Yesus Kristus, meninggalkan kemuliaan-Nya dalam sorga, dan turun ke bumi menjadi sama dengan manusia. Filipi 2:7 mencatat tentang sikap Kristus yang demikian merendahkan diri-Nya sendiri: “melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Ia merendahkan diri-Nya, menunjukkan kerelaan dan kebesaran hati-Nya untuk menjadi hamba bagi orang lain. Ia datang ke dunia, dengan satu tujuan yaitu untuk melayani. Perbuatannya terkonfirmasi melalui perkataan-Nya bahwa barangsiapa yang ingin menjadi yang terbesar, hendaklah ia menjadi yang terkecil. Dan barangsiapa yang ingin menjadi pemimpin, hendaklah ia menjadi pelayan bagi semuanya.
Yesus Kristus adalah Tuhan, Raja alam semesta, penguasa bumi dan surga, tapi Ia rela merendahkan diri-Nya. Mari kita perhatikan baik-baik hal ini: IA RELA MERENDAHKAN DIRI-NYA.
Bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita mencontoh teladan Tuhan Yesus? dengan cara merendahkan diri di hadapan sesama? tidak menganggap diri kita lebih penting dan lebih utama, melainkan mengambil posisi sebagai hamba?
Bulan ini, kita mengingat kembali kelahiran Kristus yang datang ke dunia untuk menebus dosa manusia. Ia tidak datang dengan kemegahan dan kemuliaan-Nya, melainkan datang dalam keadaan yang nampak hina di hadapan manusia, terlahir di kandang domba. Namun, itulah bukti kerendahan hati Allah, yang mau serendah-rendah-Nya, menempatkan diri-Nya di antara manusia yang dikasihi oleh-Nya.