Salah satu motto atau prinsip yang dikemukakan oleh dr. Sam Ratulangie adalah “Sitou Timou Tumou Tou” yang berarti bahwa manusia hidup untuk menghidupkan orang lain.
Keberadaan kita di dunia ini mengandung suatu tanggung jawab sosial terhadap sesama. Orangtua bertanggungjawab terhadap anak-anak, anak-anak yang sudah dewasa bertanggungjawab kepada orangtuanya, kakak terhadap adik, adik terhadap kakak, dan juga tanggung jawab sosial terhadap sesama yang membutuhkan.
Tuhan Yesus mengajarkan tentang kasih terhadap sesama tanpa membeda-bedakan latar belakang. Ia memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati yang menolong orang Israel, padahal orang Israel tidak bergaul dengan orang Samaria. Kasih yang diwujudkan dalam bentuk nyata merupakan wujud kasih yang sebenarnya.
Salah satu hal yang diingatkan Tuhan pada hari terakhir ketika orang-orang berdiri dalam penghakiman adalah sikap kasih dan memberi kepada sesama.
Di sekeliling kita ada begitu banyak orang yang sangat berkekurangan. Ada yang tidak cukup pangan, sandang bahkan tempat tinggal. Ada begitu banyak anak-anak yang tidak mendapat cukup gizi. Ada banyak yang tidak bisa minum susu karena kemiskinan. Ada banyak pula yang tidur di bawah kolong jembatan, tanpa sanitasi yang baik.
Sementara itu, kontradiksi terjadi di kalangan orang-orang kaya. Sekali makan di restoran bisa menghabiskan jutaan rupiah. Sekali beli baju bisa sampai ratusan ribu. Padahal uang sejumlah itu bisa mencukupi sebuah keluarga miskin selama satu bulan.
Bila semua orang di dunia ini hidup saling memperhatikan maka tidak akan ada yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Maka sungguh indah bila apa yang dikatakan di atas benar-benar terwujud secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat kita.
Marilah kita bersama-sama memperhatikan dan membagikan kasih kepada sesama yang membutuhkan, dengan demikian kita mewujudkan kasih Kristus di dunia ini.