Matius 23 berisi banyak kecaman Tuhan Yesus terhadap Ahli Taurat dan orang Farisi. Kata-kata yang digunakan untuk mengecam mereka juga merupakan kata-kata kecaman yang tegas dan keras yaitu “Celakalah”.
Salah satu kecaman Yesus adalah :
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” (Matius 23:27-28)
Bila kita mempelajari dengan seksama makna dari kecaman Tuhan Yesus, maka kita akan mengerti bahwa Tuhan Yesus tidak memarahi dan mengecam posisi mereka sebagai ahli Taurat dan orang Farisi, melainkan kemunafikan mereka lah yang dikecam oleh Tuhan.
Ahli Taurat adalah golongan orang-orang yang mempunyai keahlian dalam hal hukum Taurat dan mereka menerangkan makna hukum Taurat dalam kehidupan umat Israel. Ahli Taurat juga adalah orang-orang yang bertugas mempelajari dan menafsirkan hukum Taurat secara teliti. Mereka mengajarkan hukum Taurat kepada anak-anak dan segenap kaum Israel, agar mereka senantiasa hidup dalam ketaatan penuh kepada hukum Taurat.
Golongan Farisi adalah orang-orang yang bertugas untuk menegakkan pelaksanaan syariat hukum Taurat. Mereka bertugas sebagai pengamat dan penegak hukum Taurat dalam kehidupan masyarakat. Mereka suka memperhatikan hal-hal yang sangat kecil, sehingga kesalahan sekecil apapun harus dihukum sesuai hukum Taurat sebab mereka yakin bahwa Allah mencintai orang yang taat kepada hukum Taurat dan menghukum orang yang tidak taat.
Melihat fungsi dan tugas mereka dalam masyarakat Israel yang dipimpin oleh Taurat, maka kedudukan para Ahli Taurat dan orang-orang Farisi begitu penting dan terhormat di masyarakat. Mereka disegani dan seringkali juga ditakuti. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang bersih dan taat sepenuhnya kepada hukum Taurat.
Namun, apa yang nampaknya bagus di luar, ternyata tidak demikian di dalamnya. Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang-orang yang munafik dan tidak punya belas kasihan. Kepada orang lain mereka mengenakan penghakiman yang begitu ketat, sedangkan mereka sendiri berbuat dosa dan tidak menerima penghukuman.
Makna yang begitu luar biasa dari kecaman Yesus memiliki sangkut paut juga dengan kehidupan kita di masa kini. Firman Tuhan dalam Matius 23 masih relevan sampai saat ini. Kehidupan sebagai pelayan Tuhan, teolog, gembala, atau pendeta menghadapi tantangan dari kecaman Tuhan Yesus. Apakah kita sudah hidup benar? Ataukah kita hidup dalam kemunafikan? Apakah kita mengajar orang lain untuk hidup kudus, sementara kita sendiri hidup dalam kenajisan? Apakah kita memberikan beban “syariat keagamaan” kepada jemaat dengan begitu berat, sementara kita sendiri tidak melaksanakan “syariat” yang kita buat itu? Patokan kita adalah firman Allah, bukan firman manusia.
Kecaman Tuhan Yesus mengandung konsekuensi penghakiman bagi mereka yang hidup dalam kemunafikan. Kemunafikan merupakan dosa yang tidak disukai Allah. Kita boleh memakai topeng di depan orang lain, dan orang lain tidak tahu bagaimana dan siapa sebenarnya kita, tetapi Tuhan maha tahu siapa kita sebenarnya.
Jadi sekali lagi, bukan soal profesi sebagai ahli taurat atau farisi yang dikecam Tuhan, melainkan kemunafikannya. Sebab Alkitab menyiratkan dengan jelas bahwa ada ahli-ahli Taurat yang hidup benar di hadapan Allah dan menjadi utusan Allah bagi umat-Nya. Perhatikan ayat dalam Matius 23:34 demikian tertulis: “Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,” Jadi jelas disini bahwa Tuhan mengutus ahli-ahli Taurat juga. Jadi ada orang yang diberikan tugas sebagai ahli Taurat dan mereka melaksanakannya dengan baik dan benar tanpa kemunafikan dalam hidup mereka. Dan ahli-ahli Taurat yang hidupnya benar itu, sebagian mengalami pembunuhan dan penyaliban, sedangkan yang lain disesah dan dianiaya, oleh karena mereka hidup benar dan menyampaikan kebenaran.
Jadilah teolog yang benar, jadilah pendeta yang benar, jadilah pelayan dan hamba Tuhan yang benar, jangan hidup dalam kemunafikan maka Tuhan tidak akan mengecam kita melainkan memuji kita sebagai hamba yang baik dan setia. Amin.