Tongkat Buta dan Tuli

Orang buta biasanya berjalan dengan memakai tongkat.  Tapi bila kita perhatikan di Eropa, ada orang buta yang memakai tongkat yang berwarna strip merah dan putih.
Di Indonesia kita mungkin tidak pernah memperhatikan soal warna ini.  Biasanya orang yang buta saja, akan menggunakan tongkat dengan warna putih, atau mungkin juga warna lain yang hanya satu warna saja.  Nah, orang yang buta dan tuli akan menggunakan tongkat berwarna strip merah dan putih ini.
Dengan demikian, apabila orang buta dan tuli ini sedang menyeberangi jalan, maka seorang supir kendaraan, akan mengerti bahwa klakson kendaraannya tidak akan berguna sama sekali, sebab orang yang akan menyebarang itu tuli, disamping juga buta.
Sikap empati terhadap mereka haruslah kita tunjukkan dengan membantu dan mengerti kebutuhan mereka.  Komunikasi dengan mereka tentu harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Biasanya dengan sentuhan tangan atau bila memungkinkan dengan bahasa isyarat, apabila masih dapat melihat walaupun sangat kabur pandangannya. Sebab ada yang buta tapi tidak seratus persen.
Berbicara tentang buta dan tuli, kita ingat di dalam Alkitab ada penyebutan tentang buta dan tuli juga, tapi ini lebih parah daripada buta dan tuli jasmani.   Matius 13:13 berkata demikian:
“Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.”
Tuhan Yesus menyampaikan hal ini kepada murid-murid, bahwa ia berbicara di dalam perumpamaan kepada mereka, yaitu orang-orang yang mengikuti Dia.  Kenapa? berbicara dalam bahasa yang umum dan kalimat yang umum tidak akan membuat mereka berpikir dan merenung.  Kebingungan mereka akan perumpamaan akan membuat otak mereka bekerja.  Cobalah berbicara dengan orang bebal, perkataan kita pasti langsung mental, masuk telinga kiri, keluar juga dari telinga kiri, tidak ada efeknya sama sekali.  Tapi bila, kita berbicara dengan suatu perkataan yang membuatnya bingung, misalnya pantun yang susah, otaknya akan berusaha berpikir.
Demikian halnya yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.  Komunikasi dengan orang yang buta rohani dan tuli rohani adalah susah, maka Tuhan berbicara kepada mereka dalam perumpamaan, agar mereka berpikir.  Jadi, karena mata dan telinga rohani mereka tidak berfungsi lagi, Tuhan Yesus berbicara dalam perumpamaan-perumpamaan kepada mereka.  Mereka melihat tapi tidak melihat, mereka mendengar tapi tidak mendengar.  Suatu keadaan cacat rohani yang parah.
Oleh karena itu, baiklah kita yang hidup ini, mengaktifkan mata dan telinga rohani kita kepada firman Tuhan. Janganlah kita menjadi kebal dan bebal terhadap firman-Nya. Jadilah pribadi yang berjalan dalam terang firman Tuhan, agar suara Tuhan lebih jelas dan gampang kita mengerti di dalam hati kita saat Dia berbicara. Haleluya.

Leave a Reply