Empat Kesadaran Ayub Sebelum Dipulihkan

Nats Alkitab:
Maka jawab Ayub kepada TUHAN: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. (Ayub 42:1-3)
Ayub mengalami kesusahan dan penderitaan yang luar biasa dalam hidupnya. Anak-anaknya meninggal, hartanya habis dan ia pun mengalami penyakit aneh. Sungguh suatu keadaan yang membingungkan buat Ayub.  Apabila kita mengalami keadaan yang semacam itu, maka kita pun akan bingung dengan apa yang terjadi.  Akan ada banyak pertanyaan dalam hati kita mengapa dan bagaimana semuanya itu bisa terjadi, apa kesalahan kita, dan banyak pertanyaan lainnya.
Alkitab mencatat bahwa Ayub tidak berdosa kepada Allah meskipun ia dalam kesusahan, hanya saja ia nyaris memiliki kesombongan karena kesalahpahaman tentang Allah ketika keluh kesahnya semakin menjadi terhadap apa yang ia alami.
Pasal 42 dari kitab Ayub merupakan momen pertobatan dan pemulihan Ayub.  Pertobatan dan pemulihannya diawali dengan suatu kesadaran dan pemahaman yang baru tentang TUHAN. Ada empat kesadaran Ayub tentang Tuhan, sesuai nats Alkitab di atas, yaitu:
1. Ayub sadar bahwa TUHAN berdaulat penuh atas hidupnya
Kata-kata Ayub bahwa “Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu” merupakan suatu ekspresi dari kesadaran yang baru akan kedaulatan Allah yang penuh atas kehidupannya.  Ayub dengan rendah hati mengakui bahwa segala sesuatu yang diizinkan Allah untuk terjadi dalam hidupnya adalah baik adanya. Ayub sadar bahwa TUHAN mempunyai suatu maksud dan tujuan yang indah dalam hidupnya.  Sebuah tujuan yang mulia dan ilahi.
2.  Ayub sadar bahwa TUHAN mempunyai rencana yang baik bagi dirinya
Kesadaran akan hal ini sangat sulit dicapai apabila kita masih memfokuskan diri kepada hal-hal dan perkara duniawi.  Penderitaan dan kesengsaraan yang dihadapi Ayub tidaklah terjadi secara kebetulan, tidak juga disebabkan hal-hal lainnya, melainkan terjadi hanya karena ijin Allah dalam hidup Ayub untuk suatu rencana Allah yang baik.
3.  Ayub sadar bahwa pengertiannya tentang TUHAN selama ini adalah salah
Pada akhirnya Ayub menyadari bahwa apa yang ia pikirkan tentang TUHAN selama masa-masa pergumulannya itu adalah salah. Ketika fokus iman Ayub diarahkan kepada mengasihani diri sendiri dan berkat-berkat jasmani, maka muncul banyak kesalahan dari pengertiannya itu.  Ayub merasa dirinya lebih benar dan lebih pantas mendapatkan ganjaran harta kekayaan daripada kesusahan dan penderitaan.  Ayub memandang Allah sebagai pemberi berkat jasmani bukan sepenuhnya sebagai Tuhan yang harus ia sembah dengan hati yang tulus.  Proses ujian yang dihadapi Ayub dan penyataan TUHAN secara langsung  telah mengubah konsep berpikir dan cara pandangnya tentang TUHAN.
4.  Ayub sadar bahwa ia harus bertobat dan memohon pengampunan TUHAN
Proses pergumulan Ayub telah membawanya sampai kepada pengertian bahwa TUHAN itu sungguh ajaib dan bagi Ayub, semua keajaiban TUHAN itu tidak dapat ia mengerti menurut pengertiannya sendiri.  Ayub menyadari kesalahannya dalam berkata-kata.  Selama dalam penderitaannya, ada banyak kata-kata yang salah yang keluar dari mulut Ayub tentang TUHAN.  Pembenaran diri sendiri dan kesombongan rohaninya telah membuatnya menjadi tidak benar dan jatuh dalam kesalahan perkataan.
Ketika penderitaan Tuhan ijinkan terjadi, maka ketahuilah bahwa di dalam semuanya itu, Tuhan tetap sebagai Yang Berdaulat penuh dan Tuhan mempunyai suatu rencana ilahi yang baik dan indah.  Keberserahan penuh dan penundukan diri serta ketaatan total kepada Tuhan merupakan sikap yang harus senantiasa kita miliki dalam apapun situasi yang terjadi dalam hidup ini.

Leave a Reply