“Mereka menceritakan kepadanya: “Yusuf masih hidup, bahkan dialah yang menjadi kuasa atas seluruh Mesir.” Tetapi hati Yakub tetap dingin, sebab ia tidak dapat mempercayai mereka. Tetapi ketika mereka menyampaikan kepadanya segala perkataan yang diucapkan Yusuf, dan ketika dilihatnya kereta yang dikirim oleh Yusuf untuk menjemputnya, maka bangkitlah kembali semangat Yakub, ayah mereka itu. Kata Yakub: “Cukuplah itu; anakku Yusuf masih hidup; aku mau pergi melihatnya, sebelum aku mati.” (Kejadian 45:26-28)
Terpisahnya Yusuf dari ayahnya, Yakub, menyebabkan ayahnya sangat berduka selama dua puluh tahun lebih. Ia mengira Yusuf telah mati dimakan binatang buas sebagaimana dikatakan oleh anak-anaknya yang lain, kakak-kakak Yusuf, dan sejak saat itu Yakub sangat bersedih hati karena kehilangan anaknya. Ada ikatan kasih antara Yakub, sang ayah dengan Yusuf, sang anak, dan demikian pula sebaliknya. Selama berada di Mesir, karena dijual sebagai budak oleh kakak-kakaknya, Yusuf selalu merasa rindu kepada ayahnya. Tentu, ia akan merindukan ibunya juga, namun ibunya, Rachel, telah meninggal dunia. Selain rindu kepada sang ayah, Yusuf pun ternyata rindu kepada saudara-saudaranya.
Kisah kehidupan Yusuf, yang mengalami penolakan dalam keluarga, khususnya oleh saudara-saudaranya yang lain, kemudian pengembaraannya di negeri asing, dan kemuliaan yang ia terima sebagai pemimpin di Mesir, serta berkumpulnya ia kembali dengan ayahnya dan saudara-saudaranya merupakan kisah kasih yang kuat antara ayah dan anak.
Yakub senantiasa mengasihi dan memikirkan Yusuf, ia bersedih tatkala Yusuf diberitakan mati diterkam binatang buas, namun semangatnya kembali bangkit ketika ia mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Tindakannya untuk segera bertemu Yusuf merupakan tindakan spontan seorang ayah yang mengasihi dan merindukan anaknya.
Bagaimana dengan kita? Apakah sebagai seorang ayah kita memiliki kerinduan dan kasih seperti Yakub mengasihi Yusuf anaknya itu? Banyak orangtua khususnya ayah yang tidak mempedulikan apa yang terjadi dengan anaknya. Banyak yang bahkan melupakan bahwa ia punya anak. Para ayah seringkali lebih menyukai menghabiskan waktu di pekerjaan dan pergi bersama teman-teman. Tidak jarang, alasan yang dipakai ayah juga adalah karena sibuk dalam pelayanan.
Sementara itu, sang anak berteriak dalam hatinya, merindukan kehadiran ayah dalam hari-harinya. Ia tidak butuh yang lain sebutuh kehadiran seorang ayah di sisinya.
Survey membuktikan bahwa anak-anak yang mendapatkan pendampingan dan kasih dari ayahnya akan menjadi anak-anak yang lebih kuat dalam menghadapi kehidupan. Oleh karena itu, para ayah, jangan lupakan anak-anak. Firman Tuhan berkata: “Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” (Maleakhi 4:6), ayat ini menyadarkan kita betapa kerinduan hati Allah adalah pulihnya hubungan dalam keluarga khususnya antara ayah dengan anak-anak.”
Menjadi ayah adalah sebuah anugerah yang tak terhitung nilainya. Banyak yang ingin menjadi ayah namun belum diberikan kesempatan. Marilah kita yang sudah menjadi ayah, mulai saat ini membangkitkan kembali semangat dan kasih kepada anak-anak melalui perhatian dan kepedulian serta bimbingan yang kita berikan bagi mereka agar mereka bertumbuh kuat secara roh dan jiwa dan tidak akan hanyut dalam arus godaan pergaulan dunia yang menyesatkan.