Nats Alkitab:
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi 4:11)
Seorang pemuda bernama Faisol dari Sumenep, Madura, Jawa Timur, belajar ilmu hipnotis selama 15 tahun untuk dipakai melakukan kejahatan. Ia memperdayai penjaga toko emas dan mengambil 6 kg emas batangan. Selanjutnya, ia menjual satu batang emas dan kemudian dipakai untuk membeli mobil baru dan memenuhi kebutuhan lainnya. Namun, Faisol tak bisa lama menikmati hasil curiannya. Ia akhirnya ditangkap oleh polisi dan diancam hukuman penjara maksimal selama 7 tahun.
Banyak orang yang ingin belajar hipnotis karena terdorong niat melakukan kejahatan terhadap orang lain. Faisol adalah salah satunya. Ia belajar selama 15 tahun hanya untuk mencuri dan kemudian dihukum.
Bila kita merenungkan kisah Faisol, kita dapat memperoleh suatu pelajaran berharga, betapa ia telah menyia-nyiakan waktu yang begitu lama yakni 15 tahun hanya untuk memenuhi keinginan-keinginannya saja. Padahal, ia dapat belajar banyak hal yang dapat menjadi bekal masa depannya. Asalkan ada kemauan pasti ada jalan. Seringkali masalahnya bukan karena tidak bisa, tetapi karena tidak mau.
Keinginan duniawi dapat menyebabkan seseorang terpicu untuk melakukan kejahatan. Hati yang tidak pernah merasa puas akan terus menuntut untuk dipenuhi. Itu sebabnya, ketika menemui “jalan buntu”, maka “jalan pintas” lah yang diambil, padahal jalan itu menuju kebinasaan.
Ayat firman Tuhan hari ini berisi sesuatu yang sangat berharga bagi kita. Disebutkan di dalam ayat ini: “aku telah belajar mencukupkan diri di dalam segala keadaan.” Rasul Paulus dalam kehidupannya melakukan pelayanan yang penuh komitmen kepada Tuhan, namun bukan tanpa rintangan dan halangan, tetapi penuh pergumulan dan ujian yang harus ia hadapi. Rasul Paulus mengalami saat-saat kekurangan, dan saat-saat penderitaan. Akan tetapi, hal yang luar biasa dari Paulus adalah ia belajar mencukupkan diri di dalam segala keadaan.
Dalam Alkitab terjemahan “New International”, ayat ini berbunyi demikian: “Aku telah belajar untuk merasa puas.” Rahasia kepuasan hati adalah menyadari bahwa dalam keadaan yang sekarang ini, Allah telah memberikan segala sesuatu yang kita perlukan untuk tetap berkemenangan di dalam Kristus (Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, hal. 1984). Kita tidak akan pernah merasa puas selama kita tidak pernah mencapai kesadaran ini. Kita perlu selalu bersandar kepada Yesus Kristus dan menantikan pertolongan-Nya. Kita harus belajar taat dan setia dalam berbagai keadaan, serta belajar untuk selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun.
Secara manusiawi, terkadang penderitaan atau kesulitan itu membuat diri kita terasa tidak mampu menghadapi, tetapi disinilah letak dan kunci kemenangan orang percaya, bila mau belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan: Tuhan akan memberikan kemampuan untuk menghadapi semua. Dalam ayat yang ke-13 disebutkan: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia, yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara akan tetap kuat, saudara akan mampu, saudara akan meraih kemenangan bila saudara belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan, karena Tuhan Yesus memberikan kemampuan bagi saudara dan bagi kita semuanya yang mau belajar mencukupkan diri. Haleluya!
2 Replies to “Belajar Mencukupkan Diri”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.
Amen!
Amin, Tuhan Yesus memberkati.