Suatu hari ketika sedang mengalami sakit yang serius, sesosok setan muncul di kamar tempat Marthin Luther sedang berbaring. Setan itu tersenyum dengan senyuman yang sinis sambil menatap Marthin Luther, di tangannya ada sebuah gulungan kertas yang besar dan tebal.
Gulungan itu kemudian terbuka dan Marthin Luther membaca pada gulungan kertas itu, rentetan daftar dosa-dosanya di masa lalu, satu demi satu ada tercatat disana. Sosok setan ini membawa daftar tuduhan dosa-dosa Marthin Luther yang begitu banyak.
Tiba-tiba muncul dalam pikiran Marthin Luther sesuatu yang berasal dari Tuhan, yang mengingatkan ia akan sesuatu yang sangat penting dalam imannya. Luther berteriak kepada setan itu: “Ada satu hal yang kamu lupakan. Semua yang tercatat itu memang benar adanya, tapi ada satu hal yang kamu lupa: Darah Yesus Kristus telah membersihkan saya dari semua dosa-dosa saya.
Sesaat setelah berkata demikian, setan sang penuduh itu, langsung hilang.
“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 2:2)
3 Hal Yang Harus Dilakukan Sebelum Mati
Semua orang pasti akan mengalami kematian jasmani, kecuali jika kita masih hidup saat Tuhan Yesus datang kembali menjemput umat-Nya. Kematian jasmani bagaikan sebuah barisan antrian, satu demi satu orang yang ada di dunia ini akan sampai ke “loket kematian” itu. Sebelum mati, ada 3 hal yang harus kita lakukan, yaitu:
1. Berdamai dengan Allah
Semua orang telah menjadi musuh Allah oleh karena dosa. Jikalau kita adalah musuh Allah, maka sudah pasti kita tidak akan mendapatkan tempat di dalam Kerajaan Allah, yaitu sorga. Tempat bagi musuh-musuh Allah adalah neraka yang menyala-nyala. Itulah sebabnya kita perlu berdamai dengan Allah. Bagaimana caranya?
2 Korintus 5:19 berkata: “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.” Dan Roma 3:25 berkata: “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” Yesus Kristus adalah korban pendamaian yang mendamaikan kita dengan Allah. Oleh karena itu, agar kita dapat berdamai dengan Allah, maka kita harus beriman kepada Yesus Kristus dan hidup dalam iman kepada Kristus.
2. Berdamai dengan sesama
Dalam Matius 6:14-15 tertulis: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Dan dalam Matius 5:23-24 tertulis: “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Dalam dua ayat ini kita memahami bahwa dosa kita akan diampuni Allah bila kita mengampuni kesalahan orang lain. Kita juga harus berdamai dengan sesama kita. Apabila perdamaian tidak dimungkinkan karena sesama kita itu membenci kita, maka yang terutama adalah kita secara pribadi telah mengampuni sesama kita dengan tulus dalam hati. Jadi, ampunilah kesalahan orang lain agar kita juga diampuni Allah.
3. Berdamai dengan diri sendiri
Dalam Efesus 5:20 tertulis: “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita” Banyak ayat lain yang berbicara tentang pengucapan syukur yang harus kita naikkan kepada Allah atas segala perbuatan-Nya kepada kita. Mungkin ada cita-cita, harapan, atau keinginan yang belum tercapai selama hidup, jangan biarkan diri kita berada dalam penyesalan dan kekecewaan tapi bersyukurlah atas semua karya Allah dalam hidup kita. Mungkin ada cacat, kelemahan tubuh atau kekurangan pada diri yang membuat kita membenci diri sendiri, mengasihani diri dan putus asa, janganlah biarkan pikiran dan perasaan demikian ada dalam hidup kita. Naikkanlah ucapan syukur kepada Allah untuk segala perbuatan-Nya bagi kita. Apapun keadaan kita harus kita nikmati dan syukuri. Dengan jalan demikian, kita dapat berdamai dengan diri kita sendiri, dapat menerima keadaan diri kita dengan hati yang bersyukur dan berserah.
Bagaimanakah keadaan kita saat ini? apakah kita sudah siap dengan 3 hal ini? Ataukah masih ada yang belum berdamai dengan Allah, sesama atau dirinya sendiri? Marilah mulai hari ini kita selalu berdamai dengan Allah, berdamai dengan sesama, dan berdamai dengan diri kita sendiri, agar kita senantiasa siap kapanpun Allah mau menjemput kita kembali ke hadapan-Nya. Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
Empat Unsur Utama Iman
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan, kita diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Ada istilah “Hanya oleh iman”, ya, hanya oleh iman kita beroleh keselamatan. Namun, iman yang bagaimanakah yang dimaksud? Apakah kita sudah memenuhi kriteria iman yang sesuai dengan Firman Allah?
Ada empat unsur utama iman yaitu:
1. Iman berarti percaya dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat.
Kebenaran ini tertulis dalam berbagai ayat di Alkitab Perjanjian Baru, salah satunya adalah di Roma 10:9-10, dan Yohanes 3:36. Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus berarti memiliki iman dalam hatinya.
2. Iman berarti pertobatan
Setiap orang yang mengaku beriman dengan sungguh-sungguh pasti akan secara otomatis berbalik dari dosa-dosanya dengan penyesalan yang mendalam. Pikiran dan pandangannya akan berubah karena kuasa Roh Kudus sehingga ia akan memandang dosa sebagai suatu kejijikan dan tidak lagi merupakan suatu kesenangan. Orang yang sungguh beriman akan memiliki perasaan dan pikiran yang berbeda dari sebelumnya sehingga ia tidak lagi mau hidup di dalam dosa (Kis. 17:30; Mat.3:2; Kis. 2:37-38; 2 Kor. 7:10).
3. Iman berarti ketaatan
Orang yang telah beriman kepada Kristus akan memiliki sikap dan hati yang taat untuk melakukan kehendak Tuhan. Tuhan akan mengaruniakan kemampuan untuk taat kepada orang-orang yang beriman dengan sungguh melalui Roh Kudus yang akan senantiasa menyertai orang-orang percaya. Karya Roh Kudus akan membaharui dan memperlengkapi orang-orang beriman untuk senantiasa taat dan menyerahkan seluruh kehendak pribadinya kepada Allah. (Yoh. 3:3-6; 14:21-24; Ibr. 5:8-9)
4. Iman berarti pengabdian diri sepenuhnya
Orang yang beriman akan terus menerus mengabdikan dirinya kepada Yesus Kristus. Di dalam surat 1 Yohanes 2:6 dikatakan: “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Fokus hidup seorang yang beriman dengan sungguh akan berubah 180 derajat, dari yang tadinya fokus kepada duniawi, diri sendiri dan dosa, menjadi berfokus kepada Yesus Kristus. Pengabdian diri ini termanifestasikan dalam bentuk kasih kepada Tuhan dan sesama, kepedulian, komitmen melayani, melaksanakan amanat agung, dan kerelaan berkorban bagi Kristus. Rasul Paulus berkata bahwa hidupnya yang sekarang bukanlah dirinya lagi melainkan Kristus yang hidup di dalamnya. Inilah yang menjadi ciri orang beriman, bahwa hidupnya sepenuhnya diabdikan kepada Kristus.
Bagaimanakah kehidupan kita saat ini? Apakah empat unsur utama iman ini sudah kita miliki? Ataukah kita masih hidup dalam dosa, belum taat dan belum mengabdikan diri sepenuhnya kepada Kristus? Marilah minta pimpinan Roh Kudus dan kekuatan-Nya untuk membawa kita masuk dalam kehendak-Nya supaya hidup kita memiliki iman yang benar dan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.
Michael Yang Disertai Tuhan
Hari ini saya ingin menceritakan sebuah kesaksian tentang kebaikan Tuhan dalam keluarga kami sebagai hamba Tuhan. Tuhan Yesus sungguh sangat baik buat kami sekeluarga. Kenyataan kebaikan Tuhan itu dapat saya saksikan dalam kehidupan anak saya yang keempat, Michael.
Mendapatkan Mimpi Tentang Michael
Suatu saat di tahun 2012, saya bermimpi yang aneh. Dalam mimpi saya itu, ada seorang anak kecil yang saya panggil Michael dan dia adalah anak saya, padahal kenyataannya anak saya hanyalah 3 orang saat itu dan tidak ada yang bernama Michael. Mimpi ini cukup menggelisahkan saya karena mengingat bahwa istri saya sudah tidak mau punya anak lagi, pun saya secara pribadi saat itu sudah tidak terlalu memikirkan akan punya anak lagi. Semula, kami hanya ingin punya dua anak, tapi pada kehamilan yang kedua, Tuhan memberikan anak kembar buat kami. Jadi, kami rasa 3 anak sudah cukuplah. Tapi ternyata Tuhan punya rencana yang lain yang lebih baik buat kami. Ia memberitahukan melalui mimpi akan adanya anak kami yang keempat, laki-laki dan bernama Michael. Pengalaman pribadi ini membuktikan bahwa Tuhan masih berbicara kepada kita melalui berbagai cara, bisa melalui mimpi, penglihatan, pembacaan Alkitab, teguran Roh Kudus dalam hati, teguran melalui orang lain atau cara-cara lainnya.
Kehamilan Yang Ketiga
Di awal tahun 2014, bagaikan petir di siang bolong, istri saya kaget karena mengetahui bahwa dirinya hamil, padahal memakai IUD. Setelah dipastikan oleh dokter, benar adanya bahwa hamil, sebagian dari dirinya tidak dapat menerima. Tapi dokter mengatakan bahwa ini adalah pemberian dari Tuhan yang harus disyukuri. Ini adalah kehamilan ketiga buat istri saya untuk anak yang keempat, karena kehamilan kedua yang kembar. Usia sudah mau menginjak 40 tahun, tapi hamil, rasanya tidak bisa menerima kenyataan ini. Apalagi banyak pikiran yang terbayang tentang kehamilan di usia seperti ini yang banyak beresiko, apakah terhadap anak atau ibunya. Kehamilan merupakan momen yang tidak disukai istri saya karena mual dan muntah-muntahnya berlangsung hingga saat sebelum melahirkan.
Laki-Laki Atau Perempuan?
Dalam beberapa kali kesaksian kepada teman-teman dan di hadapan sidang jemaat gereja dimana kami pergi untuk pelayanan khotbah, saya mengatakan bahwa anak dalam kandungan istri saya itu laki-laki, karena mimpinya ya anak laki-laki, dan saya akan menamai dia Michael. Tapi, kadang-kadang, ada perasaan ragu apakah benar mimpi itu akan terjadi ? Apakah anak ini adalah anak yang di dalam mimpi? Rasanya malu kalau ternyata yang lahir perempuan, karena kenyataannya berbeda dari mimpi yang dipercayai dari Tuhan itu. Tapi ternyata, memang mimpi itu datangnya dari Tuhan. Anak kami yang keempat adalah laki-laki sebagaimana sudah diberitahukan Tuhan melalui mimpi.
Kelahiran Yang Spontan Tanpa Dokter
Doa saya dan istri agar kelahirannya terjadi saat pagi hari dan berlangsung dengan cepat dan normal seperti kelahiran yang sebelumnya. Anak kami yang kembar pun lahir secara normal oleh pertolongan Tuhan. Waktu itu, pikiran yang ada membuat kami kuatir. Pertimbangan usia membuat ada kekuatiran harus di operasi cesar. Tanggal 5 September 2014, pagi-pagi sekali jam 4.30, terjadi pecah ketuban. Saya langsung siap-siap untuk membawa istri ke rumah sakit Boromeus. Perjalanan yang biasanya membutuhkan waktu lama karena lalulintas yang padat, ternyata tidak pada hari itu. Saya mengambil jalan alternatif dan tiba di rumah sakit dalam waktu yang singkat, meskipun jarak rumah ke rumah sakit cukup jauh. Setibanya di sana, bidan dan perawat menyuruh istri saya untuk berposisi tertentu yang tujuannya agar bayi tidak segera lahir karena dokter masih dalam perjalanan. Dalam bahasa mereka, tujuannya agar tidak mules, tapi saya sadar bahwa tujuannya untuk menahan kelahiran bayi. Saat dokter masih dalam perjalanan, saya meminta bidan untuk menangani, tapi bidan mengatakan dari awal saya sudah minta dokter jadi harus dokter yang menangani. Akhirnya, saya pasrah saja dan berdoa agar Tuhan menolong istri saya dan membantu proses kelahiran anak kami. Saat dokter belum datang, dan bidan belum siap, anak kami lahir dengan sendirinya tanpa bantuan siapapun kecuali pertolongan dan kemurahan Tuhan. Setelah keluar barulah bidan dengan segera menolong anak kami itu.
Tidak Bernafas
Mungkin karena pecah ketuban dan ditahan terlalu lama, ketika lahir, anak kami tidak bersuara, tidak bergerak dan tidak bernafas. Keadaan ini membuat panik bidan dan perawat yang ada di situ. Saya hanya bisa terus berdoa dan berdoa agar Tuhan menolong anak kami. Setelah diberikan penanganan darurat, puji Tuhan, anak kami bernafas dan menangis dengan keras. Saya bersyukur karena Tuhan memberikan nafas hidup buat anak kami.
Nama Bayi
Sewaktu hendak memberikan nama, satu hal yang sudah pasti adalah namanya haruslah Michael, meskipun istri saya waktu itu kurang setuju karena merasa sudah terlalu banyak nama Michael. Saya katakan kalau yang ini tidak diberi nama Michael maka nanti akan ada lagi kehamilan yang lain. Jadi, kami memberinya nama Michael. Nama tengahnya kami berikan nama Timothy, sebab malam sebelum ia lahir, seorang hamba Tuhan dari Cilacap datang menginap dan ketika pulang menyebutkan nama Timothy untuk nama tengah anak kami. Akhirnya, nama bayi kami itu adalah Michael Timothy Tambahani. Yang artinya, harapan kami, adalah seorang pesuruh Tuhan yang melayani Tuhan dengan segenap hatinya.
Di Rumah Sakit Hanya Satu hari
Walaupun berat Michael hanya 2,18 kg, tapi keadaannya sangat sehat. Semua karena kemurahan Tuhan. Dan dokter membolehkan istri dan anak kami yang baru lahir itu untuk pulang keesokan harinya. Keadaan istri saya pun sangat baik, sehingga tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Biaya Yang Tercukupi
Oleh kemurahan Tuhan, seluruh biaya kelahiran dan perawatan selama satu hari di rumah sakit Tuhan cukupkan.
Perkembangan Bentuk Kepala
Selama 3 bulan sejak lahir, Michael selalu tidur dengan posisi kepala menghadap ke kiri. Akibatnya bentuk kepalanya tidak seimbang yang kiri dan kanan. Meskipun sudah berupaya namun posisi tidurnya selalu ke kiri. Tapi saya melihat bagaimana tangan Tuhan bekerja dalam perkara ini. Setelah 3 bulan, dengan sendirinya anak saya itu berpindah posisi kepalanya menjadi lebih sering ke kanan dan bahkan hampir selalu ke kanan. Hal ini nampak seperti ada yang menyuruhnya tidur dengan posisi demikian. Sampai usianya sekarang yang hampir 6 bulan, bentuk kepalanya sudah mulai seimbang antara kiri dan kanan. Semua ini karena ada tangan Tuhan yang menyertainya.
Kesaksian ini kiranya dapat menjadi berkat buat kita semua. Saya percaya bahwa Tuhan selalu punya rencana yang terbaik buat setiap anak-anak-Nya. Melalui kehadiran Michael, saya kembali dikuatkan akan penyertaan Tuhan dalam kehidupan saya bersama keluarga. Tuhan menguatkan dan meneguhkan hati saya untuk terus melayani Dia, meskipun ada banyak tantangan dan persoalan namun tangan Tuhan tidak pernah meninggalkan. Saya pegang selalu firman Tuhan yang mengatakan: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11).
Tuhan Yesus memberkati kita semua senantiasa, amin.
Berikut adalah video saat Michael sedang dibantu pernafasan:
Kasih Yang Terbunuh
Kasih Ramadani baru berusia 7 tahun. Sebagai anak yang masih kecil masih dapat dikatakan wajar apabila ia berebutan hadiah dengan kakaknya, karena masih kanak-kanak. Orangtua hanya perlu memberikan pengertian agar anak bisa mengerti salah atau benar tindakannya.
Suatu hari, Kasih dan Dina, kakaknya yang berumur 8 tahun, berselisih pendapat dan berebutan pakaian hadiah dari paman mereka. “Ini buat aku!”, kata Kasih. “Tidak, ini buat aku, bukan kamu!”, sahut Dina kakaknya. Mereka berdua terus berebutan pakaian pemberian dari Eko Hendro, paman mereka itu.
Saat mereka sedang bertengkar soal baju, datanglah ayah mereka, Deni, yang baru pulang dari kebun. Ayahnya menjadi marah dan langsung memukulkan bambu pikulan bibit ketela yang dibawanya ke kepala dan tubuh Kasih. Seketika itu juga, kepala Kasih berdarah dan ia berjalan sempoyongan mengambil air untuk membersihkan darah yang mengalir di wajahnya. Kemudian, Kasih mendekati ayahnya dan meminta maaf atas perbuatannya. Setelah meminta maaf, Kasih meminum air putih, lalu jatuh dan meninggal.
Deni, Ayahnya langsung menyesali perbuatannya itu. Meskipun sudah berusaha menolong dan membawa anaknya ke rumah sakit terdekat, nyawa anaknya tak tertolong lagi.
Peristiwa ini terjadi di kota Malang pada hari Sabtu, 21 Februari 2015, sebuah kisah nyata yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Seorang ayah yang seharusnya menjaga anak-anaknya justru membuat anaknya celaka, oleh karena emosi yang tidak dikendalikan.
Kolose 3:21 menuliskan: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Dalam ayat ini, tersirat bagaimana seharusnya sikap seorang bapa terhadap anaknya. Hati anak saja jangan disakiti, apalagi badannya. Orangtua hanya dapat memberikan didikan dan bimbingan serta ajaran yang baik kepada anak agar mereka bertumbuh menjadi anak yang baik dan taat kepada Tuhan.
Kadangkala emosi naik ketika melihat ada situasi tertentu dalam keluarga, tapi sebagai orangtua yang baik haruslah tetap menjaga agar hati selalu sabar dan berpikir dengan jernih setiap permasalahan yang ada. Tidak ada masalah yang terlalu berat. Semuanya pasti ada jalan keluar yang terbaik. Maka, marilah sebagai orangtua, khususnya para bapa atau ayah, untuk menjaga agar sikap, tindakan serta perkataan kita tidak menyakiti hati anak kita agar mereka tidak menjadi tawar hati.
Bible Prophecy 1 (about Rapture)
What makes the Bible unique and very special among other ancient Books is that the Bible consist of more than 25% of propehecy, both that already been fulfilled or not yet fulfilled (and will be fulfilled). The prophecy telling us the future event that will come and the fulfillment of it showing that the One who predict it can really see the future or even in the case of the Bible, it shows and points to the One who had the future in His hand. It also show how the Bible is true and written or inspired by the true living God.
There are 354 prophecies regarding the Messaiah that is already fulfilled in the person of Jesus the Nazareth. (you can see the detail in here http://www.accordingtothescriptures.org/prophecy/353prophecies.html).
And these prophecies was not written by one or two person but by several prophets that lived in different times (prophet Micah lives 700 years before Christ, David 1000 years before Christ, Isaiah lives 700 years BC, Zachariah 500 years BC) and every writings pointed and fulfilled by the person Jesus Christ! Isn’t that amazing?
What is the odd of one prophecy written 1000 years ago being fulfilled in one person, let alone more than 300 prophecies?
Micah 5:2, states the Messiah would be born in Bethlehem Ephrathah, mathematicians determined the average population of BETHLEHEM from the time of Micah to the present; then they divided it by the average population of the earth during the same period.They concluded that the chance of one man being born in Bethlehem was one in 300,000, (or one in 2.8 x 10^5 – rounded),
After examining only eight different prophecies), the mathematicians conservatively estimated that the chance of one man fulfilling all eight prophecies was one in 10^17.
To illustrate how large the number 10^17 IS (a figure with 17 zeros), you can see this illustration :
If you mark one of ten tickets, and place all the tickets in a hat, and thoroughly stir them, and then ask a blindfolded man to draw one, his chance of getting the right ticket is one in ten. Suppose that we take 10^17 silver dollars and lay them on the face of Texas. They’ll cover all of the state two feet deep. Now mark one of these silver dollars and stir the whole mass thoroughly, all over the state. Blindfold a man and tell him that he can travel as far as he wishes, but he must pick up one silver dollar and say that this is the right one. What chance would he have of getting the right one? Just the same chance that the prophets would’ve had of writing these eight prophecies and having them all come true in any one man. That`s how amazing the prophecy of the Messiah, savior of the World, that are fulfilled in the person of Jesus the Nazareth, in his birth, ministry, crucixion, resurrection and ascencion of Jesus. Showing and pointing only to one true living God that inspire the divine writings, the Bible!
There is another prophecy regarding the end times that some already fulfilled and many are not yet but will be fulfilled. One of the topic very important to the believers regarding end time prophecy is the rapture, It comes from the Latin word rapare which means “seize”, “snatch” or “take away.”
The term Rapture is used to refer to the faithful believers being taken up to meet Christ in the air as described in this passage written by the apostle Paul:
But we do not want you to be uninformed, brothers and sisters, about those who have died, so that you may not grieve as others do who have no hope. For since we believe that Jesus died and rose again, even so, through Jesus, God will bring with him those who have died. For this we declare to you by the word of the Lord, that we who are alive, who are left until the coming of the Lord, will by no means precede those who have died. For the Lord himself, with a cry of command, with the archangel’s call and with the sound of God’s trumpet, will descend from heaven, and the dead in Christ will rise first. Then we who are alive, who are left, will be caught up in the clouds together with them to meet the Lord in the air; and so we will be with the Lord forever. (1 Thessalonians 4:13-17)
One interesting preaching about this topic can be found here :
https://www.youtube.com/watch?v=5KqQuTP3yqs
Hope it can be a blessing, and I will continue the writings later , with prayer for your salvation,
Demita Klassen
Hukuman Mati Menurut Injil
Nats Alkitab:
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:7-11)
Beberapa waktu belakangan ini, negara kita diperhatikan oleh dunia karena eksekusi mati beberapa napi dan rencana akan mengeksekusi kembali napi yang lainnya. Kita menghormati hukum negara kita Indonesia dan setiap upaya penegakan hukum yang ada di negeri kita. Kejahatan memang pada akhirnya harus berhadapan dengan pengadilan dan hukum.
Akan tetapi, menarik sekali untuk kita ketahui bagaimana sebenarnya hukuman mati menurut Injil Kristus? Kisah dalam nats di atas menunjukkan sikap Tuhan Yesus terhadap orang berdosa yang hendak dihukum mati. Ada seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah dan menurut hukum Musa maka orang yang demikian harus dilempari batu sampai mati. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menunggu apa keputusan Tuhan Yesus tentang hal tersebut.
Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka agar barangsiapa yang tidak berdosa hendaklah yang pertama melempari batu kepada perempuan itu. Ternyata, semua orang yang tadinya hendak melempari batu, pergi satu demi satu hingga tidak ada lagi yang berada disitu. Tuhan Yesus berkata kepada perempuan itu bahwa Ia tidak menghukum perempuan itu dan menyuruhnya pergi serta memberi perintah agar tidak berbuat dosa lagi.
Sikap Tuhan Yesus menunjukkan tujuan-Nya dalam menebus umat manusia. Dia tidak menghukum wanita itu sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi menghadapinya dengan lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan. Bagi wanita itu, keselamatan akan tersedia jikalau ia meninggalkan kehidupan berdosa yaitu meninggalkan perzinahan dan hidup dalam kebenaran Allah.
Perlu kita sadari bahwa kisah ini bukanlah kisah untuk menolerir setiap pelanggaran dosa di antara umat Tuhan. Dosa merupakan hal yang harus kita musuhi, dan kita harus punya sikap tegas terhadap dosa. Kisah di atas merupakan kisah tentang Tuhan Yesus yang tidak menghukum mati seorang yang berdosa karena hendak memberinya waktu kemurahan untuk bertobat.
Dalam Perjanjian Baru, kita membaca dan memahami bahwa para rasul tidak pernah menyuruh menghukum mati orang-orang yang berdosa. Mereka hanya menegur dengan keras orang yang berbuat dosa dan berdusta kepada Roh Kudus. Dalam beberapa kisah, Roh Tuhan sendiri yang memberikan penghukuman kematian kepada beberapa orang berdosa. Seperti Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:5-10), dan raja Herodes (Kisah Para Rasul 12:21-23).
Jadi menurut Injil Kristus, hukuman mati hanyalah dilakukan oleh Tuhan sendiri dan bukan oleh manusia. Pembalasan adalah hak-Nya Tuhan, janganlah kita menuntut pembalasan. Dialah yang akan menghakimi (Ibrani 10:30).
Para napi yang melakukan pelanggaran hukum sebaiknya tidak diberikan hukuman mati, biarkanlah nanti Tuhan yang akan memberikan penghukuman-Nya bagi mereka. Tugas kita adalah memberikan waktu kesempatan bagi mereka untuk bertobat. Hukuman seumur hidup bagi penjahat kelas berat merupakan hukuman yang paling maksimal yang dapat diberikan negara.
Kita semua berdosa dan hanya karena Kasih Karunia Allah memperoleh pengampunan dan keselamatan. Marilah kita mengampuni dan mendoakan mereka yang berbuat dosa agar kembali ke jalan yang benar.
Dari Patah Hati Menjadi Bulat Hati
Kalau orang dalam beberapa hari berubah sikap dari takut menjadi berani, tentu ada penyebanya yang luar biasa. Perubahan besar terjadi pada sikap para murid di kota Yerusalem sejak peristiwa kebangkitan Yesus.
Beberapa hari sebelumnya, para murid Yesus berada dalam keadaan muram. Yesus yang semula mereka sangat harapkan, ternyata dijatuhi hukuman mati. Mereka takut kalau-kalau mereka sebagai pengikut-Nya juga akan ditangkap dan menjalani nasib yang serupa. Menurut kitab Injil Yohanse, murid-murid itu berkumpul “di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi.”
Tetapi beberapa hari kemudian mereka sudah berani berada di jalan-jalan raya kota yang sama dan berkata dengan lantang, “Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem…, Yesus yang telah kamu salibkan dan kamu bunuh…, tetapi Allah membangkitkan Dia…. Tentang hal itu kami semua adalah saksi…. Jadi seluruh kamu Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus… Bertobatlah….” (lihat Kis. 2:14-40)
Dapat anda bayangkan, sikap para murid itu berubah 180 derajat. Mereka yang semula bersembunyi kini “mengecam dan menasehati.” Kalau kita jadi penduduk kota Yerusalem, mungkin kita sulit mengenali kembali para murid dari sikapnya itu. Mereka sangat berubah. Beberapa hari yang lalu mereka begitu takut, sekarang menjadi begitu berani.
Kalau mereka memberi kesaksian di kota-kota kecil di luar Yerusalem, itu tak begitu mengherankan. Tetapi mereka melakukan itu di dalam kota Yerusalem, yang adalah tempat pusat musuh-musuh Yesus. Yerusalem adalah tempat tinggal Imam Besar, Imam-imam kepala, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan massa orang Yahudi yang mayoritas membenci Tuhan Yesus.
Jelas sekali bahwa para murid itu berubah menjadi sangat berani. Di hadapan orang-orang yang merasa berhasil menamatkan riwayat Yesus, mereka meneriakkan yang sebaliknya: “Yesus sudah bangkit. Ia adalah Tuhan yang hidup!”
Itulah perubahan besar yang terjadi pada murid-murid Yesus. Dari rasa kurang pasti menjadi yakin seyakin-yakinnya. Dari diam karena rasa kalah, menjadi bersorak karena rasa menang. Dari patah hati menjadi bulat hati.
Apa yang menyebabkan perubahan sebesar itu? Apa lagi kalau bukan kenyataan bahwa Yesus memang benar-benar sudah bangkit!
(Oleh Dr. Andar Ismail)
Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani. (Kisah Rasul 4:31)
Kerendahan Hati Cairns
Nats Alkitab:
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Lukas 14:11)
Ada sebuah kisah tentang orang yang terkenal yang dijuluki Principal Cairns, yang begitu rendah hati sehingga dia bahkan tidak pernah memasuki ruangan pertama kali. Dia akan selalu mengalah dan berkata kepada orang lain, “Anda dulu nanti saya mengikuti.”
Suatu kali, orang ini berada di antara para tamu terhormat di suatu acara besar. Saat dia menaiki tangga menuju panggung, hadirin melihat Cairns dan langsung memberikan applause. Ketika mendengar sorak-sorai itu, dia langsung menghentikan langkahnya dan memberi tanda kepada orang yang di belakangnya untuk maju lebih dulu karena menganggap bahwa tepuk tangan dan sorakan itu ditujukan kepada orang itu. Kemudian, ia berdiri di belakang dan ikut bertepuk tangan. Dia tidak pernah memimpikan bahwa tepuk tangan itu ditujukan kepadanya.
Tentu saja kerendahan hati seperti ini mengesankan banyak orang dan menimbulkan rasa hormat yang lebih tinggi terhadapnya. Ketika kita senang berpikir bahwa kita besar dan penting, maka hal ini akan sangat memalukan jika mengetahui bahwa kita tidaklah sebesar dan sepenting itu. Tetapi jika kita cukup rendah hati untuk membiarkan orang lain memperoleh applause dan perhatian, maka kita mungkin akan terkejut melihat betapa banyak orang yang menghargai dan menghormati kita.
(Josh McDowell & Bob Hostetler, “Don’t Go Hunting for Honor.”)
Perhitungan Hari Dan Tahun
Nats Alkitab:
Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun.” (Kejadian 1:14)
Hari ini orang-orang merayakan Tahun Baru Imlek 2566. Kalender Imlek mendasarkan perhitungan dari peredaran bulan. Penanggalan hari pertama tahun pertama dihitung dari hari lahirnya Kongfuzi (Confucius).
Kalender Masehi atau Kalender Al-Masih yang saat ini menunjukkan tahun 2015 mendasarkan perhitungannya pada peredaran matahari, serta memulai perhitungannya pada perkiraan hari kelahiran Yesus Kristus.
Kalender Yahudi sekarang ini menunjukkan tahun 5775 dan disebut lunisolar karena berpatokan pada perubahan musim yang dipengaruhi oleh putaran matahari dan bulan. Perhitungan kalender ini didasarkan pada usia orang-orang yang tercatat dalam Alkitab dan 6 hari penciptaan.
Kalender Hijriyah mendasarkan perhitungannya pada peredaran bulan. Masih banyak kalender lain yang dibuat oleh suku bangsa tertentu yang mendasarkan pada peredaran matahari, bulan atau bintang.
Dari fakta ini kita dapat melihat bahwa apa yang dikatakan Allah dalam Alkitab sungguh benar terjadi. Benda-benda penerang di langit menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Fakta yang ada menunjukkan bukti nyata kebenaran isi Alkitab.