” Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku —” (1 Timotius 1:12)
Dalam penjara Rasul Paulus menuliskan surat dan menyatakan pengucapan syukurnya kepada Tuhan. Ini merupakan suatu tanda penyerahan dan sukacita atas apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Penjara di jaman itu tentu tidak enak, dan tidak nyaman. Ia dipenjarakan bukan karena suatu tindakan kriminal, melainkan karena pelayanan pekabaran Injil.
Mari kita renungkan bahwa ini adalah suatu keadaan yang sulit bagi rasul Paulus. Dalam konteks yang lebih luas, ada banyak orang beriman yang mengalami kesusahan kala itu oleh karena ancaman, aniaya dan berbagai macam penderitaan.
Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah keadaan sulit dalam kehidupan kita membuat kita kehilangan sukacita? Apakah tantangan dalam pelayanan membuat kita ingin mundur dari dedikasi dan komitmen kita kepada Tuhan? Apakah kita kehilangan sukacita karena tantangan dan kesulitan itu?
Apakah kita kehilangan sukacita karena sulitnya pekerjaan? Sulitnya pergumulan hidup dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari? Apakah kita menjadi kecewa dan muram serta sedih karena semua kesusahan itu?
Mari pikirkan dan renungkan kembali, apakah semua kesulitan itu sebegitu besarnya sehingga menghalangi sukacita ilahi dalam diri kita dan menghalangi kita untuk mengucap syukur pada Tuhan?
Saudara yang dikasihi Tuhan, pikirkanlah dan catat satu demi satu kebaikan Tuhan dalam kehidupan kita. bersyukurlah dalam segala sesuatu dan bersukacitalah.
Kekuatan dari Tuhan Yesus Kristus akan memampukan kita untuk menjalani hari demi hari dengan penuh sukacita dan ucapan syukur.