Sudut Pandang

Saat kita sedang menyetir mobil, mata kita memandang dari mobil keluar.  Perasaan dan pikiran kita menjadi terpengaruh oleh pandangan mata kita. Ketika ada motor yang menyalip dengan tiba-tiba maka kita akan kesal dan mengeluhkan perilaku pengendara motor itu.
Saat naik motor, karena ingin cepat sampai di tujuan, maka kita mempercepat laju kendaraan motor.  Halangan di depan pun dihindari dengan melaju zig zag. Saat ada mobil yang menghalangi jalan, maka kita pun mungkin merasa kesal karena diburu waktu. Jarak antar mobil yang sempit di depan tidak dipedulikan. Motor tetap melaju melalui lorong sempit yang tercipta di antara dua mobil yang melaju di depan. Ketika ada pejalan kaki hendak menyeberang, kita pun cuek dan tetap melaju kencang.
Saat berjalan kaki, ketika hendak menyeberangi jalanan yang tiada fasilitas jembatan penyeberangan, kita pun kebingungan dan heran karena begitu banyak mobil dan motor yang melaju kencang tanpa mempedulikan kita yang mau menyeberang. Kita mengeluh akan perilaku mereka yang menyebabkan menyeberang jalan menjadi sulit dan berbahaya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, tiga macam situasi di atas menggambarkan perbedaan sudut pandang dan posisi seseorang terhadap situasi.  Ketika di mobil, di motor dan berjalan kaki, sudut pandang kita berbeda-beda terhadap situasi.  Masalah dalam hal ini terletak pada keegoisan dan mementingkan diri sendiri.  Kita sering menyalahkan pemotor dan pejalan kaki saat menyetir mobil.  Namun saat mengendarai motor, kita sering menyalahkan mobil dan pejalan kaki.  Lain lagi saat sedang berjalan kaki, kita menyalahkan mobil dan motor.  Apa artinya? Artinya kita merasa diri lebih benar dan lebih penting dari orang lain.  Padahal seharusnya kita harus bisa punya toleransi terhadap kepentingan orang lain dan saling mendahulukan serta saling melayani satu sama lain.
Alangkah indahnya bila kita dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain.  Bumi ini akan menjadi lebih damai dan ramah serta rukun.
Perkataan Tuhan Yesus dalam Lukas 6:31,
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”
Mari lakukan kepada orang lain, apa yang kita inginkan orang lain lakukan kepada kita. Berbuatlah baik kepada sesama kita.

Leave a Reply