Keberhasilan merupakan hal yang dijanjikan Tuhan. Berhasil dalam rencana Tuhan akan terjadi dalam kehidupan orang-orang percaya. Ada dua hal yang disampaikan oleh firman Tuhan agar kehidupan kita berhasil dan beruntung. Hal tersebut dinyatakan di dalam kitab Yosua 1:8 yang berkata: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”
Makna berhasil tentunya adalah keberhasilan menurut kehendak Allah. Apabila kita mengerti firman-Nya, dan hidup di dalam Firman Tuhan, maka itu berarti bahwa kehendak Tuhan pasti terjadi dalam hidup kita sebab kita berjalan sesuai keinginan Tuhan.
Beruntung mempunyai makna ditolong Tuhan ketika sesuatu mustahil menurut akal pemikiran manusia. Maka dari itu, setiap orang percaya bisa beruntung bukan karena kepandaian, kehebatan atau kekayaan melainkan karena pertolongan Tuhan.
Dua hal diatas yang perlu kita ingat agar berhasil dan beruntung adalah:
1. membaca dan memperkatakan Firman Tuhan serta merenungkan firman Tuhan siang dan malam (setiap waktu)
supaya:
2. kita bertindak hati-hati sesuai dengan kehendak Tuhan.
Amin.
Tuhan Menunjukkan Negeri Bagi Abraham
Kejadian 12:1
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;”
Kehendak Tuhan bagi Abram agar dia pergi dari negerinya merupakan sesuatu yang baru dan penuh tanda tanya akan masa depan Abram. Selama ini ia hidup dalam keadaan yang sudah mapan dan nyaman. Ia tidak kekurangan sebab harta dan ternaknya banyak. Namun, Abram taat kepada perintah Tuhan.
Meninggalkan negeri sendiri ke tempat yang asing akan menjadi suatu tantangan namun Abram melangkah dalam iman kepada Tuhan. Ia percaya akan penyertaan Tuhan di sepanjang perjalanannya hingga mencapai ke suatu negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya.
Tuhan menyatakan pemeliharaan dan perlindungannya bagi Abram serta memenuhi semua janji-Nya. Sungguh merupakan suatu kasih karunia yang luar biasa dari Tuhan.
Dimana pun kita berada di belahan bumi ini, ada Tuhan yang menuntun, memelihara dan menyertai kita di sepanjang perjalanan. Tuhan mempunyai rencana bagi kita masing-masing akan tempat dimana kita tinggal. Sesungguhnya Tuhanlah yang menetapkan kita berada dimana dan dimana kita berada tergantung dari kepekaan dan ketatan kita kepada suara kehendak-Nya.
“Tuhan akan menunjukkan”, kalimat ini sama dengan kalimat dalam ayat di atas, berarti bahwa Tuhan turut campur tangan dalam prosesnya dan akan terus bekerja sampai akhirnya tercapai maksud dan kehendak-Nya dalam kehidupan kita.
Dibutuhkan suatu ketaatan penuh dan iman yang teguh untuk melangkah menuju ke tempat yang akan Tuhan tunjukkan. Taatlah dan berimanlah bahwa semuanya akan baik-baik saja dalam rencana Tuhan.
Memegang Ular?
Dalam Markus 16:18 tertulis mengenai tanda-tanda yang akan menyertai orang-orang percaya yakni: “mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Pada bagian awal dari ayat ini disebutkan suatu fenomena ajaib yang akan terjadi pada orang percaya yaitu memegang ular dan minum racun maut namun tidak celaka. Ayat ini tidak boleh diartikan secara sembarangan. Karena penafsiran yang tidak benar membuat beberapa orang melakukan suatu ritual memegang ular beracun.
Ayat ini bukan perintah untuk melakukan ritual atau bentuk ibadah dengan melibatkan ular dan racun. Jangan sekali-kali melakukannya sebab hal itu berarti mencobai Tuhan. Segala bentuk ritual memegang ular dan minum racun merupakan tindakan yang tidak sejalan dengan kebenaran firman Allah.
Makna dari ayat ini adalah bahwa Tuhan akan meluputkan orang-orang percaya dari maut dan marabahaya semacam itu ketika melayani Tuhan. Jika terjadi peristiwa digigit ular atau minum racun tanpa sengaja dan tanpa sepengetahuan kita saat dalam pelayanan maupun saat lainnya, kita akan diluputkan dari maut oleh Tuhan. Kuasa dan penyertaan Tuhan yang ajaib akan melindungi kita dan itu akan menjadi suatu kesaksian iman bagi orang-orang lain agar mereka percaya kepada Kristus.
Mengapa Harus Melayani Tuhan?
Mengiring Tuhan Yesus berarti melayani Dia sepanjang hidup. Melayani Tuhan merupakan pekerjaan yang mulia. Tuhan memberikan kepada setiap kita masing-masing suatu panggilan khusus untuk melayani-Nya. Namun, mungkin ada yang belum mengerti alasan dan tujuan pelayanan itu sendiri. Maka, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa kita harus melayani.
1. Pelayanan adalah perintah Tuhan.
Setiap orang sesungguhnya diberikan tugas untuk melayani Dia. Penugasan ini disertai dengan pemberian karunia-karunia yang berbeda-beda kepada tiap-tiap orang. Karunia pelayanan ada bermacam-macam. Dan setiap karunia itu harus dipakai untuk melayani. Jangan simpan karunia yang Tuhan berikan.
2. Pelayanan merupakan wujud kasih kita kepada Tuhan.
Orang yang telah diselamatkan akan menghargai dan mengasihi penyelamatnya. Bukti kasih itu diwujudkan dalam tindakan melayani Tuhan. Jadi, kita sebagai orang yang telah ditebus seharusnyalah melayani Tuhan sebagai manifestasi dari kasih kita kepada-Nya.
3. Pelayanan harus dipertanggungjawabkan.
Setiap pelayanan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Itulah sebabnya dalam melayani kita harus tulus, sungguh-sungguh dan sesuai kehendak Tuhan. Tidak melayani juga harus dipertanggungjawabkan karena talenta yang diberikan Tuhan harus digunakan. Pada akhirnya, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita akan apa yang telah kita lakukan.
4. Pelayanan kita dihargai Tuhan
Tuhan menghargai orang-orang yang melayani Dia dengan setia. Mata Tuhan tertuju kepada mereka yang mengasihi Dia. Orang yang mengasihi Tuhan pasti akan melayani Tuhan dengan setia. Penghargaan Tuhan dibuktikan-Nya dengan memberikan pemeliharaan dan penyertaan yang ajaib. Tuhan akan memberikan mahkota kepada mereka yang setia dalam melayani-Nya.
Mari semasa hidup kita, selalu setia melayani Tuhan sesuai dengan karunia dan talenta yang Dia berikan. Amin.
Roma 12:11
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”
Fosil Tulang Ibu Dan Anaknya
Para arkeolog China menemukan sebuah situs purbakala yang menyedihkan. Dalam temuan itu, terdapat banyak tulang manusia yang berpelukan satu sama lain saat terjadi gempa dahsyat di propinsi Qinghai.
Salah satu temuan disana adalah jasad tulang seorang ibu yang sedang memeluk anaknya. Nampak sang ibu sedang melihat keatas sambil memeluk erat anaknya dan anaknya pun sedang memeluk tubuh ibunya.
Peristiwa gempa dahsyat itu diperkirakan terjadi kurang lebih 4000 tahun yang lalu.
Temuan jasad ini berbicara kepada kita tentang kasih seorang ibu kepada anaknya. Betapa luarbiasa pengorbanan dan kasih ibu untuk anaknya. Meskipun ada ibu-ibu yang tidak bertanggung jawab namun figur ibu yang umum adalah ibu yang berkorban dan mengasihi anak-anaknya.
Di dalam 1 Tesalonika 2:7 tertulis: “Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.” Ayat ini sebenarnya sedang mengajarkan kita untuk mengasihi dan ramah kepada sesama. Namun, contoh kasih yang disebutkan adalah kasih dan kepedulian seorang ibu dalam mengasuh dan merawat anaknya.
Gambaran ini masih relevan sampai hari ini karena hakekat keberadaan seorang ibu adalah untuk mengasuh, merawat dan membimbing anaknya. Tuhan menciptakan perempuan sebagai makhluk yang mulia karena melahirkan anak-anak. Dan merupakan tugas yang mulia pula bagi seorang perempuan untuk menjadi ibu yang mengasihi dan mengasuh anak-anaknya.
Seorang ibu yang baik akan dengan rela mengorbankan dirinya demi kebaikan dan keselamatan anaknya. Alkitab mengajarkan bagaimana seorang ibu berperan penting dalam tumbuh kembang anak dalam takut akan Tuhan.
Menjadi ibu merupakan anugerah. Menjadi ibu yang mengasuh dan merawat adalah tanggung jawab mulia.
Jadilah ibu yang baik.
Jadilah anak yang menghormati dan mengasihi ibu.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
Hakekat Bersukacita
Filipi 4:4 berkata demikian:
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”
Bersukacita senantiasa adalah berbahagia di dalam Allah tanpa gangguan. Tetap berdoa merupakan buah dari senantiasa bersukacita dalam Tuhan. Dari sini akan lahir rasa syukur kepada Tuhan atas segala sesuatu.
Tuhan telah menjadikan baik sukacita dan kebenaran untuk kita. Itulah berita dari Injil bahwa sesudah diselamatkan dari hukuman, kita seharusnya menjadi bahagia di dalam Kristus.
Ucapan syukur kepada Tuhan tak dapat dipisahkan dari doa yang benar. Keduanya berhubungan satu sama lain. Orang yang selalu berdoa, ia juga selalu memuji Tuhan dalam senang ataupun susah, dalam kelimpahan maupun kekurangan.
Ia bersyukur kepada Allah untuk segala sesuatu yang dialaminya, sebab ia memandang bahwa semuanya itu datang dari Tuhan dan ia mau menerima semuanya itu oleh karena Tuhan, bukan memilih atau menolak, suka atau tidak, melainkan hanya karena semuanya itu sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.
(Esther Susanti Tambahani, 3 Mei 1947-26 September 2008)
Bebas Dari Kursi Listrik
Jim Williams, seorang berkulit hitam, didudukkan di kursi listrik di sebuah penjara negara bagian Florida, Amerika Serikat. Sebentar lagi, ia akan menjalani eksekusi hukuman mati.
Ada dua saklar besar yang dipegang oleh seorang sipir dan sheriff. Tinggal mengubah posisi saklar maka listrik akan mulai mengalir di kursi listrik tempat Jim Williams duduk.
Namun, detik demi detik berlalu hingga 20 menit, saklar itu tidak kunjung dinaikkan. Rupanya, sang sipir dan sang sheriff saling menunggu satu sama lain, ingin agar ada yang mendahului menyalakan saklar. Dua orang eksekutor tersebut tidak berani memulainya.
Akhirnya, Jim dilepaskan dari kursi listrik dan dikembalikan ke dalam penjara. Tidak lama kemudian, hukumannya diubah menjadi seumur hidup.
Delapan tahun kemudian, Jim Williams dibebaskan murni karena perbuatannya yang telah menyelamatkan dua nyawa di dalam penjara.
Jim Williams adalah contoh seorang yang mengalami kasih karunia Tuhan dan ia pun mempraktekkan kasih dalam hidupnya. Ada orang yang masih menyimpan dendam dan berencana membalas dengan melakukan pembunuhan setelah keluar penjara.
Jim tidaklah demikian. Ia mengubah sikapnya dan melupakan segala amarah dan dendamnya kepada orang yang menjerumuskannya ke dalam penjara.
Kisah ini membuktikan bahwa Allah masih berkarya dengan luar biasa dalam segala aspek kehidupan manusia. Allah juga mengaruniakan rahmat-Nya kepada orang-orang berdosa. Sikap hidup Jim dan kesetiaannya untuk hidup baik selama di penjara membuatnya memperoleh pembebasan murni.
Kiranya rahmat dan karunia Allah senantiasa melimpah dalam hidup kita dan kasih-Nya memenuhi hati kita sehingga kita senantiasa berbuat baik untuk orang lain dan setia pada Tuhan. Amin.
Bacaan Alkitab:
Efesus 1:5-8
(5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
(6) supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
(7) Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,
(8) yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.
Gunung Yang Meraung
Suatu kali terjadi gempa bumi di sebuah desa. Penduduk sangat ketakutan karena gempa yang dahsyat itu. Mereka lari dan mencari tempat aman untuk menyelamatkan diri. Tapi, anehnya, ada seorang ibu tua yang begitu tenang dan tetap bersukacita. Seorang penduduk yang melihatnya bertanya, “Ibu, apakah ibu tidak takut dengan gempa bumi ini?”
Ibu tua itu menjawab, “Oh tidak, saya tidak takut, karena saya tahu bahwa saya punyaTuhan yang dapat menggoncangkan bumi.”
Seperti ibu tua itu yang tidak takut karena mempercayai Tuhan maka demikianlah juga kita seharusnya. Jangan takut dengan berbagai fenomena alam yang terjadi karena itu semua ada dalam kedaulatan dan kekuasaan Tuhan. Disana sini gunung-gunung meletus, banjir melanda, bencana alam terjadi tapi janganlah takut karena semuanya itu juga telah dinubuatkan sejak dulu bahwa akan terjadi berbagai bencana alam yang dahsyat sebelum kesudahan segala sesuatu.
Yang terpenting adalah kita selalu dekat dengan Tuhan dan setia melakukan kehendak-Nya.
Mazmur 46:2-4
Allah itu
bagi kita tempat perlindungan
dan kekuatan,
sebagai penolong dalam kesesakan
sangat terbukti.
Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah,
sekalipun gunung-gunung goncang
di dalam laut.
sekalipun ribut dan berbuih airnya,
sekalipun gunung-gunung goyang
oleh geloranya.
Amin.
Sudut Pandang
Saat kita sedang menyetir mobil, mata kita memandang dari mobil keluar. Perasaan dan pikiran kita menjadi terpengaruh oleh pandangan mata kita. Ketika ada motor yang menyalip dengan tiba-tiba maka kita akan kesal dan mengeluhkan perilaku pengendara motor itu.
Saat naik motor, karena ingin cepat sampai di tujuan, maka kita mempercepat laju kendaraan motor. Halangan di depan pun dihindari dengan melaju zig zag. Saat ada mobil yang menghalangi jalan, maka kita pun mungkin merasa kesal karena diburu waktu. Jarak antar mobil yang sempit di depan tidak dipedulikan. Motor tetap melaju melalui lorong sempit yang tercipta di antara dua mobil yang melaju di depan. Ketika ada pejalan kaki hendak menyeberang, kita pun cuek dan tetap melaju kencang.
Saat berjalan kaki, ketika hendak menyeberangi jalanan yang tiada fasilitas jembatan penyeberangan, kita pun kebingungan dan heran karena begitu banyak mobil dan motor yang melaju kencang tanpa mempedulikan kita yang mau menyeberang. Kita mengeluh akan perilaku mereka yang menyebabkan menyeberang jalan menjadi sulit dan berbahaya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, tiga macam situasi di atas menggambarkan perbedaan sudut pandang dan posisi seseorang terhadap situasi. Ketika di mobil, di motor dan berjalan kaki, sudut pandang kita berbeda-beda terhadap situasi. Masalah dalam hal ini terletak pada keegoisan dan mementingkan diri sendiri. Kita sering menyalahkan pemotor dan pejalan kaki saat menyetir mobil. Namun saat mengendarai motor, kita sering menyalahkan mobil dan pejalan kaki. Lain lagi saat sedang berjalan kaki, kita menyalahkan mobil dan motor. Apa artinya? Artinya kita merasa diri lebih benar dan lebih penting dari orang lain. Padahal seharusnya kita harus bisa punya toleransi terhadap kepentingan orang lain dan saling mendahulukan serta saling melayani satu sama lain.
Alangkah indahnya bila kita dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Bumi ini akan menjadi lebih damai dan ramah serta rukun.
Perkataan Tuhan Yesus dalam Lukas 6:31,
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Mari lakukan kepada orang lain, apa yang kita inginkan orang lain lakukan kepada kita. Berbuatlah baik kepada sesama kita.
Sepasti Mentari Bersinar
Pagi hari ini ada permintaan dari si kembar untuk melihat matahari terbit. Sebenarnya setiap bangun pagi saat bersiap ke sekolah selama ini, mereka bisa melihatnya. Namun, karena posisi rumah penduduk dimana kami tinggal begitu banyak dan level rumah yang di dataran rendah, maka melihat matahari terbit termasuk sulit. Nah, kebetulan sekali hari ini sedang berada di posisi tempat yang tinggi, jadi niat untuk melihat mentari muncul di pagi hari begitu kuat.
Tidak seperti biasanya saat di dataran rendah, sudut pandang di ketinggian membuat kita tahu bahwa sebenarnya langit sudah mulai memantulkan cahaya matahari sejak jam 5 pagi. Tapi saat itu, ia belum muncul.
Jam telah menunjukkan angka 5.57, saya membangunkan anak-anak dan memberitahukan bahwa matahari akan segera terbit. Sambil mengucek mata mereka yang masih mengantuk, keduanya mengambil posisi untuk melihat matahari terbit. Satu menit berlalu, dua menit juga berlalu, sang mentari masih belum nampak. Si kembar pu bertanya kenapa belum muncul juga mataharinya. Saya katakan sebentar lagi.
Saat penantian itu, satu menit terasa begitu lama. Hati rasanya pengen cepat-cepat melihat sang matahari muncul. Perasaan menantikan ini bagaikan sesuatu yang membuat hati dan pikiran bergejolak walaupun hitungannya hanyalah menit. Kembali saya katakan pada mereka untuk sabar karena matahari akan terbit sesaat lagi. Sesaat yang berasa begitu lama. Aneh tapi nyata.
Perlahan, matahari pun menampakkan “wajahnya”. Dan si kembar pun tersenyum senang dan takjub olehnya. Nampak di atas matahari ada seperti segaris asap yang timbul dari sebuah pesawat yang sedang terbang melintasi langit di ufuk timur. Cahaya kemerahan dan pemandangan pegunungan di pagi ini begitu indah. Sungguh luar biasa Tuhan.
Kejadian ini membuat saya semakin menyadari akan dua hal. Pertama, janji Tuhan pasti digenapi oleh-Nya. Sepasti mentari akan bersinar, demikian pula janji Bapa kepada anak-anak-Nya. Allah itu setia kepada janji-Nya.
Kedua, dalam menantikan janji-janji Allah, kita harus selalu sabar dan setia. Ada waktunya segala yang kita harapkan terjadi seturut waktunya Allah.Tidak akan pernah terlambat dan tidak akan terlalu cepat, semuanya akan tepat dan indah pada waktunya.
Mazmur 89:35
Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku,
dan apa yang keluar
dari bibir-Ku tidak
akan Kuubah