Belajar Dari Nelson Mandela

nelson-mandela

Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, adalah seorang tokoh pejuang kebenaran dan keadilan bagi rakyat Afrika Selatan.  Ia menentang pemerintah Apartheid di Afrika Selatan, akibatnya ia dihukum dalam penjara selama 27 tahun.  Apartheid adalah sistem pemerintahan yang menetapkan perbedaan berdasarkan warna kulit, putih atau hitam, Kaukasian atau non-Kaukasian.

Nelson Mandela adalah seorang penganut Kristen Methodist.  Namun, pemerintah apartheid yang dikuasai oleh orang-orang berkulit putih yang sama-sama beragama Kristen, bersikap membeda-bedakan berdasarkan warna kulit. Orang kulit hitam menjadi warga kelas dua, dengan demikian penduduk asli Afrika Selatan menjadi tamu di negerinya sendiri. 

Ironisnya, gereja disana pun pada waktu itu menjadi gereja apartheid.  Gereja-gereja ikut-ikutan masuk ke dalam sikap politik pemerintahan.  Dalam gereja terjadi diskrimasi berdasarkan suku dan warna kulit.  Padahal mayoritas rakyat Afrika Selatan adalah penganut Kristen.  Gereja tidak lagi mengamalkan kasih Kristus, sikap membeda-bedakan ini membuat gereja  jatuh ke dalam dosa.

Apa yang terjadi dalam masa-masa kelam di Afrika Selatan, masih pula terjadi di jaman kemerdekaan sekarang ini, dimana-mana termasuk di Indonesia.  Gereja-gereja yang seharusnya merangkul semua orang, sebagian menjadi begitu eksklusif.  Eksklusivitas gereja menyebabkannya tidak dapat membaur dan bergaul di tengah-tengah masyarakat.  Penolakan masyarakat terhadap kehadiran gereja bukan semata-mata karena perbedaan keyakinan tetapi juga karena eksklusifisme gereja.

Di beberapa gereja, terjadi pembedaan suku, ras dan warna kulit secara diam-diam atau terang-terangan.  Demikian halnya, dalam hal kemampuan ekonomi jemaat, terjadi pembedaan antara yang kaya dan yang miskin.  Yang kaya akan diberikan porsi dan kedudukan dalam pelayanan yang lebih besar, sedangkan yang miskin tidak diberikan porsi pelayanan yang sesuai meskipun ia memiliki karunia pelayanan yang baik.

Renungan ini hendak mengingatkan kita kembali, bahwa sebagaimana Tuhan tidak membeda-bedakan manusia, demikian juga harusnya kita tidak membeda-bedakan sesama kita.  Apalagi pemimpin rohani, gembala sidang, majelis maupun jemaat jangan sampai sikap membeda-bedakan orang menjadi kebiasaan dalam kehidupan berjemaat dan bersosial.

Tidak ada lagi soal kaya atau miskin, etnis ini atau itu, suku ini atau itu, hitam atau putih, jemaat atau bukan jemaat,  gereja harus mengedepankan kasih Kristus kepada semua orang.

Nelson Mandela tidak menggembar-gemborkan kekristenannya, namun praktek kesehariannya mencerminkan Kristus dalam kehidupannya.  Ia berjuang melawan kemiskinan dan ketidakadilan, ia membela hak-hak orang yang tertindas, Nelson memberikan harapan dan tindakan nyata bagi rakyatnya.

Jika saja semua orang kaya mau berbagi dengan sesamanya maka tidak akan ada orang yang miskin di dunia ini.  Tuhan sudah memberikan firman agar kita memperhatikan yang miskin dan menderita, dan berbagi dengan mereka, “supaya tidak ada orang yang miskin di antaramu,” firman Tuhan.  Nelson memiliki hati yang kaya dengan cinta kasih, itulah yang menyebabkannya dicintai rakyatnya, bahkan kematiannya ditangisi oleh dunia, para pemimpin dunia datang dan memberi penghormatan terakhir. Tiga wasiat Mandela yang terakhir berhubungan dengan kesederhanaan hidup, ia ingin dimakamkan secara sederhana.  Selama hidup ia tidak mau bermewah-mewah.  Sederhana itu begitu indah.

Marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang tidak membeda-bedakan sesama, mengasihi semua orang, dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan.  Tuhan Yesus memberkati! 

“Saudara-saudaraku! Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Yang Mahamulia, janganlah kalian membeda-bedakan orang berdasarkan hal-hal lahir.”
(Yakobus 2:1) – Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) 

Sukacita Dalam Hidup

Sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus hanya akan terwujud dalam kehidupan orang-orang yang memiliki hati yang penuh dengan kepercayaan dan pengucapan syukur.
Tuhan sesungguhnya telah memberikan sukacita kepada kita, sebab kerajaan Allah adalah soal damai sejahtera, kebenaran dan sukacita oleh Roh Kudus, namun nampaknya banyak orang yang sulit sekali bersukacita oleh karena keadaan dan situasi di sekelilingnya membuatnya berputus asa.
Bukan hanya rupiah yang berubah-ubah terhadap dollar, tapi perasaan hati kita pun sering berubah-ubah karena situasi kehidupan. Gaji kecil, penghasilan sedikit, omzet menurun, diberhentikan dari pekerjaan, pertentangan dan penolakan, dan berbagai masalah lain-lainnya, sering mempengaruhi suasana hati kita.
Marilah kita menyadari kembali bahwa sukacita kita datangnya dari sorga, bukan dari dunia ini. Oleh karena itu, sukacita kita tidak tergoyahkan oleh situasi apapun di sekeliling kita.  Sukacita kita berbeda dengan kegembiraan duniawi. Maka, jagalah selalu hati kita agar tetap percaya Tuhan dan selalu penuh dengan ucapan syukur, supaya sukacita oleh Roh Kudus itu terus meluap-luap di dalam hati kita.
Tuhan Yesus memberkati!

Semua Ada Waktunya

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam.”
(Pengkhotbah 3:1-2)
Michael Jordan, seorang pemain basket yang hebat dan terkenal, pada akhirnya harus meninggalkan debutnya di lapangan basket, karena faktor usia.  Petinju Mike Tyson yang meraih juara dunia di usia yang sangat muda, dan begitu ditakuti oleh petinju-petinju lainnya, yang biasanya mengalahkan lawan dengan KO, akhirnya harus mengalami juga kekalahan KO dan secara perlahan meredup dari dunia tinju.
Banyak grup band, penyanyi dan artis terkenal dan yang mengalami era keemasannya, pada akhirnya menghadapi masa-masa “tidak dipakai lagi” dan seolah “hilang dari peredaran”.
Seorang bapak tua berkata: “Dulu saya begitu diperlukan oleh perusahaan dan memiliki banyak teman, namun setelah pensiun, saya merasa tidak dihargai dan kesepian.”  Setiap fase-fase dalam kehidupan kita akan terus berganti dan kita harus siap memasuki fase selanjutnya.
Segala sesuatu ada waktunya, kita perlu menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal. Demikian pula halnya kehidupan kita di bumi ini, tidaklah kekal. Ayat diatas berbicara jelas, ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal.
Di dekat rumah saya ada lahan persawahan yang cukup luas. Dan saya memperhatikan bahwa para petani akan menanam dan kemudian mencabut yang ditanam setelah masa waktu tertentu. Sama seperti ayat di atas, ada waktu untuk menanam dan ada pula waktu untuk mencabut yang ditanam.
Manusia “ditanam” Tuhan di bumi ini, untuk bertumbuh dan yang kemudian dikehendaki Tuhan adalah agar kita berbuah yang baik, berbuah karakter Kristus dan berbuah perbuatan baik serta berbuah dalam pelayanan. Galatia 5 ayat 22 berbicara tentang buah karakter Kristus yang disebut dengan buah-buah Roh yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Kita hidup di dunia bagaikan sebuah tanaman yang ditanam dan suatu waktu akan dicabut.  Alkitab berkata bahwa manusia itu ibarat rumput dan semaraknya seperti bunga rumput yang sebentar ada lalu kemudian hilang tak ada lagi. Artinya adalah bahwa kehidupan manusia di bumi begitu singkat, dibatasi oleh waktu yang ditetapkan Tuhan.
Maka, setelah mengetahui dan menyadari akan hal ini, kita harus lebih menghargai waktu yang ada. Bersyukur untuk anugerah kehidupan yang Tuhan berikan, memberikan waktu untuk kebersamaan dengan orang-orang yang kita kasihi dan memanfaatkan waktu untuk kebahagiaan dan cinta kasih kepada sesama. Tak lupa pula agar kita selalu memberikan waktu bagi Tuhan dalam doa-doa dan ibadah kita.
Video clip berikut ini menginspirasi kita agar menghargai waktu yang dikaruniakan kepada kita.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Haleluya.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=Ue8RSDMZVOQ&w=420&h=315]

Arti Sebuah Pelayanan

samuel-anointing-david
Ditahbiskan oleh manusia untuk mengerjakan suatu pelayanan tertentu, belum tentu datang dari Tuhan.  Sebab pentahbisan manusia bisa datang dari motif-motif manusia yang berbeda dari Allah.  Pengutusan oleh manusia terhadap seseorang untuk melakukan suatu tugas pelayanan pun belum tentu berasal dari Tuhan, demikian halnya pengurapan yang dikerjakan manusia, tidak akan bermakna apa-apa bila Allah sendiri tidak mengurapinya.
Adalah lebih penting untuk mencari dan memperoleh pentahbisan dari Allah, pengutusan oleh Roh Kudus dan pengurapan dari Sorga,, daripada mencari pengakuan-pengakuan dan berbagai seremoni pengangkatan yang tidak berasal dari Tuhan.  Perkenanan, pengutusan, pengurapan serta pentahbisan Allah harus menjadi dasar dalam pelayanan kita.
Larry Keefauver menulis suatu pengertian mendalam tentang arti pelayanan sebagai berikut:
“Mencari kedudukan begitu berbeda dengan pelayanan.  Beberapa orang mencari kedudukan sebagai staff di sebuah gereja. Yang lain berusaha memperoleh pengakuan dalam pelayanan tertentu di gereja.  Apa pun kedudukan itu, kedudukan itu tidak membawa urapan dalam pelayanan.
Pelayanan dilahirkan di dalam diri kita oleh Roh Kudus.  Ia memberi karunia kepada kita untuk melakukan pelayanan Yesus.  Ia menghasilkan buah dalam diri kita supaya seperti pribadi Yesus Kristus.  Seseorang tidak membutuhkan kedudukan atau pengakuan untuk melayani.  Pelayanan adalah mengasihi dan melayani orang lain di dalam nama Yesus.
Seorang muda mendekati saya dan bertanya,”Kapankah saya ditahbiskan supaya saya dapat memulai pelayanan saya?” Pentahbisan tidak memberikan kuasa kepada seseorang untuk menjadi seorang pelayan Tuhan.  Pentahbisan hanyalah pengakuan kepada seseorang  untuk menjadi pelayan Tuhan.
Banyak kekacauan muncul sekarang ini mengenai kedudukan, jabatan, deskripsi tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan.  Pelayanan telah menjadi sebuah profesi dan bukan pengakuan hidup bahwa Yesus adalah Tuhan dan saya melayani orang lain di dalam nama-Nya.
Kedudukan dicari bukan demi pelayanan namun demi memperoleh pengakuan.  Kita menyukai gelar, pujian dan perhatian publik.  Namun pelayanan yang sebenarnya seringkali dilakukan secara rahasia ketika hanya Allah yang memperhatikan, bukan manusia.  Kali berikutnya Anda melihat seseorang memiliki kebutuhan, layanilah orang itu di dalam nama Tuhan Yesus.  Bila Anda bertemu seseorang yang belum mengenal Yesus, bantulah dia untuk memulihkan hubungannya dengan Allah melalui Kristus.  Pada saat itu, Anda telah memasuki pelayanan.”
“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.”  (2 Korintus 5:18-19)
 
 
 

Balada Seorang Pelaut

Ada sebuah lagu berjudul “Balada Pelaut”, sebuah lagu dari Indonesia Timur, yang liriknya seperti ini:
Siapa bilang pelaut mata keranjang
Kapal bastom lepas tali lepas cinta
Siapa bilang pelaut pamba tunangan
Jangan parcaya mulu rica rica
So balayar sampai so ka ujung dunia
Banyak doi baroyal habis parcuma
Dorang bilang pelaut obral cinta
Dompet so kosong baru inga rumah
Mana jo ngana pe sumpah
Mana jo ngana pe cinta
So samua kita pe punya
ngana so minta
Kita bale ngana so laeng
Kita bale ngana so kaweng
Cikar kanan vaya kondius
cari laeng
Lagu ini intinya menceritakan sikap seorang pelaut terhadap kekasihnya yang menanti di daratan.  Ketika sang suami pergi melaut maka sikap dan komitmennya pun berubah.  Beberapa hal yang dikeluhkan sang kekasih adalah sifat dan sikapnya sebagai berikut:
1. Mata keranjang / suka lihat-lihat wanita lain
2. Tidak punya komitmen teguh dalam cinta/pernikahan
3. Playboy / gonta-ganti pasangan
4. Hidupnya foya-foya dan pesta pora
5. Boros/menghambur-hamburkan uang
6. Baru ingat rumah, baru ingat anak dan istri setelah uang sudah habis
Namun demikian, bila dari sudut pandang pelaut yang setia, maka lagu ini justru dapat bermakna bahwa kekasih/istrinya yang di darat yang tidak setia menanti.
Dalam lagu ini, sang pelaut seolah sedang berkata bahwa semua gosip tentang kejelekan pelaut jangan dipercayai karena sang pelaut justru setia dan menantikan waktu pulang ke daratan bertemu istri dan anak.  Namun sayang beribu sayang, ketika pulang, yang didapatinya adalah sang kekasih sudah menikah dengan orang lain. Makanya lagu ini disebut “Balada Pelaut”, karena balada berkaitan dengan kesedihan.  Artinya, sedih menjadi pelaut, sudah berkorban waktu dan tenaga serta cinta, tapi ternyata dikhianati.
Dalam bidang pelayaran, kita mengenal ada kapal pesiar, kapal barang, kapal ikan, dan lain-lain. Salah seorang saudara saya bekerja di sebuah kapal dan bisa beberapa bulan lamanya berada di laut baru kemudian turun ke daratan.  Seorang pelaut yang bekerja di sebuah kapal barang menceritakan besarnya tantangan yang dihadapi dalam pekerjaan ini, terutama karena tidak adanya persekutuan dengan saudara seiman, dan ketiadaan bimbingan rohani serta ibadah-ibadah selama berada di kapal.
Dapat dibayangkan dengan durasi berada di laut selama kurang lebih 3 bulan tanpa ibadah dan persekutuan rohani, akan menyebabkan kekeringan rohani yang rentan terhadap godaan hawa nafsu dunia dan kedagingan.
Dalam 1 Petrus 2:11 tertulis pesan demikian: “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari  keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.”
Keinginan daging yang disebutkan dalam ayat tersebut dalam bahasa Inggris King James Bible, ditulis “lust” yang erat hubungannya dengan hawa nafsu seksual.  Seorang perantau rentan dengan godaan hawa nafsu seksual, bila ia tidak menjaga hati dan pikirannya kudus.
Bila melihat kota/negara tujuan wisata, seperti Bangkok, Belanda, Jepang, Las Vegas, dan berbagai kota lainnya, banyak tempat-tempat yang menyediakan seks bagi wisatawan dan inilah yang diperingatkan oleh firman Tuhan kepada semua perantau agar menjauhkan diri dari dosa-dosa seksual.  Tuhan memberikan suatu hajaran yang keras bagi dosa ini,dengan berbagai penyakit yang parah bahkan belum ada obatnya. Ingatlah bahwa bukan hanya dosa  yang sedang mengintip, namun penyakit-penyakit yang membinasakan juga sedang mengintip dan siap menerkam anda bila masuk area dosa ini.
Pelaut termasuk kategori perantau dan pendatang, karena seringkali kapal berlabuh di berbagai kota lain bahkan kota-kota di luar negeri.
Maka pelaut pun haruslah menjauhkan dirinya dari perbuatan dosa.
Walaupun jauh dari sanak saudara dan orang yang dicintai, namun mata Tuhan melihat apa yang diperbuat.
Maka bagi pelaut yang mengalami tantangan dalam pekerjaannya di laut, hal-hal berikut ini baik untuk dilakukan di atas kapal:
1. Berdoalah secara rutin setiap hari
2. Bacalah Alkitab dengan penuh kerinduan
3. Bacalah renungan-renungan firman Tuhan, karena itu bawalah beberapa buku rohani untuk bekal santapan rohani di kapal
4. Buatlah ibadah singkat dan ajaklah beberapa orang yang seiman di kapal untuk mengikuti ibadah singkat itu
5. Berinisiatiflah untuk menjadi pelopor dalam hidup benar dan beriman
6. Bila ada koneksi internet, buatlah blog atau jurnal perjalanan anda dan hubungkan dengan firman Tuhan yang saudara renungkan hari itu. Ini perlu untuk menguatkan diri sendiri dan orang lain.
7. Lakukan pekerjaan dengan baik agar menjadi teladan bagi yang lain.
8. Jadilah “trendsetter” bukan “trendfollower, jadilah pemberi pengaruh secara rohani, bukan yang dipengaruhi situasi.
Selamat bekerja sebagai pelaut, selamat senantiasa dalam perjalanan pelayaran, Tuhan Yesus memberkati.

Menjadi Pemimpin Yang Menghamba Kepada Rakyat

Dalam 1 Raja-raja 12:7  tertulis:Mereka berkata: “Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu.”
Ayat di atas berkisah tentang nasihat para tua-tua kepada raja Rehabeam, yang barusan dinobatkan sebagai raja oleh rakyat.  Rehabeam sebenarnya telah dipilih oleh rakyat bangsa Israel, namun akan nyata kemudian bahwa hanya dua suku bangsa Israel yang loyal pada kepemimpinannya.  Hal tersebut diakibatkan oleh sikap raja Rehabeam kepada rakyat yang memohon keberpihakannya atas persoalan dan beban mereka.
Rakyat dari sepuluh suku lain, yang dipimpin oleh Yerobeam, datang menghadap kepada raja Rehabeam dan memohon agar raja meringankan beban hidup mereka. Atas permohonan tersebut, raja Rehabeam meminta nasihat dari para penasihat yang sudah berusia lanjut, dan nasihat mereka intinya adalah agar Rehabeam berkata yang halus, dan membela hak-hak mereka serta berdiri di pihak rakyat sebagai abdi rakyat, agar rakyat setia kepada raja Rehabeam.
Tapi apa yang terjadi? Dalam ayat-ayat selanjutnya, dijelaskan bahwa raja Rehabeam mengabaikan nasihat para tua-tua, dan justru meminta nasihat dari orang-orang muda yang menganjurkan agar ia menambah beban hidup rakyat dan tidak mendengarkan permohonan mereka.
Nasihat dari orang-orang muda itu yang dilakukan oleh raja Rehabeam, dan apa yang terjadi?
Rakyat dari sepuluh suku bangsa Israel meninggalkannya dan mengangkat raja yang baru bagi mereka sendiri, sehingga kerajaan itu terpecah.
Apa makna dari kisah raja Rehabeam? Beberapa hal yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah:
1. Seorang pemimpin harus mendengarkan suara rakyat.
2. Seorang pemimpin harus mengabdi kepada rakyat.
3. Seorang pemimpin harus membela hak-hak rakyat
4. Seorang pemimpin harus meringankan beban hidup rakyat
5. Seorang pemimpin harus berdiri di pihak rakyat
6. Seorang pemimpin harus berkata-kata yang baik dan menyejukkan hati rakyat
Hal-hal ini yang akan menjatuhkan seorang pemimpin:
1. Bersikap otoriter dan diktator
2. Menjauhi rakyat
3. Membela kepentingan-kepentingan kekuasaan yang berlawanan dengan rakyat
4. Tidak mengabdi kepada rakyat
5. Berkata-kata kasar dan menyakiti hati rakyat.
Selain yang tersebut di atas, hal utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah ketaatan kepada Tuhan dan kesalehan hidup yang mengutamakan nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Pemilu presiden Indonesia baru saja digelar, mari semua pihak bersikap sabar dan menunggu hasil resmi dari KPU, saling menghormati dan menjauhkan diri dari sikap anarkis. Pemimpin yang berjiwa besar adalah pemimpin yang dapat menerima kekalahan dan menghormati pemenang, serta dapat menjaga ketentraman hati rakyat demi kepentingan dan kebaikan bersama.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan dan berdoa agar bangsa Indonesia senantiasa dipimpin oleh Tuhan menjadi bangsa yang semakin baik dan berkeadilan serta makmur dan sejahtera, menjadi bangsa yang diberkati oleh Tuhan dan dilimpahi anugerah kasih karunia-Nya.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, Tuhan memberkati Indonesia!

Bermusuhan Gara-gara Capres

2 Timotius 2:23
Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran
Sepasang suami istri berantem saling membela idola capresnya masing-masing.  Rupanya sang suami memilih capres nomor 2 sedangkan sang istri hendak memilih capres nomor 1.
“Kenapa sih kamu memilih nomor 1?”, tanya si suami sambil marah-marah. “Kan hak pribadi masing-masing dong…”, jawab si istri membela tindakannya.
Hanya gara-gara capres rumah tangga bisa ribut, persahabatan bisa rusak. Bahkan di beberapa tempat terjadi aksi anarkis karena masalah bela membela capres.
Saudara yang dikasihi Tuhan, mari kita kembali kepada pikiran yang dikuasai Roh Kudus.  Jangan ada perselisihan dan pertengkaran di antara satu dengan yang lainnya. Apalagi suami dengan istri, juga antar sahabat bahkan di dalam suatu jemaat lokal, janganlah ada perselisihan tentang apapun juga.
Bangsa Indonesia tidak sedang menghadapi situasi yang kritis seperti jamannya Ester ketika umat Tuhan terancam akan dibantai.   Memilih nomor 1 atau 2, bukan soal masuk neraka atau sorga. Tidak ada gunanya saling marah satu dengan lainnya, lebih baik kita saling mengasihi dan menerima setiap perbedaan pendapat. Toh, kedaulatan tertinggi ada pada Tuhan kita, yang menciptakan segala sesuatu. 
Dia berkuasa mengangkat dan Dia pula yang berkuasa menjatuhkan atau menurunkan. Dia yang menentukan langkah bangsa-bangsa, dan di tangan-Nya lah nama-nama setiap pemimpin.
Koreshy, raja Babel, dijadikan-Nya alat untuk pemulihan umat-Nya. Firaun, raja Mesir, dijadikan-Nya alat untuk menggembleng umat-Nya. Tidak ada yang tidak luput dari kekuasaan pengaturan Allah.Yang semuanya itu untuk kemuliaan nama-Nya yang kudus.
Mengapa rusuh bangsa-bangsa? Mengapa suku-suku bangsa mereka-reka yang sia-sia?
…..
TUHAN yang bersemayam di sorga tertawa melihat mereka semuanya.
Apapun rencana manusia untuk melawan Tuhan semesta alam akan gagal, umat Tuhan pasti dilindungi dan dipagari dengan kuasa-Nya yang ajaib.
Sekarang ini sebagian orang Kristen dilanda ketakutan apabila salah satu capres menang. Seolah-olah akan ada sesuatu yang akan membinasakan. Negara ini tidak luput dari pengawasan Allah yang membela umat-Nya, karena itu jangan takut.
Janganlah kita bertengkar dan bermusuhan hanya gara-gara pemilihan presiden. Dan jangan takut kepada situasi apapun yang terjadi ke depan.  Siapapun yang terpilih nanti, kita tidak usah takut karena Tuhan beserta kita dan Dia berdaulat di atas segala pemimpin di dunia.
Peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan roh-roh jahat yaitu penguasa dan penghulu jahat dunia ini, yaitu iblis yang berupaya menjatuhkan manusia dari kemuliaan Allah.
Pilihlah pemimpin yang sesuai dengan tuntunan Tuhan bagi hati saudara, doakanlah para pemimpin bangsa ini, dan berdamailah dengan semua orang.
Tuhan Yesus memberkati.

Bagaimana Berdoa Yang Efektif

Doa yang efektif yaitu doa yang dijawab oleh Tuhan, menjadi harapan setiap orang yang berdoa. Bagaimana caranya agar doa kita efektif? Beberapa hal berikut ini perlu menjadi perhatian dan diterapkan dalam kehidupan doa:
1. Doa harus lahir dari kerinduan
Doa yang biasa-biasa tanpa rasa antusias tidak akan berarti.  Dalam Markus 11:24 dikatakan : apa saja yang kamu minta dan doakan, dalam bahasa Inggris kata minta dituliskan dengan “desire”, yang berarti suatu keinginan yang sangat agar terwujud atau dimiliki, dengan kata lain, “desire” adalah sebuah kerinduan terdalam.
Hana, adalah seorang ibu yang belum punya anak bertahun-tahun, dan dia berdoa di rumah Tuhan, dengan menangis dan penuh kesungguhan karena lahir dari kerinduannya yang terdalam, agar Tuhan memberikannya seorang anak dari pernikahannya dengan suaminya.  Apa yang terjadi? Tuhan mengabulkan doanya (1 Samuel 1).
Berdoalah dari kerinduan hati saudara!
2. Doa harus disertai iman
Markus 11:24 menyebutkan soal “percaya” ketika meminta kepada Tuhan. Salah satu faktor doa yang sangat berpengaruh adalah iman kepercayaan kepada Tuhan. Percaya mengandung arti bahwa kita yakin akan kekuasaan dan kesanggupan Allah dalam melakukan apa yang kita rindukan. Doa tanpa iman akan menjadi sia-sia belaka, sebab tanpa iman tidak ada seorangpun yang akan berkenan kepada Allah.
Ketika Tuhan Yesus dalam perjalanan untuk ke tempat Lazarus yang sudah mati, Ia berkata bahwa jika kamu percaya maka kamu akan melihat kemuliaan Allah. Dan nyatalah kepada semua orang di daerah itu, termasuk Maria, Marta dan para murid Yesus, bahwa Lazarus dibangkitkan, menyatakan kemuliaan Allah dan itu merupakan suatu pelajaran iman yang diberikan Tuhan Yesus kepada para murid agar mereka sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus.
Dalam Yakobus 5 ayat 17-18 dikatakan demikian:
“Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”
Perhatikan disini saudara, bahwa Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, tapi mungkin yang membedakan Elia dan kita adalah kesungguhan dalam berdoa. Tuhan mengerjakan apa yang didoakan Elia karena Elia punya iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, ia percaya bahwa Tuhan mampu melakukan apa saja.
Dalam peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian, kita belajar tentang iman dari Yosua dan Kaleb. Dari dua belas pengintai, hanya dua orang yang percaya bahwa Allah sanggup menolong mereka masuk tanah Kanaan. Apa yang terjadi kemudian? Yang meraih berkat itu hanyalah mereka yang percaya, Yosua dan Kaleb yang menerima janji Tuhan, sedangkan kesepuluh orang yang tidak percaya itu mati di padang gurun beserta semua orang Israel yang tidak percaya akan kemahakuasaan Allah.
3. Doa harus didahului dengan pengampunan.
Dalam Markus 11:25 dikatakan demikian:
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”
Jadi, sebelum berdoa, ampunilah terlebih dahulu kesalahan orang lain. Datang kepada Tuhan harus dengan hati yang bersih dan damai, bebas dari kebencian dan amarah apalagi dendam.
Tuhan Yesus mengajar kita untuk berdamai sebelum mempersembahkan mezbah kepada Tuhan. Penting sekali hati kita bersih dari semua angkara murka, agar doa kita didengar dan dijawab oleh Tuhan.
Dalam 1 Petrus 3:7 dikatakan tentang perlunya suami hidup rukun dengan istrinya secara bijaksana agar doanya tidak terhalang.
Bagi suami-suami, ampunilah istrimu, jangan bertengkar tapi berdamai, demikian pula sebaliknya istri harus berdamai dengan suami, agar doa didengar dan dijawab oleh Tuhan.
Berdoalah dengan tekun, jangan jemu-jemu meminta kepada Tuhan, dan nantikanlah Tuhan bekerja sesuai dengan waktu yang terindah, sebab segala sesuatu akan indah pada waktunya. Jangan lupa untuk selalu berserah kepada kehendak-Nya, namun sebaliknya tetaplah berdoa, sebab doa dapat mengubahkan segala sesuatu, bahkan doa dapat mengubahkan hati Allah terhadap suatu kehendak-Nya di bumi.
Selamat berdoa dan selamat menerima jawaban dari Tuhan Yesus. Haleluya!

Maksud 1 Korintus 14:20

Dalam 1 Korintus 14:20  tertulis demikian:
“Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”
Apa maksud dari ayat ini?
Banyak orang sering sulit memahami arti dari ayat ini terlebih pada kata-kata:
“Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”
Maksud sebenarnya adalah:
Jadilah orang yang tidak tahu menahu soal berbuat jahat, jadilah orang yang pemikirannya polos dan tulus serta sama sekali tidak punya kelicikan dan niat jahat, seperti anak-anak yang masih bayi yang polos dan murni pikirannya, bersih dari intrik dan motivasi kejahatan.
Namun demikian kita juga harus menjadi orang yang dewasa dalam pemikiran yaitu memiliki cara pikir dan cara pandang seperti Kristus, cara pikir yang dikuasai dan dibaharui oleh Roh Kudus melalui pertobatan dan iman percaya kita pada Tuhan Yesus.