Preketek

Preketek adalah sebuah istilah dalam Bahasa Jawa yang artinya “tidak peduli” atau “tidak percaya”.  Istilah ini sedang ramai dibicarakan saat ini berhubung dengan penilaian Ahmad Dhani terhadap track record Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama.
Selain preketek, di Jakarta ada pula istilah “pret” untuk mengungkapkan ketidakpercayaan. Berbagai istilah baru terus menerus muncul seiring dengan perkembangan jaman.
Dalam Markus 5:24-34, ada seorang perempuan yang tidak termasuk golongan yang “preketek” kepada Tuhan Yesus. Perempuan ini sakit pendarahan selama 12 tahun dan telah berobat ke semua dokter yang ada saat itu, namun penyakitnya justru bertambah parah.
Ia mendengar tentang Yesus, track record-Nya yang berkaitan dengan mujizat dan kesembuhan yang dikerjakan Tuhan Yesus.
Mendengar itu, ia percaya dan tidak “preketek”.
Sewaktu Tuhan Yesus melewati daerah dimana ia tinggal, ia pun tidak “preketek” melainkan peduli kepada kehadiran Tuhan dan meraih-Nya dengan iman.
Sentuhan tangannya pada ujung jubah Yesus berbeda dengan sentuhan orang lain yang berdesak-desakan. Sentuhannya adalah sentuhan iman yang mengalirkan kuasa Tuhan. Perempuan ini menjadi sembuh karena ia percaya kepada Tuhan Yesus. Ia tidak hanya mengalami kesembuhan fisik, tetapi ia juga sekaligus mendapatkan kesembuhan rohani yaitu keselamatan dan kehidupan kekal yang Tuhan janjikan.
Dalam hidup kita ini, biarlah kita menjadi orang yang mempercayai Tuhan dengan sungguh. Ingatlah akan “track record” Tuhan di masa lalu dan percayalah bahwa Tuhan masih tetap sanggup untuk melakukan mujizat dan pertolongannya di masa kini dan yang akan datang.
Kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus akan mengerjakan kebaikan demi kebaikan dalam hidup karena Tuhan bekerja dengan kuasa-Nya menolong kita.  Iman kita pada Tuhan Yesus membuat kuasa-Nya mengalir dari sorga dan memulihkan kehidupan kita. Haleluya!

390 + 40 Hari


Nabi Yehezkiel taat kepada perintah Tuhan dalam melaksanakan kehendak-Nya, meskipun sulit dan membuatnya menderita dalam jangka waktu lama. Selain itu, orang-orang menganggapnya gila karena sikapnya dan ia mengalami berbagai cemoohan selama pelayanannya.
Akan tetapi ia taat dan melaksanakan tugasnya hingga tuntas.  Allah memakainya sebagai lambang bagi umat Israel, mengenai penghukuman dan juga pemulihan yang akan dialami mereka.
Dalam konteks sekarang ini, Yehezkiel bukan sekedar lambang bagi Israek, namun,  ia menjadi lambang bagi kita, tentang ketaatan, penyerahan diri, iman yang teguh dan kesederhanaan hidup.
Ketika hidup kita sedang berada dalam kesulitan dan penderitaan, biarlah kita senantiasa tabah, sabar, setia dan beriman pada Tuhan.  Jika kita mengalaminya dengan seijin Tuhan, maka Tuhan sedang menjadikan kita lambang bagi orang-orang disekeliling kita, agar mereka mengetahui dan mengenal akan Tuhan, melalui kesetiaan, iman dan penyerahan diri kita.