Melayani Dengan Tidak Tawar Hati

Melayani Tuhan merupakan tugas panggilan yang mulia.  Ini bukan pekerjaan biasa melainkan suatu tanggung jawab besar dan luar biasa.  Pemberi tugasnya adalah Allah sendiri, dan yang mengerjakan tugas ditopang serta dipelihara oleh kekuatan Bapa sorgawi.
Dalam 2 Korintus 4:1 tertulis: 
“Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.”
Seorang pelayan Tuhan yang sejati tidak akan mengalami tawar hati dalam melayani Tuhan.  Meskipun banyak tantangan dan persoalan yang mungkin terjadi, namun ia akan selalu ingat kemuliaan panggilan Allah dalam hidupnya.
Himpitan persoalan atau penderitaan tidak akan membuatnya mundur dan putus asa, tetapi ia akan selalu bersemangat dalam melayani Tuhan.  Mengapa demikian? Sekali lagi jawabannya terdapat dalam ayat tadi: “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.”
Amin.

Percaya Telah Menerima

Tuhan Yesus berkata:  “Apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” (Markus 11:24)
Salah satu bagian penting dari sebuah doa adalah percaya telah menerima jawaban doa.  Bagian penting ini disebut sebagai iman.  Sebuah doa tanpa iman bukanlah doa.  Tidak mungkin doa dinaikkan hanya sekedarnya saja, sebab bila demikian maka doa semacam itu akan sia-sia.
Percaya bahwa telah menerima merupakan iman yang dikaruniakan Allah sendiri di dalam hati orang yang percaya. Kadangkala jawaban atas suatu permohonan itu terjadi dengan segera, namun saat lain membutuhkan waktu tertentu. Namun Allah memberikan iman untuk mengetahui bahwa doa yang dipanjatkan telah didengar dan permohonan itu akan dikabulkan.
Hanya soal waktu saja maka doa itu akan mendapatkan pemenuhan jawaban dari Tuhan.
Berdoalah dengan percaya, berdoalah dengan percaya,
berdoalah dengan percaya,
percaya bahwa kita telah menerima jawaban doa dari Tuhan Yesus.

Memancing: Kesabaran Atau Keserakahan

Di berbagai daerah di Jawa Barat, banyak terdapat tempat pemancingan ikan. Banyak orang yang menjadi langganan tempat memancing tersebut, dan tentu tidak gratis.
Kalau melihat seseorang sedang memancing, mungkin terbersit dalam pikiran bahwa orang itu pastilah memiliki kesabaran yang tinggi karena rela menunggu dengan tekun umpannya disambar oleh ikan. Pemikiran tersebut bisa benar dan bisa juga salah.  Mengapa? Karena tidak semua orang yang memancing memiliki motivasi dan tujuan yang sama. Ternyata di balik fenomena memancing ada banyak hal di belakangnya yang terselubung.
Salah satu sisi negatif memancing adalah kegiatan perjudian di dalamnya.  Pihak pengelola tempat memancing membuat suatu lomba yang bernafaskan judi dengan janji hadiah yang besar seperti mobil, uang dan sebagainya.
Di antara sesama pemancing juga sering terjadi deal untuk taruhan sejumlah uang atau barang tertentu.  Maka tidaklah mengherankan melihat fenomena banyak bapak-bapak yang begitu rajin ke tempat pemancingan.
Seorang bapak dikabarkan meninggal di tempat pemancingan di daerah Bandung karena selama beberapa hari terus menerus berada di kolam pemancingan ikan, tanpa makan dan istirahat. Setelah diselidiki, rupanya bapak ini sudah habis banyak uang untuk berjudi dan sedang mencoba untuk menebus kekalahannya dengan cara berjudi terus melalui kegiatan mancing.
Akibat buruk dari keterikatan ini, banyak istri yang menceraikan suaminya yang kalah judi di pemancingan, karena kondisi ekonomi keluarga kacau balau dan situasi rumah tangga yang tidak stabil akibat hal ini.
Akar dari permasalahan ini sebenarnya adalah sifat serakah pada diri seseorang yang membuatnya ingin meraih sesuatu secara instan.  Bukannya mendapat keuntungan, malahan kerugian yang diperoleh akibat perjudian semacam ini.  Mungkin kelihatannya nyata bahwa ada yang mendapatkan hadiah, tapi itu merupakan modus jeratan Iblis.
Firman Tuhan memerintahkan kita untuk tidak serakah dan cinta akan uang.  Segala keinginan hawa nafsu duniawi yang berkaitan dengan kekayaan dan uang secara berlebihan akan menjadi jerat yang menghalangi seseorang masuk surga.   Hilangnya damai sejahtera dalam hati banyak disebabkan oleh keserakahan akan uang dan harta.
Mari ingat Firman Tuhan agar jangan serakah.  Biarlah hidup kita selalu bersyukur dan berserah kepada kehendak-Nya.  Lakukan yang terbaik dalam nama Tuhan dan muliakan nama-Nya di sepanjang hidup kita.  Berkat dan kekayaan diberikan Tuhan kepada mereka yang dapat bersyukur, rendah hati dan taat kepada-Nya.
Amin.
Kolose 3:5 
“Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,”

Kasih Setia Tuhan Begitu Besar

Kitab Ratapan 3:22-23 berkata:
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,  selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
Sesuai dengan namanya, kitab Ratapan pada dasarnya merupakan kitab yang berisi kesedihan dan ratapan akan nasib yang menimpa umat Tuhan.  Tuhan mengadakan penghukuman kepada umat-Nya akibat dosa dan pelanggaran serta ketidaktaatan mereka kepada perintah-Nya.
Hukuman Allah begitu berat, namun semua itu ada dalam rangka kasih Allah yang besar.
Sekalipun ada penderitaan, namun kitab ini mengingatkan suatu kebenaran yang hakiki tentang Allah dan kasih-Nya, yaitu bahwa Kasih dan kesetiaan Allah tidak pernah berkesudahan.  Rahmat-Nya selalu baru setiap pagi. Inilah kebenaran yang perlu kita ketahui dan sadari.
Hari ini adalah hari yang baru yang dijadikan Tuhan bagi kita.  Ia memperbaharui kekuatan kita. Tuhan melimpahi kita dengan rahmat-Nya  yang baru dan kasih setia-Nya yang tiada berakhir.
Mari bersyukur buat kemurahan Tuhan yang begitu indah. Di dalam Kristus Yesus kita memiliki semuanya itu. Amin.

Seperti Biji Mata

Biji mata adalah bagian tubuh yang paling rentan dengan berbagai macam bahaya masuknya benda asing, namun ada kelopak mata yang bergerak secara refleks untuk melindunginya. 
Firman Tuhan mengatakan bahwa kita adalah biji mata Tuhan. Dalam kitab Ulangan 32:10 tertulis: “Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.”
Metafora sebagai Biji Mata Tuhan merupakan suatu pernyataan yang bermakna bahwa Tuhan akan senantiasa menjaga dan melindungi kita dari segala bahaya.  Mengapa? Karena kita adalah biji mata-Nya.  Bayangkan saja, betapa diri kita sendiri pun akan menjaga biji mata kita sendiri, apalagi Tuhan.  Dan kitalah biji mata Tuhan, ini tentu sesuatu yang luar biasa dan merupakan penghargaan Tuhan. 
Kebenaran ini membawa kita kepada suatu pengertian bagaimana seharusnya sikap kita dalam hidup:
1. Kita harus menyadari bahwa diri kita ini sebenarnya tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan. 
Bagaikan biji mata yang tidak dapat melindungi dirinya sendiri, begitulah juga dengan kita. Kesadaran ini membawa kita kepada sikap untuk selalu rendah hati dan merendahkan diri di hadapan Tuhan.  Janganlah kita sombong dan tinggi hati akan keadaan kita sebab sesungguhnya kita tidak mampu.  Hanya karena Tuhanlah kita dimampukan, dijaga dan dilindungi.
2. Kita harus senantiasa mengandalkan Tuhan.
Jangan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri.  Apabila bahaya datang berupa persoalan, aniaya atau penderitaan, maka kita dapat dengan teguh mengandalkan Tuhan yang akan menolong dan melepaskan kita. Firman Tuhan berkata bahwa Ia akan memberkati orang-orang yang mengandalkan Dia.
3. Kita berharga di hadapan Allah.
Semua orang yang beriman adalah orang-orang yang berharga di hadapan Allah. Allah tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan kasta atau tingkat derajatnya dalam masyarakat.  Bagi Allah tidak ada raja, bangsawan, pejabat atau rakyat jelata. Semuanya sama di hadapan-Nya.  Masyarakat atau lingkungan mungkin merendahkan, karena keadaan atau posisi kita, tapi ketahuilah bahwa kita ini berharga bagi Tuhan, karena kita adalah biji mata-Nya.
Firman Tuhan dapat kita percayai dengan sungguh karena Firman-Nya hidup dan berkuasa. Tuhan Yesus akan selalu menolong kita melalui segala macam situasi kehidupan. Dia akan menyertai perjalanan kita sampai kepada rencana-Nya yang indah dan mulia.  Katakanlah pada diri kita: “Aku ini adalah biji mata Tuhan! Terima kasih Tuhan.”  Amin.

Mengatasi Kesepian

Di tengah kepadatan penduduk, tidak ada jaminan bahwa seseorang tidak akan mengalami kesepian.  Justru di jaman yang serba canggih sekarang ini, dengan pesatnya teknologi informasi dan media sosial, banyak orang yang mengeluhkan bahwa dirinya kesepian.
Di berbagai belahan dunia manapun perasaan ini menyerang banyak orang. Korea Selatan merupakan kota yang memiliki akses internet cepat, tapi banyak orang yang merasa kesepian di rumahnya.
Perasaan kesepian merupakan sesuatu yang tidak baik bagi jiwa dan bagi diri seseorang.  Sebenarnya perasaan ini dapat diatasi dengan beberapa hal berikut ini:
1. Menyadari bahwa Tuhan ada bersama dengan kita.
Tuhan berjanji bahwa Ia sekali-kali tidak akan meninggalkan dan tidak akan membiarkan kita. Bahkan nama-Nya disebut Immanuel yang berarti Allah beserta kita.  Kesadaran akan kehadiran Allah akan membuat kita tidak merasakan kesepian. Dia berjalan bersama kita, dan hadir dimanapun kita berada.
2. Bergabunglah dengan suatu komunitas yang baik dan membangun.
3. Jadilah sahabat bagi orang lain. Ada banyak cara untuk menjadi sahabat bagi sesama yaitu dengan cara mendengarkan mereka, membesuk atau mengunjungi mereka yang menderita, mendoakan orang lain yang sedang sakit atau membutuhkan kekuatan doa, dan berbagai tindakan lainnya.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, dimanapun saudara saat ini berada, Tuhan pun ada disitu. Matanya tertuju kepada kita dan Ia menjaga serta melindungi bahkan menghibur kita. Hadirat-Nya sungguh nyata sehingga kita tidak sendirian. Amin.
Matius 28:20b
“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Insiden Tolikara

Peristiwa yang terjadi di Tolikara, Papua, menghebohkan dan sekaligus membuat kita heran.  Media memberitakan adanya sekelompok orang Kristen yang menyerang komunitas agama lain ketika sedang merayakan hari raya.  Hal ini tentu sangat memprihatinkan sebab bukan hal yang demikian yang dikehendaki Tuhan.
Kita tidak diajari untuk memusuhi, tetapi mengasihi.  Tuhan Yesus memberikan perintah agar kita mengasihi semua orang dan mendoakan orang yang memusuhi kita serta berbuat baik kepada mereka. 
Peristiwa ini membuat kita heran karena seharusnya orang-orang Kristen disana tidak melakukan hal yang demikian.  Para pemimpin kelompok tersebut harus mengoreksi diri mereka agar ajaran mereka benar-benar selaras dengan kehendak Kristus.
Mengasihi sesama adalah sifat dan sikap yang harus dimiliki setiap orang percaya. Jangan mengganggu apalagi membunuh hanya karena perbedaan kepercayaan. Tuhan tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai Dia.  Tuhan penuh sabar dan menantikan dengan rahmat dan karunia-Nya.
Marilah kita saling mengampuni dan mengasihi sebagaimana Tuhan Yesus telah memberikan teladan  serta perintah yang demikian kepada kita. Amin.
Matius 22:39
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Kembali Suci

Menjadi suci atau kudus merupakan kehendak Allah bagi setiap manusia. Firman Allah berkata: “Kuduslah kamu sebab Aku kudus.”
Salah satu syarat bertemu Allah adalah diri kita harus kudus, suci. Tapi bisakah kita menjadi suci? Bagaimana caranya?
Keadaan manusia disebutkan oleh Firman Allah sebagai keadaan yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.  Hati manusia dipenuhi dengan keinginan dosa dan hawa nafsu jahat.  Dengan melakukan perbuatan baik atau ibadah, manusia tidak dapatmengubah hakikat dirinya yang kotor dan penuh dosa.
Alkitab menyebutkan cara agar manusia kembali suci di dalam 2 Korintus 5:17 dimana tertulis:  “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Kita menjadi ciptaan yang baru karena Tuhan Yesus Kristus yang mengerjakannya bagi kita. Keberadaan kita sepenuhnya baru dan dikuduskan menjadi anak-anak Allah.
Langkah yang harus kita lakukan ialah dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat kita, maka segala dosa kita diampuni, kita disucikan dan dijadikan baru.

Menjual Diri Demi Pekabaran Injil

Lough Fook adalah seorang Cina kristen yang sangat mengasihi Tuhan Yesus. Ia pindah ke Afrika Selatan dan menjual dirinya untuk menjadi kuli budak di sebuah pertambangan.  Perusahaan pertambangan membelinya dan mengirimnya ke suatu tempat bernama Demerara.
Tujuan sebenarnya dari apa yang dikerjakan oleh Lough Fook adalah ia ingin mengabarkan Injil kepada teman-teman sebangsanya yang sedang bekerja di penambangan. Di Demerara, ada begitu banyak orang-orang Cina yang bekerja sebagai tukang tambang perusahaan.
Lough Fook, bekerja siang malam sebagai kuli tambang, dan sambil melakukan pekerjaannya, ia mengabarkan Injil Kristus kepada para penambang disana.  Ia memperkenalkan nama Yesus, pribadi yang telah menebus dosa manusia.
Lough Fook bekerja beberapa tahun dan kemudian meninggal, tapi, ia telah membawa 200 jiwa kepada Tuhan. Orang-orang yang telah bertobat karena penginjilannya bergabung dan membentuk suatu gereja lokal disana.
Seperti Kristus yang telah mengambil rupa seorang hamba, Lough Fook juga melakukannya.  Ia menjual dirinya sebagai budak, hidup sebagai budak, demi pekabaran Injil agar banyak jiwa yang mendengar tentang Yesus, percaya dan diselamatkan.
Teladan Lough Fook sungguh luar biasa.  Ia mau merendahkan dirinya, bahkan menjual diri sebagai budak karena kerinduannya untuk memberitakan kabar keselamatan.
Bagaimana dengan kita? Marilah kita memiliki semangat memberitakan Injil dan belas kasihan terhadap jiwa-jiwa.
1 Tesalonika 2:9 
Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.

Tujuan Berkat Allah

Apa sebenarnya tujuan berkat Allah?
Allah berjanji untuk memberkati dan melindungi orang-orang benar. Ungkapan dan pernyataan Allah tentang hal ini begitu banyak di dalam Firman-Nya, yang dapat kita baca dalam Alkitab.
Salah satu janji itu terdapat di dalam Mazmur 92:12-15 yang tertulis:
“Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;  mereka yang ditanam di bait TUHANakan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,  untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.”
Dalam ayat ini, Allah berjanji untuk memberkati, melindungi, memelihara dan menyertai orang-orang benar? Untuk apa?
Salah satu tujuan dari berkat perlindungan Tuhan adalah agar nama Tuhan dikenal oleh semua orang, agar namanya dimasyhurkan di seluruh bumi.
Jadi,  kita mengalami kebaikan dan berkat Allah sampai hari ini untuk memberitakan nama Tuhan kepada orang-orang yang belum mengenal nama-Nya.  Ingatlah tugas kita sebagai saksi-saksi Kristus,  mari menjadi saksi kepada sesama yang butuh keselamatan agar mereka mengenal Tuhan Yesus Kristus.