Pasien Dan Dokter Gigi

hypnodontist1Seorang pasien di sebuah tempat praktek dokter gigi, mengeluh dengan keadaan yang harus ia jalani seraya berkata, “Lima puluh ribu adalah uang yang sangat mahal hanya untuk mencabut gigi yang cuma perlu dua detik.”
“Sang Dokter gigi kemudian menjawab dengan lembut, “Baiklah, kalau kamu mau, saya akan mencabut gigimu secara perlahan-lahan.” Sang pasien kemudian dengan spontan menolak dan meminta agar dicabut secara cepat serta tidak komplain lagi.
Cerita di atas hanyalah sebuah ilustrasi tentang keluhan-keluhan manusia yang seringkali muncul tanpa menyadari hal yang sebenarnya. Keluhan-keluhan kita kepada Tuhan seringkali muncul ketika kita menghadapi masa-masa sulit atau penderitaan. Keluhan-keluhan juga terkadang muncul ketika kita tidak puas dengan suatu keadaan dan menuntut penjelasan dari Tuhan.
Tuhan adalah pribadi yang maha kuasa dan mengerti segala sesuatu. Dia adalah master dari segala master. Dia lebih master daripada seorang master of engineer atau master of theology. Dia pun lebih doktor dari semua orang yang bergelar doktor.
Kita sebagai ciptaan adalah hasil karya sang Master dan Doktor yang maha segalanya. Tuhan sangat mengerti dan Dia bekerja di dalam kehidupan kita. Setiap keadaan harus dihadapi dengan ucapan syukur kepada Allah, karena di dalam segala sesuatu ada maksud yang terbaik buat kita.
Keluhan-keluhan kita seringkali tidak tepat karena keterbatasan pengetahuan kita. Mengeluh hanya akan membuat kita merasa tertekan dan putus asa. Tapi, marilah kita selalu menghadapi segala sesuatu dengan mengucap syukur dan berharap kepada Tuhan.
Ayub menjadi contoh bagi kita tentang pengeluhan-pengeluhan yang tidak perlu. Memang berat sekali apa yang dialami oleh Ayub. Namun, perlu kita renungkan bahwa alangkah baiknya ketika mulut kita terkatup bagi ucapan-ucapan yang tidak berguna, dan membiarkan hati kita berdoa kepada Tuhan seraya berserah kepada-Nya. Tuhan sangat mengerti dan Dia tahu apa yang harus Ia kerjakan bagi kita.
Inti renungan hari ini adalah agar kita senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan, karena Tuhan itu baik, sebagaimana pemazmur mengatakan dalam Mazmur 100:5,
“Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.”
Amin.

Sikap Hamba Tuhan Yang Benar

servegodnotmoneyNabi Mikha memperingatkan dengan keras sikap buruk para nabi di jamannya.  Para nabi itu akan memberitakan damai kepada orang yang memberi mereka sesuatu, dan akan memberitakan hal buruk kepada orang yang tidak memberikan mereka sesuatu.
“Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi,
yang menyesatkan bangsaku,
yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah,
maka mereka menyerukan damai.
tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka
maka mereka menyatakan perang.” (Mikha 3:5)
Motivasi para nabi di jaman itu telah mengalami pergeseran.  Mereka tidak lagi didorong oleh pimpinan Tuhan, tetapi digerakkan oleh motivasi duniawi.  Mereka suka berbicara yang baik kepada orang-orang yang memberi kepada mereka, dan berbicara yang buruk kepada orang-orang yang tidak memberi.
Hal ini menjadi pelajaran dan juga peringatan untuk semua orang yang hidup dalam pelayanan, sebagai pendeta atau pelayan Tuhan.  Seorang yang menyebut dirinya hamba Tuhan, akan menyuarakan suara Tuhan sesuai kehendak Tuhan dan tidak berkompromi dengan dosa.  Kepada siapapun, ia akan melayani dengan kapasitasnya sebagai kepanjangan tangan Tuhan tanpa didorong oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu dari orang yang dia layani.
Salah satu hukuman Tuhan kepada para nabi, hamba atau pelayan Tuhan yang sikapnya seperti itu adalah:
akan mendapat malu sebab doanya tidak dijawab oleh Tuhan, nubuatnya tidak terjadi, dan tidak ada suara Tuhan yang ia dengar, karena Tuhan tidak mau berbicara kepada mereka.
Marilah kita perhatikan dengan sungguh-sungguh ayat firman Tuhan ini, supaya sebagai seorang pelayan Tuhan, kita melakukan tugas pelayanan dengan mendasarkan kepada keadilan, kebenaran dan ketulusan, agar kita dapat terus dipakai oleh Tuhan dalam sepanjang umur pelayanan kita.  Amin.
Bacaan: Mikha 3:1-12

Batu Sandungan Di Perjalanan

batusandunganTuhan Yesus berkata kepada Simon Petrus, seorang murid yang dekat dengan-Nya, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”  (Matius 16:23)
Tuhan Yesus mengenali dengan betul apa saja yang dapat menjadi batu sandungan bagi-Nya.  Hal ini perlu kita contoh dan lakukan dalam kehidupan kita, sebab dengan mengenali batu-batu sandungan itu maka perjalanan iman kita akan mencapai garis akhir dengan baik.
Raja Daud tidak menyadari akan suatu batu sandungan yang ada di hadapannya, ketika ia memandang Batsyeba, istri Uria.   Simson tidak menyadari akan batu sandungan dalam hidupnya, ketika ia terjerat dengan cinta kepada Delila, perempuan Filistin itu. Sebaliknya, Yusuf menyadari betul akan suatu batu sandungan di hadapannya, saat istri Potifar merayunya untuk tidur dengannya.
Akhan, jatuh dalam dosa, karena sebuah “batu sandungan” berupa harta benda.  Saul, terganjal perjalanan karirnya sebagai seorang raja, karena “batu sandungan” berupa lembu sapi.  Abraham, tersandung karena Hagar.  Lot tersandung karena gemerlap dunia. Yudas tersandung karena 30 keping perak.  Gehazi tersandung karena dua talenta perak dan dua potong baju.  Musa tersandung karena amarahnya.  Esau tersandung karena semangkuk kacang merah.
Apa yang dapat membuat kehidupan iman kita tersandung?  Kenalilah setiap batu-batu sandungan dalam kehidupan kita.  Dan atasilah setiap batu sandungan itu.  Jangan sampai kita tersandung dan gagal. Amin.
 
 

Masalah Pertama Yang Harus Diselesaikan

Matius 9:2
” Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”
Seorang lumpuh dibawa kepada  Yesus bersama dengan tempat tidurnya. Apa yang dikatakan oleh  Yesus sangat mencengangkan beberapa ahli taurat disitu, karena mereka memahami bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa dan mereka menganggap Yesus sedang menghujat Allah.
Namun, mereka tidak menyadari bahwa Yesus berkuasa mengampuni dosa, sebagaimana orang-orang lain juga sering tidak menyadari hal ini. Mengapa Yesus dapat mengampuni dosa? Sebab Yesus adalah Allah sendiri, Allah yang menjelma menjadi manusia di dalam Kristus.  Alkitab mengatakan demikian: “FIRMAN itu telah menjadi manusia.” Dan disebutkan pula bahwa FIRMAN itu adalah ALLAH.  Yesus Kristus adalah Sang FIRMAN yang telah menjadi manusia. Dan meskipun dalam rupa manusia, hakekat-Nya sebagai Allah tidaklah berubah.  Ia mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa manusia.
Itulah sebabnya kepada orang lumpuh ini, hal pertama yang diselesaikan oleh Yesus adalah dosa-dosanya, ketika Yesus berkata: “…dosamu sudah diampuni.”
Kebutuhan mendasar manusia adalah pengampunan dosa. Tidak ada lain hal yang lebih berharga selain hal ini, pengampunan dosa, yang berarti pemulihan hubungan dengan Allah.
Ketika dosanya diampuni, maka hal kedua yang Yesus lakukan adalah menyembuhkan fisik orang lumpuh itu.
Perhatikanlah apa yang utama dalam hidup kita: Pengampunan dosa, yang berimplikasi kepada hidup yang dikenan oleh Allah.  Biarlah hidup kita selalu berkenan kepada Allah oleh karena Ia telah mengampuni dan menerima kita.  Marilah terus berjalan dalam kehendak Allah yang sempurna agar kita hidup dalam perkenanan dan berkat sorgawi.

Harga Kasih Karunia


 
Seorang teman berbicara tentang istilah “Cheap Grace” atau “kasih karunia yang murah”, yang seringkali dilontarkan oleh sebagian orang dalam menanggapi keselamatan sebagai pemberian Tuhan.
Benarkah bahwa kasih karunia Tuhan itu murah? Benarkah kasih karuniaNya itu murahan? Sehingga sedemikian murahnya menyebabkan banyak orang yang tidak menghargai kasih karunia-Nya itu?
Roma 3:23 berkata: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”
Ayat ini menunjukkan keadaan dan ketidakberdayaan kita sebagai manusia, yakni ketidakberdayaan untuk mencapai keselamatan akibat dosa. Sebab siapakah yang dapat mencapai taraf kesucian serupa Allah? Dosa telah menghancurkan dan melenyapkan kemuliaan kita.
Namun ayat 24 berkata demikian: “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”
Ayat ini menyebutkan sebuah jalan keluar bagi kita agar memperoleh keselamatan.  Jalan keluar itu adalah kasih karunia di dalam Kristus Yesus.  Marilah kita perhatikan kata-kata dalam ayat ini dengan lebih jelas.  Disana ada kata “cuma-cuma”, apanya yang cuma-cuma ?  Cuma-cuma disini maksudnya gratis. Jadi, apanya yang gratis? Apakah kasih karuniaNya atau apa?
Yang gratis adalah pembenaran. Kita dibenarkan oleh Tuhan dengan gratis. Apakah murah? Sama sekali tidak murah, karena harganya begitu mahal yaitu dengan darah Kristus Yesus.  Di dalam ayat ini jelas sekali tertulis tentang harga kasih karunia itu yaitu di dalam kata-kata berikut ini dalam ayat 24: “…karena penebusan dalam Kristus Yesus.”
Murahkah kasih karunia yang kita terima? Sangat mahal. Allah sendiri telah membayarnya dengan darah Kristus.  Allah menjadi manusia, Ia turun dan merendahkan diri-Nya menjadi serupa dengan manusia bahkan lebih rendah dari seorang hamba, karena Ia mau membayar semua hutang dosa kita dengan darah-Nya sendiri.  DARAH-NYA telah tertumpah untuk menyucikan kita dari segala dosa kita.
IA YANG BENAR telah memberikan diri-Nya untuk kita, orang-orang yang tidak benar. Betapa mahalnya sebuah kasih karunia dari Allah, yang kita miliki dengan cuma-cuma di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
 

Firman Tuhan Pada Waktu Yang Tepat

Lukas 3:2
“pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.”
Ayat ini menyebutkan kapan Allah berfirman kepada Yohanes pembaptis, yaitu pada saat Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar. Dalam ayat 1 tertulis juga keterangan mengenai para penguasa yang memerintah saat itu.
Ada satu hal yang sangat penting dalam ayat ini yaitu mengenai saat atau waktu Allah berfirman. Mengapa Allah tidak berfirman pada waktu sebelumnya yakni ketika imam besar dijabat oleh orang lain? Atau ketika raja dan penguasa disana adalah orang yang berbeda? Mengapa Allah berfirman saat itu dan bukan nanti? Kita mengerti dari ayat ini, bahwa setelah firman Allah diberikan, barulah Yohanes pembaptis keluar dari padang gurun dan memulai pelayanannya.
Kita mengerti dari ayat firman Tuhan hari ini bahwa Tuhan bekerja menurut waktuNya yang telah Ia tetapkan. Waktu Tuhan adalah waktu yang terbaik. Hal ini memberikan kepada kita suatu kesadaran untuk:

  1. Bekerja menurut waktunya Tuhan
  2. Mendasarkan pelayanan kita kepada Firman Tuhan
  3. Menantikan dengan sabar proses yang Tuhan sedang kerjakan dalam kehidupan kita
  4. mengerti bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam, namun Ia bekerja di dalam segala sesuatu.

Mengapa Yesus Marah?

Dalam suatu peristiwa, datanglah seorang yang lumpuh sebelah tangannya kepada Yesus.  Dan itu terjadi pada hari Sabat.  Di sekitar Tuhan Yesus ada banyak orang Farisi.  Dan Ia sangat mengerti bahwa orang-orang Farisi ini sangat ketat sekali dalam menegakkan peraturan agama.
Tuhan Yesus bertanya kepada mereka, apakah boleh melakukan hal yang baik pada hari Sabat?  Ataukah berbuat yang jahat?  Apakah boleh menyelamatkan nyawa orang di hari Sabat?
Tapi mereka semua yang ada disitu hanya diam saja.
Disinilah saat dimana Tuhan Yesus marah kepada mereka.  Ia marah karena kedegilan hati mereka.  Tuhan Yesus berdukacita karena mereka tidak punya belas kasihan kepada orang lain, dan yang dipikirkan hanyalah bagaimana supaya hukum agama itu ditegakkan.
Peristiwa ini memberikan suatu teguran kepada kita yang hidup sekarang ini, masih adakah belas kasihan di dalam hati kita kepada orang lain?  Ataukah kita hanyalah orang-orang yang mengikuti sistem kerja yang kaku?  Entah itu di gereja, organisasi, kantor, atau tempat kita beraktifitas melayani?   Bagaimanakah reaksi kita terhadap suatu keadaan dimana terdapat pilihan untuk menegakkan peraturan atau memberikan belas kasihan dan pertolongan?
Berhati-hatilah agar kita tidak sampai memiliki hati yang degil.
Orang yang hatinya penuh dengan kasih akan selalu mengasihi dan memanifestasikan kasihnya dalam perbuatan.   Alasan bahwa kita mengasihi namun tidak dapat berbuat apa-apa karena terikat dengan peraturan, bukanlah kasih.
Landaskanlah semua tindakan kita pada kasih Tuhan Yesus yang sejati.  Tunjukkanlah empati dan kepedulian kepada orang lain.  Amin.
Ayat Mas:
Ia berdukacita karena kedegilan hati mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.  (Markus 3:5)
 

Bagaimana Hidup Dalam Kehendak Allah

Sebagian orang ingin hidup menurut kehendaknya saja, tapi sebagian lagi berusaha untuk mencari kehendak Allah dan hidup di dalam kehendak Allah.
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mencari tahu apakah sebenarnya kehendak Allah bagi kita secara pribadi.  Bagaimana cara mengetahui kehendak Allah?  Ada beberapa cara yaitu:
Pertama, melalui pembacaan Alkitab.  Kita membaca tentang kehendak Allah di dalam Alkitab.  Hal ini berlaku secara umum.  Semua orang dapat membaca dan mengerti apa kehendak Allah dalam hidupnya.  Membaca Alkitab perlu dan seharusnya dilakukan dengan tekun oleh setiap orang percaya, karena itu adalah Surat dari Tuhan.
Kedua, adalah melalui doa.  Kita dapat mengetahui kehendak Allah melalui hubungan yang erat dengan Tuhan dalam doa.  Doa merupakan sarana komunikasi kita dengan Tuhan.  Ia tidak menuntut kita harus berkomunikasi memakai handphone mahal, atau sarana lainnya.  Yang terpenting dalam doa adalah hati yang berserah, tulus, jujur dan terbuka kepada kehendak Tuhan.
Ketiga, melalui penyataan yang diberikan Allah, baik itu di dalam hati kita, melalui orang lain atau melalui seorang pelayan Tuhan.
Setelah mengetahui kehendak Allah, hal yang pertama dan utama yang kita lakukan adalah mentaati kehendakNya dan berjalan di dalam rencana dan kehendakNya itu.  Mentaati lebih sulit daripada mencari kehendak Allah.  Mencari kehendak Allah tidak lebih sulit daripada melakukan kehendak Allah.
Pelajarilah terlebih dulu kehendak Allah yang umum buat kita, setelah itu barulah kita bertanya kepada Tuhan, mengenai apa yang menjadi kehendak Allah secara spesifik untuk diri kita.  Ketika kita telah mengetahui dan mengerti kehendak-Nya, maka lakukanlah itu.
Dalam Mazmur 143:10, raja Daud memohon kepada Tuhan, untuk mengajari dirinya “melakukan kehendakMu”.  Ini merupakan hal yang penting dan menjadi doa Daud kepada Tuhan.
Ketika ada pencobaan, godaan atau tantangan, marilah berdoa kepada Tuhan, agar Tuhan menunjukkan jalanNya dan kita taat di dalam setiap jalan-Nya. Amin.
 
 

Cara Menjadi Yang Terbesar

Para murid berbincang dalam perjalanan mereka tentang siapa yang lebih besar di antara mereka.  Mungkin kategori terbesar itu mencakup beberapa syarat seperti : dekat dengan Tuhan Yesus, paling sibuk, paling dikasihi Tuhan Yesus, yang paling sering diajak ngobrol, yang paling ganteng, paling pintar dan sebagainya.   Perbincangan ini rupanya menjurus kepada perselisihan dan pertengkaran.  Lucu rasanya membayangkan para murid mempersoalkan siapa yang terbesar diantara mereka.  Tapi bukankah seringkali kita juga memiliki kecenderungan yang sama ?  Kita seringkali membandingkan siapa yang paling dekat dengan bos di perusahaan tempat kita bekerja, atau siapa yang paling dekat dengan gembala di gereja.  Rasanya kalau paling dekat dengan pimpinan, maka kita adalah yang terbesar dan terhebat.
Pertengkaran para murid didengar dan diketahui oleh Tuhan Yesus.  Dan sangat kontradiksi dengan pemahaman para murid, Tuhan Yesus memberikan jawaban mengenai siapa yang terbesar, dengan perkataan berikut ini:
“Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu (terbesar), hendaklah ia menjadi yang terakhir (terkecil) dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
Jawaban ini mencengangkan para murid karena berbeda dengan konsep mereka mengenai cara menjadi yang terbesar.  Saya tidak mau mengajarkan cara menjadi yang terbesar, hanya judul renungannya saja yang seperti demikian.  Karena motivasi kita dalam mengikuti Tuhan bukanlah untuk menjadi yang terbesar.  Karena Tuhan Yesus memberikan teladan kepada kita, bagaimana menjadi seorang hamba yang taat.
Marilah kita berfokus kepada hidup yang melayani sesama, melayani semua dan melayani mereka yang dipandang kecil dan rendah oleh dunia.
Tuhan Yesus menyebutkan tentang melayani dan menyambut anak-anak.  Mengapa anak-anak dipakai sebagai contoh pelayanan? Karena seringkali kita mengabaikan pelayanan dan penyambutan kepada anak-anak karena menganggap mereka bukan apa-apa.
Jadilah yang terkecil dan pelayan dari semuanya.
Bacaan Alkitab:
Markus 9:33-37
Ayat Mas:
“Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Markus 9:35b)
 

Bolehkah Makan Dengan Orang Berdosa?

Tuhan Yesus makan dengan Matius, seorang pemungut cukai yang dibenci oleh masyarakat umum.  Para pemungut cukai beserta profesinya dianggap sebagai orang berdosa dan profesi yang berdosa diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena pemungut cukai mengambil pajak dari rakyat bangsa Israel.  Ketika itu, konteks ayat ini berlatarkan umat Israel yang dijajah oleh bangsa Romawi, sehingga pemungut pajak dapat dikatakan sebagai alat penjajah atau kaki tangan bangsa Romawi.   Dan kebanyakan, para pemungut pajak melakukan tindakan pemerasan dalam arti mereka meminta pembayaran pajak melebihi yang seharusnya dibayarkan.
Matius pasal 9 ayat 9-13 menceritakan kisah ini, yaitu Tuhan Yesus makan bersama di rumah Matius seorang pemungut cukai. Orang-orang Farisi bertanya kepada murid-murid Tuhan Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama pemungut cukai dan orang-orang berdosa?”
Nah, pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang seringkali juga ditanyakan hingga sekarang, bahkan seringkali kita merasa tidak patut duduk semeja dengan orang berdosa atau orang yang tidak seiman.  Bagaimanakah seharusnya? Apakah jawaban atas pertanyan: Bolehkah kita makan bersama dengan orang berdosa?”
Jawabannya adalah: Boleh makan bersama dengan orang berdosa. Yang penting adalah jangan melakukan dosa.  Lagipula, makan dengan orang berdosa tidak akan membuat kita berdosa.  Namun, tujuan makan dengan orang berdosa adalah untuk menyatakan kasih Tuhan kepada mereka dan menunjukkan bahwa kita tidak membeda-bedakan orang, karena Tuhan Yesus sendiripun menerima orang berdosa dan dengan jalan demikian banyak orang berdosa merasakan kasih Tuhan.
Tuhan Yesus menyuruh untuk mempelajari arti dari firman : “Yang kukehendaki adalah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Adakah belas kasihan di hati kita buat orang-orang berdosa? Ataukah kehidupan kita begitu eksklusif hanya antara yang satu gereja, atau satu agama dengan kita?  Ingatlah dan renungkan perkataan Tuhan Yesus, belas kasihan harus kita miliki dalam hati kita.  Belas kasihan kepada jiwa-jiwa yang membutuhkan Tuhan.