagi.  Tapi, bapak ini tidak begitu senang dia kembali ada di dunia. Rupanya, saat dia meninggal, rohnya telah berada di suatu tempat yang sangat indah dan penuh damai yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.  Itulah yang diceritakan olehnya kepada istri, keluarga dan teman-temannya.
Kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang penuh damai dan kebahagiaan sebagaimana dikatakan di dalam Wahyu 21:4,  “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Di dunia masih ada tangisan dan air mata, duka dan kesedihan, karena dunia ini bukan Firdaus.
Seorang penjahat yang tersalib di sebelah Yesus meminta agar Tuhan mengingatnya saat Ia datang kembali sebagai Raja. Lalu Tuhan Yesus berkata,  “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:43).
Dunia ini hanya sementara, ingatlah akan tujuan kita yang kekal.
“Tuhan Yesus, pimpinlah langkahku agar selalu berjalan di jalanMu menuju ke Firdaus.”

Perasa Pedas

Guru di sekolah anak saya sedang mengajar tentang bagian-bagian pada lidah yang berfungsi untuk merasakan rasa manis, asin, asam dan pahit.   Semua murid mendengarkan penjelasan sang guru dengan penuh perhatian, sementara anak saya berpikir tentang sesuatu.
Ia lalu bertanya pada gurunya, “Pak guru, boleh bertanya?”
“Boleh, silahkan!”, kata pak guru.
“Begini pak, setelah mendengar penjelasan bapak, saya ingin bertanya, bagian mana pada lidah yang berfungsi merasakan rasa pedas?”, tanya anak saya.
Pak guru terdiam, dan berusaha berpikir. Wajahnya nampak serius menanggapi pertanyaan itu, tapi tidak dapat menjawab dan akhirnya ia berkata bahwa nanti ia akan mencari jawabannya.   Waktu pun berlalu, dan jawabannya tak pernah kunjung datang sampai anak saya lulus dari sekolah itu.
Apa yang menarik dari kisah di atas, adalah tentang ketidakmengertian manusia secara penuh akan tubuhnya sendiri.  Para dokter pun tidak dapat memahami secara menyeluruh tentang keadaan dan berbagai fenomena yang terjadi pada tubuh.  Ilmu pengetahuan berusaha menggali dan mencari jawaban, namun masih begitu banyak misteri yang tak terjawab.
Betapa ajaibnya Tuhan yang menciptakan tubuh kita. Dia adalah ahli dari segala ahli, yang maha mengerti akan segala-galanya. Tidak ada yang dapat menyamai Tuhan dalam pemikiran dan hikmatNya.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan akan keagunganNya.
“Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (Mazmur 139:6)
Tuhan Yesus, engkau ajaib, engkau agung dan mulia. Pikiranku tidak dapat menyelami keajaiban karyaMu. Aku menyembah dan memuji namaMu yang kudus.

Badai Irma di Florida

Beberapa waktu lalu, badai Irma menghantam Florida, Amerika Serikat. Korban harta dan nyawa berjatuhan.
Bencana ini ditetapkan sebagai bencana nasional dan mendapat perhatian luas dari seluruh dunia.  Hampir berbarengan dengan bencana badai Irma, di Meksiko terjadi gempa bumi yang dahsyat dan memakan korban jiwa serta merusak berbagai bangunan.
Bencana alam semacam ini perlu kita perhatikan sebagai salah satu tanda yang diberikan Tuhan menjelang akhir jaman. Dalam Lukas 21:25 tertulis, “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut.”
Kedatangan Tuhan Yesus akan diawali dengan tanda-tanda dahsyat di langit dan bencana alam yang menakutkan. Kita sudah melihat dalam dua dekade ini, bencana alam yang dahsyat melanda berbagai belahan bumi. Banyak korban jiwa berjatuhan yang jumlahnya total mencapai jutaan orang. Kita perlu melihat dan merenungkan setiap tanda yang sedang terjadi atas bumi ini.
Mari persiapkan diri kita agar selalu siap sedia.

Jam Tangan Komunikasi

Dua tahun yang lalu, ketika melihat seorang ibu sedang kebingungan mencari anaknya, sebuah ide muncul dalam pikiran Colleen Wong, untuk menciptakan sebuah jam tangan komunikasi untuk anak-anak.
Fungsi jam tangan tersebut adalah selain untuk berkomunikasi seperti layaknya sebuah handphone, juga sebagai alat pelacak, agar orangtua dapat dengan mudah mengetahui posisi keberadaan anaknya.  Idenya kemudian direalisasikan dan banyak diminati oleh para orangtua yang mempunyai anak kecil.
Kisah ini menarik untuk kita renungkan dan dihubungkan dengan relasi kita dengan Tuhan, sebagai anak dan Bapa.  Ada dua hal yang menjadi hikmah yaitu:
1. Tuhan dapat melacak keberadaan kita dimanapun kita berada.
Amsal 5:21 tertulis: “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.” Kita tidak dapat menghindar dari pengawasan mata Tuhan. Ia tahu apa yang sedang kita lakukan, bahkan sampai kedalaman hati kita pun Ia mengetahui.
2. Kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa
Dalam Yeremia 33:3 tertulis: “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau”. Dan di dalam Mazmur 50:15 tertulis: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.”  Doa menjadi sarana komunikasi kita yang prosesnya cepat sampai di telinga Bapa sorgawi, dan jawabanNya pun akan tepat waktu.
Marilah kita bersyukur karena kita punya sarana komunikasi yang luarbiasa diberikan oleh Tuhan, yaitu doa, dan bersyukur karena kita aman dalam pengawasan perlindunganNya.
Terima kasih Tuhan Yesus, karena Engkau selalu ada bersamaku, menyertai setiap langkahku dan mendengar setiap doaku. 

Tuhan Yesus Datang Ke Rumah

Nats Alkitab:
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. (Wahyu 3:20)
Suatu hari, teman kami akan bertamu di rumah selama beberapa hari.   Kami pun segera menyiapkan kamar untuknya dan membersihkan rumah agar nampak bersih dan nyaman baginya.
Saat teman kami datang, rumah kami telah siap menyambutnya.
Bagaimana apabila Tuhan Yesus hendak bertamu ke rumah kita?
Apakah kita akan senang menyambutnya selama beberapa hari? Lalu bahagia saat dia pergi dari rumah kita?  Ataukah kita akan selalu senang dan bahagia saat Ia tinggal di rumah kita?
Jika Tuhan Yesus datang sebagai seorang tamu, tanpa pemberitahuan kepada kita, bagaimana reaksi kita akan kedatanganNya?
Kita pasti akan memberikan ruang kamar yang terbaik bagiNya, dan makanan yang terenak untukNya.  Kita pasti akan memastikan Dia akan merasa nyaman tinggal di rumah kita.
Ketika Dia datang bertamu, akankah kita berdiri di depan pintu dengan tangan terbuka menyambut Tamu Agung itu? Atau akankah kita mengganti pakaian sebelum Dia masuk rumah? Atau menyembunyikan majalah-majalah kesukaan serta menaruh Alkitab di tempat yang bisa kelihatan olehNya?
Akankah kita mematikan suara musik favorit dan acara TV kesukaan agar Ia tidak mendengar dan melihatnya?  Akankah kita menyembunyikan lagu-lagu duniawi kesukaan kita dan mengeluarkan buku nyanyian rohani yang tersimpan lama di laci?
Apakah kita akan berperilaku sama sebelum dan sesudah Tuhan Yesus tinggal di rumah kita? Apakah perkataan-perkataan kita akan sama seperti sebelumnya? Apakah gaya hidup kita sama dari hari ke hari ?
Apakah kehidupan keluarga kita tetap sama sebagaimana adanya? Apakah kita mau mengijinkanNya untuk ikut dalam setiap rencana perjalanan kita?
Apakah kita akan menjadikanNya seperti seorang sahabat yang sangat dekat dengan kita?
Akankah kita ingin agar Ia cepat-cepat pergi dari rumah kita dan menarik napas lega atas kepergianNya? Ataukah kita ingin Ia tinggal selamanya bersama kita?
Sangat menarik untuk mengetahui apa dan bagaimana kita bila Tuhan Yesus datang bagaikan tamu ke rumah kita.
Tuhan Yesus, aku mau agar kehidupanku selalu terbuka dan berkenan di hadapanMu, agar aku menjadi pribadi yang tidak memakai selubung topeng, tetapi pribadi yang tulus dan apa adanya.

Kamu 'Gak Merasakan

Nats Alkitab:  Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. (Mazmur 90:10)
Saya menjadi tenaga volunteer di sebuah rumah sakit militer sejak setahun lebih yang lalu.  Meskipun sudah jarang kesana karena berbagai kesibukan, namun nama saya masih tercatat dan masih sering diundang dalam berbagai acara disana.
Saya ingat sebuah pembicaraan dengan seorang bapak yang sudah lanjut usianya, umurnya 92 tahun dan ia masih bisa berjalan walau tertatih-tatih. Ucapan yang keluar dari mulut ini, “Luar biasa, bapak sangat diberkati Tuhan dengan umur yang panjang”. Tapi, balasan dari sang bapak adalah,”Kamu ‘gak merasakan keadaan saya, kamu gak tau, makanya kamu bilang begitu.”  Ia tersenyum kecil sambil raut wajahnya menyiratkan perasaannya yang terdalam.   Baginya, umur panjang sampai 92 tahun bukanlah lagi sebuah kebanggaan, karena ia merasa susah dan berat untuk beraktifitas.  Ia malah sudah ingin pergi dari dunia ini.
Ada satu hal yang sama-sama dialami oleh setiap orang di muka bumi ini: “Menjadi Tua”.  Kita semua semakin menjadi tua di setiap detik yang berlalu dan itu tidak dapat berbalik.
Dunia ini bukanlah tempat permanen kita, melainkan hanya tempat sementara saja.  Baiklah kita selalu menyadari akan hal itu dan ingat akan Tuhan. Mengucap syukurlah kepada-Nya akan kasih dan penyertaan-Nya di sepanjang jalan dan umur hidup kita.
Terima kasih Tuhan buat kasih dan kemurahanMu, berkatilah dan sertailah aku selalu agar kuat dalam iman di sepanjang umur hidupku.

Katak Yang Terkecoh

Nats Alkitab:  Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut. (Amsal 16:25) 
Sejumlah eksperimen telah dilakukan terhadap katak untuk melihat reaksinya terhadap suhu panas yang meningkat secara perlahan.
Seekor katak ditempatkan dalam sebuah wadah berisi air. Suhu air tersebut dinaikkan secara perlahan sebesar 0,0036 F per detik. Katak itu tidak bergerak, dan tidak melompat keluar wadah.  Setelah 2,5 jam, katak tersebut mati.
Para peneliti merasa heran, mengapa sejumlah katak yang dipakai dalam eksperimen tidak melompat keluar wadah. Mereka pun menyimpulkan bahwa katak tersebut tidak menyadari perubahan suhu air yang semakin tinggi.  Apabila katak langsung dimasukkan dalam wadah berisi air panas, maka katak itu segera melompat keluar, tapi tidak dengan air yang suhunya meningkat pelan-pelan.
Ada semacam analogi dari eksperimen ini dengan kehidupan orang berdosa.  Mereka tidak menyadari hidupnya yang berdosa itu akan berujung pada maut. Ada orang yang menyangka jalannya lurus, padahal ujungnya menuju kepada maut. Maka, berhati-hatilah dan selalu koreksi diri kita, apakah gaya hidup kita melenceng dari kehendak Allah atau tidak.
Jangan sampai kita tidak sadar dan mati dalam dosa.  Berserah dan pekalah selalu dengan suara dan pimpinan  Roh Kudus.
Tuhan Yesus memberkati kita senantiasa.
Tuhan, tuntunlah aku dalam jalanMu,  jangan biarkan hati dan hidupku menyimpang dari kehendakMu.

Keangkuhan Yang Ditundukkan

Bacaan Alkitab: Ibrani 12:5-8
Hwenty Widjaja adalah seorang dokter dengan karir yang sukses dan menjanjikan. Ia bekerja keras dan tidak kenal lelah demi masa depannya. Selain menjadi dokter, bisnis lain pun ia jalani.  Satu hal yang ia tidak sadari saat itu adalah betapa angkuh dirinya dan bahwa ia sering merasa dirinya hebat dan paling benar.
Suatu kali, ia mengalami sakit di rahangnya dan setelah melalui pemeriksaan ternyata ada kista. Ia merasakan sakit dan lehernya tidak bisa tegak.  Dari diagnosa MRI, diketahui bahwa dua ruas tulang belakangnya hilang.  Dia pun harus menjalani operasi pemasangan pen dengan biaya yang cukup mahal.
Seharusnya, dalam dua atau tiga bulan setelah operasi, ia akan normal lagi, namun kenyataannya justru bertolak belakang dengan prediksi dokter yang menanganinya. Ia tidak bisa bangun dari tempat tidur dan harus berbaring berbulan-bulan.
Saat itulah, Hwenty merenungkan tentang kehidupannya dan menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa ia harapkan selain Tuhan. Apa yang selama ini ia andalkan, yaitu uang, kepandaian dan profesinya sebagai seorang dokter, obat-obatan, dan semua kehebatannya tidak dapat menolongnya. Ia sadar bahwa Tuhanlah yang ia perlukan dan satu-satunya yang dapat ia andalkan.
Di saat-saat sakit dan terbaring, ibunya datang dan menemaninya selalu setiap hari. Ia menyadari bahwa selama ini arogansinya telah membutakan mata hatinya terhadap kasih sayang seorang ibu.
Dalam penderitaannya, ia membaca sebuah ayat dalam Alkitab yang menguatkan hatinya, dalam Ibrani 12:5-8, “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.”   Hwenty menangis dan berdoa memohon ampun dan pertolongan Tuhan. Ia bersyukur karena Tuhan mengasihi dan menegurnya melalui apa yang ia alami.
Jamahan Tuhan ia rasakan, dan kesehatannya berangsur-angsur pulih. Penyakitnya pun lenyap oleh kemurahan Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhanlah yang menyembuhkan dan memulihkan hidupnya.
Saudara yang terkasih, marilah kita selalu menyadari siapa diri kita. Jangan ada kesombongan dalam hati dan biarlah kita bermegah hanya di dalam Tuhan Yesus, bukan di dalam kepandaian, harta atau kehebatan kita.
Tuhan, Engkaulah yang menjadikanku. Aku ini milikMu, aku mau bermegah hanya karenaMu.