Nats Alkitab:
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 6:23)
Dalam bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru, bahasa Yunani, dosa disebut sebagai “Hamartia”. Memang ada kata lain yang berarti dosa, yaitu “Adikia” (Yunani) dan juga beberapa kata dalam bahasa Ibrani. Masing-masing kata yang ada, memiliki makna yang spesifik dan khusus yang menjelaskan arti dosa.
Hamartia berarti melenceng dari target sasaran. Apabila seorang pemanah, mengambil anak panah kemudian membidik sasaran lalu menembak, dan anak panahnya menancap 1 meter dari target, maka itu disebut hamartia. Bila kemudian, sang pemanah kembali memanah dan panahnya menancap 1 cm dari sasaran, juga disebut hamartia. Sekali lagi, bila si pemanah memanah lagi dan panahnya menancap 0,1 cm dari sasaran, tetap disebut hamartia. Jadi, tidak peduli seberapa dekat dengan target, bila masih belum mengenai dengan tepat, maka disebut hamartia.
Pengertian ini lebih membuka pemahaman kita akan dosa. Sekalipun dosa yang dilakukan nampak begitu kecil namun itu namanya hamartia yakni melenceng dari sasaran dan target yang ditetapkan Allah. Dan upah bagi dosa adalah maut. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan demikian, bahwa upah bagi pelanggaran adalah kutuk dan maut, sekecil apapun pelanggaran itu.
Seorang Peneliti Masyarakat Tranparansi Indonesia, mengatakan bahwa hukuman bagi koruptor tidak adil antara pelaku yang satu dengan yang lainnya. Seorang guru yang melakukan korupsi 54 juta rupiah diganjar hukuman tiga tahun penjara, namun pelaku korupsi lainnya yang melakukan korupsi puluhan miliar rupiah diganjar dengan hukuman yang sama juga yakni tiga tahun. Hal ini menurutnya tidak adil.
Apa yang terjadi dalam peradilan itu, memang nampaknya tidak adil. Namun begitulah sebenarnya konsep mengenai dosa. Tidak ada istilah dosa kecil atau besar, semuanya merupakan pelanggaran dan harus mendapatkan hukuman yaitu maut.
Adanya kebenaran ini membuat kita harus sungguh-sungguh sadar untuk hidup dalam kebenaran. Kita akan menjadi orang-orang yang sangat malang apabila tidak ada juruselamat. Oleh kasih karunia Allah maka Dia sendiri telah datang menjadi manusia sama seperti kita untuk menanggung semua akibat dosa yang seharusnya kita tanggung, dan menjadi penebus bagi segala dosa kita.
Hidup dalam kasih karunia Allah, bukan berarti kesempatan untuk berbuat dosa, tetapi justru kita harus lebih lagi berbuat kebenaran karena kasih kita kepada Tuhan. Jangan pandang enteng dosa-dosa yang nampaknya kecil, karena sekecil apapun dosa itu adalah tetap dosa yang melanggar keseluruhan perintah Allah.