Bagaimana Membesarkan Anak

Man Lifting Daughter Into AirJika seorang anak dibesarkan dengan kritikan,
maka ia akan belajar untuk menyalahkan;
Jika seorang anak dibesarkan dengan kebencian,
maka ia akan belajar untuk berkelahi dan memusuhi;
Jika seorang anak dibesarkan dengan ejekan,
maka ia akan belajar untuk menjadi penakut dan rendah diri;
Jika seorang anak dibesarkan dengan celaan dan hinaan,
maka ia akan belajar untuk merasa bersalah.
TAPI,
Jika seorang anak dibesarkan dengan toleransi,
maka ia akan belajar untuk sabar;
Jika seorang anak dibesarkan dengan pemberian semangat,
maka ia akan belajar untuk percaya diri;
Jika seorang anak dibesarkan dengan pujian dan penghargaan,
maka ia akan belajar untuk menghargai;
Jika seorang anak dibesarkan dengan keadilan,
maka ia akan belajar berbuat adil;
Jika seorang anak dibesarkan dengan perlindungan,
maka ia akan belajar untuk percaya;
Jika seorang anak dibesarkan dengan penerimaan,
maka ia akan belajar untuk menerima dirinya apa adanya;
Jika seorang anak dibesarkan dengan persahabatan,
maka ia akan belajar untuk mengasihi dan setia.
– Dorothy Lawe Holt –
Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29:17)
Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus 6:4)
 
 

Siapa Saja Yang Masuk Kerajaan Sorga?

Melakukan-kehendak-Bapa2Shalom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Keselamatan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada setiap orang melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman yang dimaksud berarti percaya dan melakukan. Yakobus berbicara tentang pentingnya iman yang disertai perbuatan. Sekalipun keselamatan bukanlah hasil usaha kita, akan tetapi iman tanpa perbuatan adalah sia-sia belaka.
Dalam Matius 7:12 tertulis perkataan Tuhan Yesus: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Tuhan Yesus secara tegas mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa merupakan syarat untuk masuk Kerajaan Sorga, tapi sekali lagi hal ini bukan berarti bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan usaha kita sendiri.
Pengampunan dan penebusan oleh Kristus
Pengampunan Allah diberikan kepada kita melalui pengorbanan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib.  Kematian Kristus telah menghapuskan dan menebus segala dosa kita. Setiap orang yang percaya akan penebusan di dalam Kristus Yesus akan memperoleh karunia keselamatan ini.  Perhatikan bahwa sekalipun penebusan Kristus disediakan bagi semua orang, namun hanya yang percaya akan penebusan itu yang akan memperoleh karunia keselamatan dan kehidupan kekal.
Setiap orang yang percaya kepada Kristus, wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.  Kita harus membuktikan iman kita melalui perbuatan-perbuatan kita setiap hari.  Dalam nats di atas Tuhan Yesus menyebutkan bahwa kita harus melakukan kehendak Bapa di sorga.  Melakukan kehendak Bapa berarti ketaatan untuk tunduk atas setiap perintah dan firman-Nya dalam kehidupan kita dan menanggalkan semua dosa dan perbuatan-perbuatan kedagingan serta hawa nafsu duniawi yang membinasakan.
Allah mengaruniakan kemampuan untuk hidup benar 
Setiap orang yang beriman kepada Kristus akan diberikan kemampuan untuk menjalankan hidup benar.  Kita dapat melakukan kehendak Allah Bapa dan menjalankan hidup benar oleh karena kasih karunia dan  kuasa Allah yang diberikan kepada kita melalui Kristus.  Allah akan senantiasa menyediakan kemampuan untuk menaati Dia sesuai dengan kehendak-Nya, tindakan penyediaan ini termasuk tindakan penebusan Allah.   “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Filipi 2:13).
Setiap orang bertanggung jawab atas kasih karunia Allah
Penyediaan kemampuan oleh Allah bagi manusia untuk hidup benar tidak serta merta menghilangkan tanggung jawab manusia atas setiap keputusan dan tindakannya.  Kita harus meresponi dengan baik tindakan penyediaan ketaatan itu dengan sikap hati yang mau tunduk dan taat kepada segenap kehendak dan perintah Allah.  Setiap orang masih punya kehendak bebas untuk memilih dan menentukan apa yang hendak ia lakukan, apakah menuruti Allah atau menuruti keinginannya sendiri.  Tiap orang masih bisa menolak untuk taat sekalipun ia sudah percaya.  Hal ini berhubungan erat dengan kemauan dan kerelaan untuk menyalibkan kedagingan dan tunduk sepenuhnya kepada Kristus.
Dengan demikian siapa saja yang masuk Kerajaan Sorga? Dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus Kristus, kita mengerti dan mengetahui jawaban atas pertanyaan ini yaitu: Setiap orang yang percaya dan melakukan kehendak Allah Bapa,  yang mendengar dan melakukan, yang beriman dan yang membuktikan iman di dalam perbuatannya. Amin.
 

Karunia Untuk Menikmati

traineurope
Train di Eropa dengan pemandangannya yang indah

Ada sebuah cerita tentang seorang ibu di Eropa yang akan bepergian menuju luar kota dengan menaiki kereta api. Perjalanan menuju kota tersebut akan melintasi daerah-daerah yang pemandangannya indah, ada pegunungan, bukit, danau, hamparan padang rumput dan bunga-bunga yang berwarna warni serta berbagai keindahan alam lainnya yang sayang untuk dilewatkan.
Tapi, sejak naik kereta dan sepanjang perjalanan, ibu ini begitu sibuk dengan barang-barang bawaannya. Tas-tas yang dibawanya, dibuka kembali untuk melihat apakah isi tasnya tidak ada yang ketinggalan.  Lalu, ia mengeluarkan isi tas yang satu dan dimasukkan ke tas yang lainnya, ia mengatur ulang posisi isi tas yang dia bawa agar lebih rapi.  Selain itu, ia juga mengambil kertas dan pulpen serta mulai menulis hal-hal apa saja yang hendak ia kerjakan, apa saja yang akan ia beli, barang-barang apa yang harus ada, dan kegiatan apa saja yang harus ia lakukan di kota tujuannya.  Raut wajahnya menunjukkan ada banyak hal dalam pikirannya yang sedang berkecamuk.
Kemudian, ibu ini mendengar ada bunyi dari handphonenya, dan ia mengambil serta mulai asik dengan aplikasi chating yang ada di handphonenya itu, ngobrol dengan beberapa teman-temannya, dan membicarakan berbagai hal yang nampaknya begitu serius.  Tangannya asyik menari-nari di atas tombol-tombol yang tak kelihatan alias “touchscreen” itu.
Sebagian besar penumpang lainnya menikmati perjalanan dengan memandangi keindahan alam daerah-daerah yang dilintasi kereta, sementara ibu ini sibuk dengan berbagai hal hingga lupa untuk menikmati keindahan pemandangan alam dari jendela kereta api.
Tanpa terasa perjalanan sudah selesai, kereta tiba di kota tujuan, dan saat itulah ibu ini tersadar, “sudah sampai?”, katanya.  “Padahal saya belum melihat-lihat pemandangan di perjalanan tadi.” “Kok cepat sekali ya?” Dan ia pun menyesali sikapnya sepanjang perjalanan yang sibuk dengan berbagai urusan dan kerepotan.
Saudara yang dikasihi Tuhan, kisah ibu ini adalah gambaran sikap kita pada umumnya dalam perjalanan kehidupan.  Banyak orang yang terlalu sibuk dengan berbagai hal, tidak ada keseimbangan antara satu hal dengan hal lainnya dalam hidupnya, sehingga lupa untuk menikmati indahnya kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
Seorang petinggi perusahaan otomotif di Indonesia, yang telah bekerja puluhan tahun untuk perusahaannya, berkata bahwa setelah ia berhenti dari pekerjaannya, ia baru menyadari bahwa ia telah melewatkan banyak hal dalam hidup rumah tangganya, dan dalam berbagai bidang lainnya.  Ia terlalu sibuk dan fokus dengan karirnya sehingga ia lupa melihat perkembangan anak-anaknya dari kecil hingga bertumbuh besar.  Masa-masa pertumbuhan anaknya ia lewatkan, dan ketika ia sadar, anak-anaknya sudah besar.
Banyak pula orang yang terlalu sibuk memikirkan masalah kehidupannya, kesusahannya, dan berbagai macam hal lainnya sehingga lupa bahwa begitu banyak hal yang dapat ia nikmati dalam kehidupan yang Tuhan anugerahkan.
Kitab Pengkotbah 6:2 berbicara, “orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.”
Nats dalam kitab Pengkhotbah pasal 6 memberikan suatu kesadaran bahwa ada suatu tingkatan dalam hidup yang lebih tinggi daripada memiliki, yaitu menikmati.  Berbahagialah saudara bila diberi karunia memiliki sekaligus menikmati.  Akan tetapi, bila hanya diberi karunia menikmati maka nikmatilah berbagai hal yang Tuhan anugerahkan dalam hidup ini.  Inti dari nats Pengkhotbah pasal 6 adalah karunia menikmati.
Di setiap tahun kita merayakan hari ulang tahun kita. Tanyakanlah pada diri kita sendiri, “Satu tahun sudah terlewati dan diambil dari kehidupanmu, berapa sisa tahun lagi yang engkau punya?, sudahkah engkau bersyukur dan menikmati hidupmu?”
Apakah kita termasuk orang-orang yang memiliki karunia menikmati atau tidak?  Sayang sekali bila tidak.  Ini tergantung pada sikap hati kita meresponi kehidupan yang ada.  Bila hati kita senantiasa bersyukur maka kita dapat menikmati hidup ini dengan penuh sukacita dalam Tuhan. Marilah lihatlah keindahan yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati!
 

Mengucapkan Shalom, Bolehkah?

shalom-linda-woodsSelamat berjumpa saudara yang dikasihi Tuhan, syalom,
Hari ini saya ingin berbagi tentang ucapan “Shalom” atau “Syalom”, yang sudah sering kita ucapkan dan dengar dari saudara seiman bila berjumpa atau berpisah.
Dalam Alkitab, ada banyak sekali kata-kata shalom di dalamnya. Salah satunya ada di dalam 2 Yohanes 1:3 yang tertulis: Kasih karunia, rahmat dan SHALOM dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih“.  Shalom yang tertulis di ayat ini, dalam bahasa Indonesia ditulis “damai sejahtera”.
Shalom (שָׁלוֹם) merupakan kata berasal dari bahasa Ibrani yang artinya sejahtera, Tidak ada yang hilang, Tidak ada perpecahan,kesehatan, dan kelengkapan.  Dalam pengertian yang baru, yang diperkenalkan dalam Perjanjian Baru, Shalom bukan sekedar damai sejahtera biasa, tetapi damai sejahtera Allah, damai sejahtera sorgawi, damai sejahtera Kristus, karena Yesus Kristus adalah SHALOM bagi dunia ini. Nabi Yesaya menubuatkan Yesus Kristus sebagai SHALOM, dalam Yesaya 9:5 tertulis:  “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahuNya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, RAJA SHALOM“. Kristuslah sesungguhnya adalah SHALOM kita, karena Dia telah menghancurkan tembok-tembok pemisah, yaitu perseteruan kita dengan Allah, sehingga kita yang dahulu jauh kini menjadi dekat karena darah-Nya (Efesus 2:13-14).
Bahasa Arab dari Shalom adalah “Salam”, orang-orang Arab sejak dulu berkiblat ke Yerusalem sebagai pusat agama dan kepercayaan, sehingga ucapan-ucapan orang-orang Israel diikuti oleh bangsa Arab.  Dalam kitab Kisah Para Rasul tertulis adanya orang-orang dari berbagai bangsa datang ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Pentakosta, dan di antaranya termasuk bangsa Arab. (Kis. 2:11).  Bila orang Israel mengucapkan “Shalom Aleichem” maka orang Arab mengucapkan ucapan yang sama namun bunyi yang berbeda “Assalammu alaikum”.
Ada sebagian anak-anak Tuhan yang tidak menyetujui penggunaan kata Shalom bahkan dalam menyambut jemaat atau saudara seiman di gereja sekalipun.  Hal ini cukup mengherankan karena terasa begitu aneh bila seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang adalah Shalom tapi tidak mau mengucapkan shalom kepada sesamanya. Mungkin ada pemahaman yang berbeda yang menyebabkan kata shalom tidak diucapkan.
Sebagai ganti kata shalom, justru banyak orang memakai kata halo, padahal halo berasal dari kata bahasa Inggris yang mengandung arti “Berhenti”, yang digunakan untuk menyapa seseorang.  Daripada mengucapkan “Berhenti!”, akan sangat jauh lebih baik mengucapkan “Damai Sejahtera bagimu!” yaitu “Shalom”.
Suatu ketika di sebuah ibadah gereja, saat memulai menyampaikan khotbah, sang pendeta memulai kata pertamanya dengan “HALO”. Saya agak terkejut, karena selanjutnya pun tidak ada ucapan damai sejahtera atau shalom bagi jemaat padahal para rasul mempunyai kebiasaan mengucapkan shalom atau damai sejahtera Allah.
Marilah kita berhenti berargumen soal boleh tidaknya mengucapkan shalom, dan kembali kepada Alkitab, apa yang Alkitab katakan.  Jadi, bolehkah mengucapkan Shalom? Boleh. Silahkan bahkan sangat dianjurkan mengucapkan kata ini. Damai sejahtera dari Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus menyertai kita semua, Shalom!

Berdoa Yang Dikehendaki Tuhan

tanganberdoaShalom saudara yang dikasihi Tuhan,
Berapa banyak kali kita berdoa dalam sehari?  Apakah ketika kita mempunyai suatu kebutuhan maka kita akan mendoakannya secara terus menerus sampai dijawab oleh Tuhan? Ataukah kita hanya berdoa sekali dan kemudian menunggu apa yang terjadi?
Dalam Matius 7:7-8 Tuhan Yesus berkata: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”
Dalam bahasa Yunaninya, ayat ini berbicara tentang suatu tindakan yang dilakukan secara terus menerus.  Jadi, adalah sesuatu yang tidak tepat bila kita berdoa hanya sekali dan kemudian menantikan jawaban doa.  Doa harus dilakukan secara terus menerus, ini adalah ajaran Tuhan Yesus sendiri.
Meminta mengandung arti bahwa kita menyadari akan kebutuhan kita dan percaya kepada Allah Bapa yang sanggup menyediakan apa yang kita perlukan.  Mencari mengandung arti suatu tindakan permohonan yang sungguh-sungguh disertai dengan ketaatan dan penundukan kepada Allah.  Mengetok menunjukkan suatu sikap ketekunan dalam memohon kepada Tuhan sekalipun belum dijawab oleh Tuhan.
Dalam ayat yang ke 11 dikatakan bahwa : “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Ayat ini berbicara tentang karakter Bapa sorgawi yang penuh kasih dan kepedulian kepada anak-anak-Nya.  Karakter dan sifat Allah Bapa yang penuh kasih menjadi suatu jaminan bagi kita bahwa setiap doa dan permohonan yang kita panjatkan kepada-Nya dengan ketekunan, akan memperoleh jawaban yang baik dari Bapa sorgawi.
Bagaimanakah keadaan saudara sekarang ini? Apakah kebutuhanmu belum dijawab oleh Tuhan? Apakah saudara sudah mulai putus asa berdoa?  Apakah saudara sudah mulai kehilangan kepercayaan kepada janji jawaban doa dari Tuhan?
Hari ini kita sudah belajar firman Tuhan tentang bagaimana berdoa, marilah kita dengan tekun terus menerus berdoa dan memohon kepada Tuhan. Allah Bapa yang baik akan segera menjawab doa-doa kita tepat pada waktu-Nya.

Belajar Dari Kisah Naaman

Naaman Washes in the Jordan
Naaman membasuh dirinya di sungai Yordan sebanyak 7 kali disaksikan para pegawainya.

Shalom, selamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ada satu kisah dalam Perjanjian Lama yang sangat menarik dan juga menakjubkan karena manifestasi kuasa Allah yang dahsyat di dalamnya.  Kisah tersebut ada di dalam 2 Raja-raja pasal 5, kisah tentang Naaman yang disembuhkan Tuhan.
Naaman adalah seorang panglima tentara Aram, Syria, yang mau taat kepada perintah Tuhan Allah Israel melalui nabi Elisa. Ia sakit kusta dan penyakitnya itu membuatnya menderita secara lahir batin.  Seorang gadis Israel yang menjadi tawanan tentara Aram, yang menjadi pelayan pada isteri Naaman, bercerita bahwa di Israel ada seorang nabi yang dipakai Tuhan dan ia pasti akan menyembuhkan Naaman.
Naaman akhirnya pergi kepada nabi Elisa di Israel dan ia disuruh untuk membasuh dirinya di sungai Yordan sebanyak 7 kali, maka ia akan sembuh. Semula Naaman enggan untuk melakukan itu, namun atas nasehat dan pendapat dari pegawai-pegawainya, ia pun taat dan ketika ia taat maka ia disembuhkan Tuhan.   Dalam 2 Raja-raja 5:14 tertulis: “Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu.  Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.”
Pelajaran apa yang kita peroleh dari kisah Naaman?
1. Kasih karunia dan keselamatan dari Allah tidak terbatas hanya untuk bangsa Israel
Kerinduan hati Allah adalah agar semua bangsa mengenal dan menyembah Dia.  Bangsa Israel merupakan bangsa pilihan Tuhan namun kasih karunia-Nya tidak hanya untuk Israel melainkan untuk semua orang dan bangsa.  Bangsa Israel menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kemuliaan dan eksistensi-Nya sebagai Allah yang berdaulat, mengatur, berkuasa, dan memelihara seluruh ciptaan-Nya. Kisah Naaman menjadi bukti bahwa Allah menunjukkan belas kasihan kepada bangsa bukan Israel dan menuntun mereka untuk mengenal Allah yang benar.
2. Ketaatan dan kerendahan hati merupakan kunci untuk mengalami mujizat Tuhan
Elisa menyuruh Naaman untuk mandi dalam air sungai Yordan yang keruh kecoklatan sebagai cara sederhana untuk menunjukkan kerendahan hati dan ketaatan.  Naaman hampir tidak taat karena kesombongannya sebagai seorang yang terpandang dan berkedudukan tinggi.  Namun akhirnya, ia mau merendahkan diri dan taat.  Baik orang Aram maupun orang Israel tahu bahwa sungai Yordan tidak dapat menyembuhkan penyakit kusta. Naaman sadar bahwa kesembuhan yang ia alami adalah berasal dari kuasa Tuhan melalui sabda nabi-Nya.
3. Mujizat Tuhan membuat Naaman bertobat dan percaya kepada Allah yang benar
Naaman menjadi sadar bahwa hanya Allah yang disembah bangsa Israel lah Allah yang benar yang harus disembah setiap orang, Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus, Tuhan yang hidup.  Demikianlah seharusnya berlaku bagi setiap orang yang mengalami mujizat Allah, yaitu bertobat dari dosa dan percaya kepada Allah serta hidup bagi Allah saja.
4. Kesembuhan Naaman tidak membuat nabi Elisa berbangga diri dan merasa berjasa
Nabi Elisa adalah nabi yang tidak gila hormat apalagi gila harta.  Sebagai seorang hamba Allah, ia hanya melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepadanya. Dan oleh karena itu, ia merasa bahwa mujizat apapun yang terjadi bukan disebabkan oleh dirinya melainkan oleh Allah sendiri.  Dan untuk itu, nabi Elisa bersikap untuk tidak menerima persembahan atau pemberian apapun dari orang yang disembuhkan Tuhan melalui pelayanannya.  Naaman hendak memberikan pemberian yang banyak kepada nabi Elisa tapi ia menolaknya.
5. Kesembuhan yang Allah berikan tidak dapat dibayar dengan uang
Penyembuhan Naaman adalah tindakan kemurahan Allah yang sama sekali tidak dapat dibayar dengan uang. Yang Allah inginkan hanyalah agar setiap orang mengabdi kepada-Nya seumur hidup.  Kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan merupakan yang diinginkan Tuhan dari setiap orang.  Bukan uang, bukan persembahan tapi hati dan diri kita seutuhnya yang kita berikan hanya bagi Dia.  Dengan demikian, Allah tidak hanya menolong orang yang kaya dan mampu secara materi, tetapi Allah menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan-Nya yang ajaib, sebab Allah tidak mata duitan dan tidak punya motif ekonomi dalam menyembuhkan seseorang.
6. Pelayan Tuhan yang memusatkan diri pada pengejaran harta materi akan mengalami ganjaran dan hukuman Allah
Gehazi, asisten nabi Elisa, memiliki hati yang serakah dan ingin mengejar keuntungan materi.  Ia mengejar Naaman dan berdusta sehingga ia diberikan dua talenta perak dan dua potong pakaian oleh Naaman.  Namun, oleh karena perbuatannya itu ia menerima kutuk penyakit kusta sepanjang hidupnya.
Melayani Tuhan harus didasarkan pada motivasi yang tulus untuk mengerjakan panggilan Allah dalam kehidupan kita, bukan pada motivasi untuk memperkaya diri dan hawa nafsu duniawi.
Sangat disayangkan bahwa ada hamba-hamba Tuhan yang berusaha untuk memperkaya diri dan mengumpulkan banyak harta dengan memberitakan darah Kristus yang tercurah, menawarkan keselamatan kepada yang terhilang, menyembuhkan orang sakit, atau memberikan bimbingan kepada mereka yang sedang dalam kesusahan.  Tindakan semacam ini berarti memperdagangkan kemurahan Allah dan mengubah “kekayaan Kristus” menjadi “harta Mesir”, kekayaan rohani menjadi kekayaan duniawi.
Marilah kita terus belajar firman Tuhan dan dari kisah Naaman kita belajar tentang kerendahan hati dan ketaatan, serta motivasi yang tulus dalam melayani Tuhan dan senantiasa hidup dalam pertobatan yang mengabdikan diri kepada Tuhan sepenuhnya. Tuhan Yesus memberkati!
 

Breaking Every Bondage Of Sin

breakingchainGood morning brothers and sisters in Christ,
There is a story of a young man who lives on Chapline River, Kentucky.  He was out setting traps one evening for coons, when, by an accident, he got his finger caught in his own trap.  It was an ingenious trap, made by a hole bored into a large log and nails driven in so that if the animal put his paw in for the bait, he would catch on them, and the more he tried to get away the worse he would be off.  The boy caught his own finger, and found it impossible to get it out.
He stayed all night on the log, and to his horror found the next morning that the water was rising in the river, and that he would soon be swept out on that log, and that would mean drowning.  So he took his knife in the other hand and cut off his finger to save his life.
This story remind us about the passage in Mark 9:43-48.  In this passage, we read that Jesus Christ told his disciples and all the people following Him, to cut off their eyes, hands and feet if it make them stumble to sin. Let us read the passage below taken from Mark 9:43-48:
Christ states, “And if your hand offend you, cut it off: it is better for you to enter into life maimed, than having two hands to go into hell, into the fire that never shall be quenched: Where their worm dies not, and the fire is not quenched. And if your foot offend you, cut it off: it is better for you to enter halt into life, than having two feet to be cast into hell, into the fire that never shall be quenched: Where their worm dies not, and the fire is not quenched. And if your eye offend you, pluck it out: it is better for you to enter into the kingdom of God with one eye, than having two eyes to be cast into hell fire: Where their worm dies not, and the fire is not quenched.”
It was not Christ’s intention for this instruction to be taken literally. Eyes, hands and feet cannot, of and by themselves, commit sin. Sin begins in a person’s mind (James 1:14). For example, a person who is totally blind, or one who is missing an arm or leg, can still sin.
Christ was merely using parts of the body to make an important point. He was showing that Christians SHOULD NOT TOLERATE SIN as an integral part of their lives. If an individual has a sinful habit, he should overcome it, even though the process may be as painful as the loss of an arm or leg. Christ is saying that it is far better to forsake a sinful pleasure than to lose salvation.
The story of the boy whose finger caught in the trap is a good ilustration and lesson for us that we should break every bond of sin and evil from our life, and we should live in faithfullnes and obedience by continually doing what God order us to do.

Sederhana, Apa Adanya dan Bersyukur

givethanksSelamat pagi saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Banyak orang mengalami stres karena memikirkan masalah yang dihadapi.  Penyebab stress adalah karena tidak dapat mengatasi perasaan takut, kuatir dan gelisah oleh sebab merasa bahwa masalahnya terlalu besar dan tidak dapat diatasi.
Suatu kali, seorang ibu menelepon saya dan mengeluhkan anaknya yang akan masuk TK dan membutuhkan biaya yang cukup besar dan ia tidak punya uang untuk menutupi biaya tersebut.  Ia takut anaknya tidak bisa mendapatkan pendidikan di Taman Kanak-Kanak.  Ia kedengaran begitu kuatir dan gelisah dari nada suaranya.
Setelah ibu ini sudah selesai mengutarakan masalahnya, maka saya mulai berbicara kepadanya.  Saya ceritakan bahwa anak-anak saya juga tidak masuk TK dan sama sekali tidak mengenyam pendidikan di TK meskipun umur mereka sudah masuk kategori anak TK.  Saya katakan kepadanya agar tidak usah kuatir bila anaknya tidak bisa masuk TK, karena sebenarnya orangtua dapat mengajarkan pendidikan usia dini bagi anaknya sendiri. Yang dapat diajarkan adalah pengenalan huruf dan angka, pengenalan tulisan dan berhitung.  Metode pembelajarannya pun harus “belajar sambil bermain”.
Kedua anak kembar saya tidak masuk TK karena pertimbangan biaya. Kami sudah cek bahwa syarat masuk SD tidak harus lulus TK, hanya umurnya saja yang dipertimbangkan oleh sekolah kala itu.  Kami pun mengajarkan anak-anak untuk mengenal huruf, angka, tulisan dan hitungan sederhana.  Sekarang anak kembar kami sudah duduk di kelas 3 SD di sebuah sekolah negeri yang bagus dan gratis.
Kisah konseling yang terjadi ini hendak saya bagikan karena saya ingin kita semua mengerti bahwa sebenarnya ada begitu banyak hal dan masalah yang tidak seharusnya membebani pikiran kita, dan ada begitu banyak masalah yang solusinya begitu sederhana, ada dalam pola pikiran kita sendiri.
Dalam hidup ini, biarlah kita senantiasa berusaha untuk hidup sederhana, apa adanya dan bersyukur atas segala yang ada.  Jangan kita mengeluhkan berbagai macam kekurangan, ketidaktersediaan, dan sebagainya.  Sudut pandang kita harus kita ubah agar kita dapat melihat permasalahan melalui sudut dan perspektif yang benar.  Bila kita mengubah pola pikir dan cara pandang kita terhadap suatu masalah maka seringkali kita akan mendapati bahwa masalah tersebut sebenarnya tidak ada atau masalah itu begitu kecil sekali dan gampang diselesaikan.
Lebih dari 80% masalah yang dihadapi manusia disebabkan oleh pikirannya sendiri.  Janganlah kita serupa itu dan ubahlah pola pikir kita sesuai dengan tuntunan Tuhan dalam firman-Nya agar hidup kita terhindar dari stres dan bahkan selalu dipenuhi sukacita dan damai sejahtera.
Sebagai anak-anak Tuhan marilah kita hidup secara sederhana, apa adanya dan selalu bersyukur agar pikiran kita tenang dan hati kita selalu gembira dalam Tuhan.
“Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1 Timotius 6:8)