Suatu kali, ketika Yesus dan murid-murid-Nya ada bersama dengan orang banyak, ada seorang ibu yang sujud menyembah kepada Tuhan seraya berkata: “Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.”
Sang ibu memohon belas kasihan Yesus terhadap anak yang disayanginya. Ibu ini punya semangat yang kuat untuk datang mencari Tuhan Yesus dan memohon dengan penuh pengharapan agar anaknya disembuhkan Tuhan. Belas kasihan ibu terhadap anaknya membuatnya mau berkorban waktu dan tenaga untuk mencarikan jalan keluar bagi kesembuhan anaknya. Jalan keluar itu ada di dalam Yesus Tuhan sehingga ibu ini pergi mencari Yesus dan ketika ia telah berjumpa, ia sujud menyembah kepada-Nya. Bila seseorang telah memiliki belas kasihan terhadap orang lain, maka ia akan bersyafaat bagi orang itu, dan juga bagi semua orang yang mengalami penderitaan dan masalah hidup.
Tuhan Yesus menyuruh ibu itu untuk membawa anaknya ke hadapan Yesus. Dan ketika anak itu sudah dibawa kehadapan-Nya, Tuhan Yesus lalu menegur dia dengan keras lalu setan yang ada di dalam anak itu pun keluar. Teguran Yesus bukan sekedar teguran keras biasa, melainkan sebuah teguran yang mengandung kuasa. Setan tidak bisa tahan mendengar teguran Tuhan Yesus yang berkuasa, sehingga ia pun lari keluar dari tubuh anak itu dan anak yang sakit ayan itu menjadi sembuh seketika.
Kisah ini terdapat di dalam Matius 17:14-18. Sebuah kisah yang menyatakan kekuasaan Tuhan Yesus atas segala sakit penyakit yang dialami oleh manusia dan mengajar kita untuk selalu mencari Tuhan lewat doa dan terus berharap kepada-Nya dengan setia.
Iman sang ibu dinyatakan dengan sujud menyembah dan memohon pertolongan Tuhan, Bagaimanakah iman kita saat ini? Apakah kita masih mencari Tuhan Yesus sebagai yang pertama dan utama? ataukah kita lebih mencari yang lain untuk mengatasi masalah-masalah yang kita hadapi?
Mari belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan mengingat kisah ini dan menerapkannya dalam kehidupan pribadi kita sehari-hari. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Empat Kesadaran Ayub Sebelum Dipulihkan
Nats Alkitab:
Maka jawab Ayub kepada TUHAN: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. (Ayub 42:1-3)
Ayub mengalami kesusahan dan penderitaan yang luar biasa dalam hidupnya. Anak-anaknya meninggal, hartanya habis dan ia pun mengalami penyakit aneh. Sungguh suatu keadaan yang membingungkan buat Ayub. Apabila kita mengalami keadaan yang semacam itu, maka kita pun akan bingung dengan apa yang terjadi. Akan ada banyak pertanyaan dalam hati kita mengapa dan bagaimana semuanya itu bisa terjadi, apa kesalahan kita, dan banyak pertanyaan lainnya.
Alkitab mencatat bahwa Ayub tidak berdosa kepada Allah meskipun ia dalam kesusahan, hanya saja ia nyaris memiliki kesombongan karena kesalahpahaman tentang Allah ketika keluh kesahnya semakin menjadi terhadap apa yang ia alami.
Pasal 42 dari kitab Ayub merupakan momen pertobatan dan pemulihan Ayub. Pertobatan dan pemulihannya diawali dengan suatu kesadaran dan pemahaman yang baru tentang TUHAN. Ada empat kesadaran Ayub tentang Tuhan, sesuai nats Alkitab di atas, yaitu:
1. Ayub sadar bahwa TUHAN berdaulat penuh atas hidupnya
Kata-kata Ayub bahwa “Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu” merupakan suatu ekspresi dari kesadaran yang baru akan kedaulatan Allah yang penuh atas kehidupannya. Ayub dengan rendah hati mengakui bahwa segala sesuatu yang diizinkan Allah untuk terjadi dalam hidupnya adalah baik adanya. Ayub sadar bahwa TUHAN mempunyai suatu maksud dan tujuan yang indah dalam hidupnya. Sebuah tujuan yang mulia dan ilahi.
2. Ayub sadar bahwa TUHAN mempunyai rencana yang baik bagi dirinya
Kesadaran akan hal ini sangat sulit dicapai apabila kita masih memfokuskan diri kepada hal-hal dan perkara duniawi. Penderitaan dan kesengsaraan yang dihadapi Ayub tidaklah terjadi secara kebetulan, tidak juga disebabkan hal-hal lainnya, melainkan terjadi hanya karena ijin Allah dalam hidup Ayub untuk suatu rencana Allah yang baik.
3. Ayub sadar bahwa pengertiannya tentang TUHAN selama ini adalah salah
Pada akhirnya Ayub menyadari bahwa apa yang ia pikirkan tentang TUHAN selama masa-masa pergumulannya itu adalah salah. Ketika fokus iman Ayub diarahkan kepada mengasihani diri sendiri dan berkat-berkat jasmani, maka muncul banyak kesalahan dari pengertiannya itu. Ayub merasa dirinya lebih benar dan lebih pantas mendapatkan ganjaran harta kekayaan daripada kesusahan dan penderitaan. Ayub memandang Allah sebagai pemberi berkat jasmani bukan sepenuhnya sebagai Tuhan yang harus ia sembah dengan hati yang tulus. Proses ujian yang dihadapi Ayub dan penyataan TUHAN secara langsung telah mengubah konsep berpikir dan cara pandangnya tentang TUHAN.
4. Ayub sadar bahwa ia harus bertobat dan memohon pengampunan TUHAN
Proses pergumulan Ayub telah membawanya sampai kepada pengertian bahwa TUHAN itu sungguh ajaib dan bagi Ayub, semua keajaiban TUHAN itu tidak dapat ia mengerti menurut pengertiannya sendiri. Ayub menyadari kesalahannya dalam berkata-kata. Selama dalam penderitaannya, ada banyak kata-kata yang salah yang keluar dari mulut Ayub tentang TUHAN. Pembenaran diri sendiri dan kesombongan rohaninya telah membuatnya menjadi tidak benar dan jatuh dalam kesalahan perkataan.
Ketika penderitaan Tuhan ijinkan terjadi, maka ketahuilah bahwa di dalam semuanya itu, Tuhan tetap sebagai Yang Berdaulat penuh dan Tuhan mempunyai suatu rencana ilahi yang baik dan indah. Keberserahan penuh dan penundukan diri serta ketaatan total kepada Tuhan merupakan sikap yang harus senantiasa kita miliki dalam apapun situasi yang terjadi dalam hidup ini.
Pemisahan Orang Benar Dari Dunia
Nats Alkitab:
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai ke atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. (Matius 10:34-36)
Membaca ayat ini mungkin menimbulkan kebingungan akan maknanya. Beberapa tafsiran bahkan melenceng dari makna yang sebenarnya dari konteks ayat ini. Hal yang dipertanyakan seringkali adalah apakah maksud bahwa Yesus datang tidak membawa damai, melainkan pedang? Dan apa maksudnya bahwa Yesus membawa pemisahan antara anggota keluarga?
Yesaya 9:5 menyebut tentang Yesus Kristus sang Mesias sebagai “Raja Damai”, demikian pula di dalam Matius 5:9 dan Roma 5:1. Tuhan Yesus adalah Raja Damai, tapi mengapa ayat di atas berbicara tentang pemisahan?
Makna dari ayat nats Alkitab Matius 10:34-36 di atas adalah sebagai berikut:
Orang yang beriman kepada Yesus Kristus akan menjadi terpisah dari dunia dan dari orang-orang berdosa, yang tidak percaya kepada Kristus. Keputusan dan tindakan untuk beriman kepada Kristus akan menimbulkan gejolak dan perpecahan dalam keluarga yang di dalamnya terdapat anggota keluarga yang membenci Yesus Kristus. Ada banyak contoh kasus dimana seseorang yang beriman kepada Kristus malah dimusuhi oleh keluarga dan dibuang jauh-jauh, serta tidak diakui sebagai bagian dari keluarga itu. Bahkan di beberapa kasus, orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus malah menjadi korban pembunuhan karena keluarga yang tidak dapat menerima keputusannya itu. Ketika seseorang memutuskan untuk hidup sesuai dengan standard kebenaran Kristus, maka ejekan dan cemoohan serta permusuhan akan muncul dari orang-orang dunia. Inilah yang dimaksud dengan ayat ini.
Bagaimana dengan keadaan kita saat ini? Apakah cara hidup kita sudah sesuai dengan standard kebenaran Kristus? Ataukah kita masih hidup secara duniawi? Apakah orang-orang dapat melihat perbedaan dari cara hidup kita? Ataukah kita masih dicap sama dengan cara hidup duniawi?
Marilah kita berubah dan bertumbuh ke arah Kristus, sang Kebenaran itu.
Patung Hanyalah Benda Mati
Hari Senin kemarin, sebuah klenteng tua yang telah berdiri selama 400 tahun di Jakarta mengalami kebakaran. Hampir semua bagian di Wihara Dharma Bakti ludes terbakar. Patung-patung dewa yang ukurannya besar-besar hangus terbakar, begitu pula yang kecil-kecil. Tapi, seorang biksu mengatakan bahwa patung dewi Kwan Im yang merupakan inti dari klenteng itu berhasil diselamatkan, demikian pula beberapa patung dewa juga berhasil diselamatkan.
Membaca berita di media tentang patung dewa dan dewi yang diselamatkan dari kebakaran telah membuka mata banyak orang bahwa sesungguhnya patung-patung yang disembah itu hanyalah benda mati yang tidak layak disembah-sembah. Judul berita di sebuah media online bertajuk: “Tiga Patung Dewa di Wihara Dharma Bakti Diselamatkan dari Api”, menjelaskan kenyataan ketidakberdayaan patung-patung itu kepada kita.
Dalam Kitab 1 Samuel 5:2-4 tertulis: “Orang Filistin mengambil tabut Allah itu, dibawanya masuk ke kuil Dagon dan diletakkannya di sisi Dagon. Ketika orang-orang Asdod bangun pagi-pagi pada keesokan harinya, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN; lalu mereka mengambil Dagon dan mengembalikannya ke tempatnya. Tetapi ketika keesokan harinya mereka bangun pagi-pagi, tampaklah Dagon terjatuh dengan mukanya ke tanah di hadapan tabut TUHAN, tetapi kepala Dagon dan kedua belah tangannya terpenggal dan terpelanting ke ambang pintu, hanya badan Dagon itu yang masih tinggal.”
Ayat-ayat di atas mengisahkan tentang patung Dagon, yang adalah sesembahan bangsa Filistin, mengalami jatuh dan rusak karena kehadiran tabut Allah di dalam kuil mereka. Tabut Allah berbicara tentang hadirat Allah yang nyata dan berkuasa, sedangkan patung dagon mewakili semua patung-patung sesembahan bangsa-bangsa di dunia ini. Semua patung tuangan dan buatan manusia hanyalah benda mati dan tidak punya kuasa, namun Allah pencipta langit dan bumi ini lah yang berkuasa dan layak untuk disembah.
Imamat 26:1 berkata: “Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.“
Mendua Hati
Nats Alkitab:
Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yakobus 1:8)
Seorang mahasiswa Yunani di Athena dijatuhi hukuman penjara selama 8 bulan karena menikahi 2 orang wanita dalam kurun waktu 48 jam. Pengadilan menemukan bahwa Petros Novaras, 29, menikahi Vassiliki Chioti pada 24 Januari 1971 di Lamia, pusat kota Yunani, dan kemudian menaiki mobil untuk pergi berbulan madu. Mobil yang ditumpangi mereka kemudian mengalami masalah mesin, lalu Petros menyuruh istri yang baru dinikahinya untuk pulang naik bus.
Pada saat istrinya pulang ke Athena, Petros malah pergi ke daerah pinggiran Athena dan menikahi seorang gadis lain berumur 29 tahun. Ia lalu melanjutkan bulan madunya dengan istri yang kedua. Di hadapan pengadilan, Petros berkata bahwa kedua orangtua dari istrinya itu memberikan tekanan yang besar kepadanya untuk menikahi anak mereka, sehingga ia memutuskan untuk menikahi kedua-duanya agar tidak ada yang merasa sakit hati.
Kisah diatas menunjukkan suatu sikap mendua hati. Bukannya membuat bahagia, mendua hati akan membawa sengsara. Ada orang yang pacaran dengan beberapa orang sehingga ketika hendak memutuskan menikah dengan siapa dia menjadi bingung sendiri. Orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
Dalam memilih pasangan hidup, haruslah menetapkan hanya satu orang untuk dikasihi dan dicintai seumur hidup. Jangan terbiasa gonta-ganti pacar karena itu hal yang tidak baik. Tentukan pilihan dengan berdoa kepada Tuhan agar ditunjukkan calon pasangan hidup yang sesuai rencana Tuhan. Dan jalanilah pernikahan dengan hati yang mantap terhadap satu saja pasangan hidup.
Iman kepada Tuhan juga tidak boleh mendua hati, harus tetap dan teguh hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Mahalnya Beras dan Gas
Seorang pedagang beras mengatakan bahwa selama puluhan tahun berjualan beras, belum pernah terjadi kenaikan seperti yang sekarang ini. Biasanya kenaikan harga berkisar 100 sampai 200 rupiah per kilogram, tapi sekarang kenaikannya mencapai 1000 sampai 3000 per kilogram. Selain mahal, berasnya juga langka di pasaran.
Selain beras, gas 3 kg juga mengalami kenaikan harga dan kelangkaan. Keadaan ini membuat resah masyarakat menengah ke bawah karena kebutuhan akan gas menjadi sulit terpenuhi. Semakin banyak orang miskin yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di negara yang kaya akan sumber alam ini.
Situasi vs Respon
Situasi sulit seperti ini menyebabkan banyak orang mengeluh. Kita semua mengeluhkan keadaan ini, tapi mengeluh tidak akan berguna dan mengubah keadaan. Ada istilah yang terkenal dalam sebuah acara camp: “Bukan soal salah atau benar, tetapi respons.” Istilah ini dapat dimaknai demikian: “meskipun keadaan sulit dan susah, tapi respon kita harus benar.” Respon janganlah sama dengan situasi, respon kita sebagai orang beriman harus berbeda dengan situasi yang ada. Walaupun situasi sulit respon kita harus tetap bersyukur dan berharap kepada Tuhan.
Belajar dari Bangsa Israel di padang gurun
Di padang gurun, bangsa Israel berputar-putar selama 40 tahun. Selama berada disana, mereka menghadapi berbagai macam kesulitan yang membuat mereka meresponi situasi dengan tidak benar. Situasi sulit sebenarnya adalah ujian buat mereka agar nampak kesejatian iman mereka itu bagaimana. Ternyata, iman mereka hanya bagus kalau situasi juga bagus. Di situasi sulit ternyata iman mereka goyah. Respon bangsa Israel adalah bersungut-sungut dan malah mencobai Tuhan.
Bagaimana Respon Yang benar
Dalam 1 Petrus 5:7 tertulis: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Respon yang benar sebagai orang beriman adalah menyerahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan yang memelihara kita. Dengan menyerahkan segala perkara hidup kita kepada Tuhan, maka hati kita akan tenang dan damai di tengah situasi sulit sekalipun. Iman kita tidak akan tergerus dengan keadaan karena tidak tergantung pada keadaan.
Seringkali orang-orang saling curhat dan mengeluh satu sama lain tentang kondisi ekonomi negara yang sedang “serba naik” ini. Tapi mengeluh hanya akan merugikan diri sendiri dan tidak membawa perubahan. Perkataan kita haruslah dijaga jangan sampai keluar kata-kata sembrono seperti bangsa Israel di padang gurun. Dalam Efesus 5:4 tertulis: “Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” Dari ayat ini, kita mengerti bagaimana Allah menginginkan agar setiap kita menaikkan ucapan syukur, bukan mengeluarkan perkataan yang kotor, kosong atau sembrono. Acap kali, kita jatuh dalam dosa perkataan, dengan mengucapkan kata-kata kosong dan sembrono, sungut-sungut dan bukan kata-kata yang mencerminkan iman dan pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Ingatlah bahwa kita bukan anak-anak dunia melainkan anak-anak sorga yang hidup dalam kerajaan Allah. Kerajaan Allah sudah datang kepada kita, berarti bahwa hakekat kerajaan Allah itu harus tercermin dalam sikap hidup dan perkataan kita. Kerajaan Allah bukan soal makanan dan minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. (Roma 14:17). Bila kita masih saja bersungut-sungut dan mengeluh bahkan mengeluh kepada orang yang tidak beriman, maka kita akan nampak seperti mutiara yang kotor. Seharusnya kita memberikan kata-kata yang membangun orang lain, bukan yang menjatuhkan, karena kita memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Jikalau kita memiliki pengharapan itu maka kita akan selalu berbahagia dan bersukacita apapun keadaan yang kita hadapi.
Berbagilah dengan orang yang miskin
Bila saudara diberikan harta yang berlebih, maka janganlah disimpan untuk diri sendiri. Berbagilah dengan sesama yang membutuhkan. Ingatlah peringatan Tuhan dalam Wahyu 3:17 yang berkata: “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” Tuhan mau agar setiap orang yang percaya kepada-Nya memiliki belas kasihan kepada orang-orang yang miskin.
Mari merespon secara benar segala situasi kesulitan dan kesusahan yang ada saat ini. Naikkan syukur kepada Tuhan dan berdoa senantiasa kepada-Nya untuk segala apa yang menjadi keperluanmu. Tuhanlah yang memelihara kita, pastilah kita tidak akan dibiarkan-Nya. Tuhan Yesus memberkati, amin.