Nats Alkitab:
Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: “Bangunlah, makanlah!” Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. (1 Raja-raja 19:5-8)
Sungguh merupakan suatu hal yang sangat mencengangkan, ketika kita membaca nats Alkitab di atas. Mengapa? Sebab bayangan serta konsep pemikiran tentang Allah yang hanya peduli dengan kehidupan rohani sungguh terbantahkan. Rupanya, Allah tidak hanya peduli kepada rohani kita, tetapi Dia juga peduli kepada jasmani kita. Allah yang mencipta kita sangat mengerti bahwa tubuh jasmani kita ini membutuhkan asupan makanan untuk energi tubuh.
Elia dalam kelelahannya berbaring dan tidur di bawah pohon arar. Rencana Allah bagi Elia waktu itu adalah agar ia pergi ke gunung Horeb. Namun, nabi Elia sangat kelelahan setelah berjalan seharian di padang gurun untuk menghindari kejaran Izebel yang hendak membunuhnya.
Tuhan mengirimkan seorang malaikat untuk melayani Elia dengan memberikan makanan dan minuman yang diperlukan tubuhnya. Dan setelah makan dan minum, Elia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya menuju ke gunung Horeb.
Saudara yang dikasihi Tuhan, dari pembacaan ayat di atas, kita dapat mengerti bahwa Allah sangat peduli dengan kebutuhan tubuh jasmani kita. Kita perlu makanan dan minuman supaya jasmani ini tetap hidup, dan Tuhan menyediakan apa yang kita butuhkan itu. Beberapa hal dapat kita pelajari dari kisah ini adalah:
1. Tuhan sangat mengerti dan mempedulikan kebutuhan kita.
Di padang gurun, Tuhan menyediakan makanan buat Elia, hambanya itu. Padang gurun berarti keadaan dan situasi yang sulit sebab udaranya panas dan tidak ada air, hanya beberapa titik sumber air yang ada dan mencarinya sangat sulit. Dalam hidup kita sekarang ini, kita dapat menaruh percaya kepada Tuhan yang mengasihi kita. Dia peduli kepada kita. Di tengah situasi sulit yang melanda kehidupan kita, percayalah bahwa penyediaan dari Allah itu akan nyata sebab Dia tidak akan membiarkan ciptaan-Nya menderita kelaparan dan kesusahan.
2. Jika Allah begitu peduli kepada jasmani kita, maka seharusnya kita juga menjaga tubuh jasmani kita untuk mengerjakan tugas pelayanan.
Seringkali sebagai orang beriman, kita mengabaikan kebutuhan tubuh jasmani ini. Kita tidak makan, menahan lapar, padahal ada makanan, dengan asumsi kehidupan yang rohani itu lebih mengutamakan makanan rohani. Hal ini tidak benar, sebab Tuhan Yesus sendiri pun peduli dengan 5000 orang yang belum makan sehingga Ia memberi mereka makanan. Kadangkala, karena terlalu sibuk bekerja di kantor, sibuk sekolah, atau sibuk ini dan itu, kita lupa bahwa belum makan, dan kita mengabaikan kebutuhan tubuh jasmani ini, dengan menunda makan karena harus menyelesaikan sesuatu pekerjaan. Akibatnya tubuh jasmani ini menjadi lemah dan rentan dengan berbagai penyakit. Mari kita belajar untuk menghargai tubuh jasmani kita, sebagaimana Allah sendiri peduli dan memperhatikan kebutuhan jasmani ciptaan-Nya.
3. Mujizat Tuhan nyata di tengah pergumulan umat-Nya.
Dalam masa-masa sulit, kita dapat dengan teguh beriman dan berharap kepada Tuhan yang maha kuasa. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, segala sesuatu dapat Ia lakukan. Pertolongan dari Tuhan itu tidak pernah terlambat dan selalu tepat waktu.
4. Umur ada di tangan Tuhan.
Meskipun Elia dapat dikatakan tinggal menunggu ajal di padang gurun, sebab sudah kekurangan cairan akibat kepanasan dan juga kelaparan, tapi Tuhan tidak menghendaki dan tidak merencanakan kematian Elia di tempat itu. Umur kita ada di tangan Allah dan Dia yang berdaulat atas seluruh kehidupan kita. Namun, janganlah dengan sengaja membiarkan diri dekat dengan maut atau bahkan berencana untuk membunuh diri. Nabi Elia putus asa dan hendak membiarkan dirinya mati, tapi perhatikan! Hal ini bertentangan dengan kehendak Allah. Jangan biarkan keputusasaan itu menguasai pikiran kita. Jangan putus asa menghadapi kesulitan hidup, tapi majulah dan jalanilah kehidupan ini dengan kekuatan dari Allah. Tuhan dan para malaikat sedang memandang kita, pertolongan dari Sorga siap untuk didatangkan bagi kita yang terus berharap kepada-Nya. Jangan putus asa, ada Tuhan yang mengasihi kita.
Tuhan Yesus memberkati.