Nantikan Tuhan Bekerja

abrahamsara
Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” (Kejadian 16:2)

Allah berjanji bahwa Abram akan mempunyai anak suatu hari kelak. Dan akan mejadikanya suatu bangsa yang besar.
Dalam proses penantian tersebut, Sarai mengambil suatu keputusan sendiri.  Tetapi, kita tahu bahwa usaha mereka ini kemudian justru mendatangkan banyak masalah bagi mereka sendiri, bagi Hagar, dan bagi keturunan mereka. Mereka, yang menurut pemikiran mereka, “membantu” Allah memenuhi janji-Nya, dan akhirnya lahirlah Ismael dari Hagar, yang mendatangkan masalah baru.
Menunggu adalah suatu kata yang sangat menjemukan bahkan kadangkala hal itu bisa membawa kita ke arah emosi yang tidak terkendali.   Kita sering dengar banyak janji Tuhan untuk hidup kita. Tuhan hanya minta kita jangan menyerah dan jangan mengambil jalan pintas, karena itu hanya akan menambah masalah baru.  Apalagi dengan jalan yang tidak kudus, seperti dengan bantuan ilmu hitam, dukun, dan jalan yang tidak dikenan Tuhan.
Mari, pakailah waktu menanti ini untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, dengan cara tetap tekun dan setia berdoa serta beribadah, sehingga ketika akhirnya Tuhan menjawab penantian tersebut, Anda siap menyambutnya dengan penuh rasa syukur.  Dan semua jawaban Tuhan pasti baik dan kekal untuk kita pengikutnya yang setia.
Amin. (AS)

Kasih Setia-Nya Memampukan

David_main
“Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.” (Mazmur 13:6).
Ada batas kekuatan manusia untuk bertahan menghadapi persoalan hidup. Jika kita merenungkan ungkapan hati Daud dalam kitab Mazmur ini, tentu kita dapat menarik kesimpulan tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ya, Daud merasa sangat lelah dan tidak mampu lagi menghadapi beragam persoalan yang bertubi-tubi menimpanya.
“Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus menerus? Berapa lama lagi Kau sembunyikan wajah-Mu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekhawatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?” Bukankah doa-doa seperti ini juga yang sering kita ucapkan kepada Tuhan untuk menyatakan ketidakmampuan kita mengatasi persoalan hidup? Menurut saya, ungkapan hati seperti ini sangat wajar muncul dalam pikiran atau ucapan kita. Daud pun merasa seolah-olah Tuhan meninggalkannya. Tetapi, satu ucapan terakhir yang patut kita cermati dan kita teladani: Daud tetap menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan! Itulah yang membuatnya dapat bertahan dan tampil sebagai pemenang pada akhirnya.
Apakah yang memampukan Daud bertahan? Kasih setia Tuhan. Kasih setia-Nya menyediakan perlindungan dan kekuatan baginya sehingga ia mampu bertahan jauh melampaui batas kemampuannya sebagai manusia. Begitu juga, di tengah pergolakan badai hidup, Anda dan saya dapat mengandalkan kasih setia Tuhan. Dia tidak akan membiarkan kita tergeletak, tetapi kita akan menyaksikan kuasa-Nya menolong dan meneguhkan kita. Amin.  (AS)

Pertobatan Terjadi Di Dasar Laut

Seorang penyelam profesional memiliki sesuatu dalam rumahnya yang sangat menarik perhatian tamu-tamunya.  Sebuah tiram tergantung di atas tempat perapian dan di antara dua kulit tiram itu terjepit selembar kertas dengan tulisan di dalamnya.
Tiram itu dengan kertas yang terjepit di dalamnya, didapat olehnya ketika dia menyelam di dasar laut.
Suatu kali, penyelam tersebut sedang menyelam di laut lalu ia memperhatikan bahwa di dasar laut ada sebuah tiram dengan kertas yang  melekat padanya di batu karang.
Ia mendekati tiram itu dan mencoba membaca tulisan yang ada di kertas melalui kaca pada helm selamnya.   Ia sangat terheran-heran karena dalam sepotong kertas itu tertulis mengenai kasih karunia dan anugerah keselamatan melalui Yesus Kristus.  Kehidupan penyelam tersebut, selama ini, begitu bebas dan tidak peduli pada Tuhan bahkan ia sering mengolok-olok jika ada undangan untuk menghadiri kebaktian.
Tapi Tuhan tak pernah merasa lelah memanggil orang itu untuk bertobat dan percaya kepada-Nya, dan sekarang penyelam itu menemui lagi suatu undangan dan panggilan yang tak disangka-sangka.
“Saya tak dapat bertahan lagi,” kata penyelam itu.  “Oleh karena rahmat Allah terus mengejar saya sampai ke dalam dasar laut ini.”
Di dalam dasar laut itulah ia bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat pribadinya, lalu keluar ke permukaan laut sebagai orang yang telah berubah dan dibaharui hidupnya.
Penyelam itu berkata: “Sedikit sekali pertobatan yang telah terjadi di tempat yang asing seperti yang terjadi kepada saya.”
“Sunday Companion”

Percayalah Kepada Tuhan Yesus

Tuhan berpesan satu hal untuk saya sampaikan yaitu untuk memberitakan Injil kepada semua orang yang belum mendengar Injil.  Mengapa? Karena Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan Injil?  Inilah Injil itu: Bahwa Yesus telah datang ke dunia, dari Allah menjadi manusia, untuk menjadi korban penebusan dosa setiap umat manusia.  Dia telah disalib dan mati, turun ke dalam alam maut, tetapi bangkit pada hari ketiga, dan naik ke surga, serta akan datang kembali ke dunia menjemput orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Saudara dapat memperoleh keselamatan dan kehidupan kekal di sorga hanya dengan satu hal yaitu percaya kepada Tuhan Yesus.  Alkitab berkata barangsiapa percaya dalam hatinya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan maka ia akan diselamatkan.  Kita diselamatkan oleh iman kepada Yesus, bukan karena perbuatan dan usaha kita, tetapi karena anugerah-Nya melalui iman kita kepada-Nya.

Kalau saudara membaca ini, jangan keraskan hati, tetapi ikutlah kehendak Firman Tuhan.  Tuhan Yesus mengasihi saudara dan ia mau saudara masuk ke dalam kebahagiaan kekal bersama Dia dalam kerajaan sorga. 

Untuk percaya kepada-Nya hanya sederhana saja, berdoalah dari ketulusan hati saudara demikian:
Tuhan Yesus aku percaya engkau adalah Tuhan dan juruselamat.
Engkau telah datang ke dunia dan mati sebagai korban penebusan atas segala dosaku.
Terimalah aku dan sucikanlah hidupku, ampunilah segala dosaku.
Masuklah dalam hati dan hidupku serta pimpinlah aku.
Terima kasih Tuhan Yesus.
Amin.

Bertumbuhlah dalam pengenalan firman Tuhan dengan membaca Alkitab setiap hari dan berdoalah senantiasa. 
Tuhan Yesus memberkati saudara senantiasa.

Bersukacitalah Dalam Keadaan Apapun

Bacaan Firman: Roma 12:12 ; Matius 13:44-46
Kerajaan Sorga itu diibaratkan seperti harta terpendam yang ditemukan oleh seseorang di sebuah ladang dan kemudian saking senangnya,ia menjual semua harta miliknya dan uang hasil penjualan digunakannya untuk membeli ladang itu. Bayangkanlah betapa besarnya sukacita orang tersebut yang rela menjual seluruh hartanya untuk memperoleh harta terpendam yang sangat berharga. Ini berarti bahwa harta yang dimilikinya selama ini, tidak sebanding nilainya dengan harta yang terpendam itu, sehingga ia lebih memilih harta yang terpendam di ladang dibandingkan harta miliknya sendiri.

Setiap orang yang sudah percaya Yesus, seharusnya hidup dalam sukacita, karena telah memiliki “harta terpendam” yang sangat berharga.Tapi sayangnya, banyak orang Kristen yang kehilangan sukacitanya setelah mengikuti Tuhan. Hal ini terjadi karena berbagai tantangan dan kesulitan hidup yang dihadapi, sehingga sukacita itu terenggut dari hati dan pikirannya, padahal sukacita yang kita miliki seharusnya tidak pernah hilang sebab apa? Inilah sebabnya:

1. Sukacita yang kita miliki berbeda dengan yang ada di dunia.
Orang dunia bersukacita karena keadaan baik atau suatu keberuntungan yang dia alami. Waktu keadaan susah, maka orang dunia tidak dapat bersukacita. Itu namanya sukacita semu. Tapi orang percaya memiliki sukacita yang tidak tergantung pada situasi, apakah itu suka atau duka, beruntung atau merugi, sukacitanya tidak dapat hilang. Jadi, sukacita kita tidak mengikuti perasaan emosi. Saat bersedih karena ada keluarga yang meninggal, hati kita bisa tetap dipenuhi sukacita, walau ada kesedihan.

2. Sukacita diberikan oleh Roh Kudus.
Ketika kita percaya pada Tuhan Yesus, maka kepada kita diberikan sukacita oleh Roh Kudus. Ingatlah bahwa sukacita itu sudah diberikan dengan sepenuhnya.  Tidak ada yang dapat mengambil sukacita kita. Hanya seringkali kita ditipudaya oleh iblis dan perasaan emosi kita sendiri.

Perhatikanlah bagaimana respon bangsa Israel ketika ada masalah yang mereka hadapi. Bukannya bersukacita, mereka malah bersungut-sungut. Bukan seperti ini yang Tuhan mau. Hati kita harus selalu bersukacita. Ada pengharapan yang pasti di dalam Tuhan.

Apapun masalah yang kita alami, Allah sanggup memberikan kekuatan dan jalan keluar bagi kita. Sudah seharusnya memang kita bersukacita karena ada pengharapan yang pasti dalam Tuhan.  Pernahkah anda melihat wajah orang yang tidak punya harapan? Begitu kusut dan muram tidak bercahaya. Namun, setiap orang percaya yang sungguh-sungguh sadar bahwa ada kerajaan sorga yang telah menjadi miliknya, dan bahwa ada harapan dalam Tuhan, pasti dan selalu akan dapat bersukacita.

Saya menyadari bahwa memang kadangkala Iblis mencoba merebut sukacita kita, namun kita harus menang atas setiap tipu daya Iblis. Bersukacitalah! Karena itu adalah perkara sorgawi. Dalam setiap persoalan yang kita hadapi, sabarlah! Mungkin persoalan itu tidak berlalu dengan cepat, tapi bersabarlah karena kita tahu bahwa ada Tuhan yang selalu bersama kita. Bersyukurlah dan berdoalah kepada Tuhan.

Panjatkanlah doa permohonan kepada Allah dengan tak jemu-jemu. Meskipun doamu kedengarannya sama setiap hari, yang dipinta itu-itu juga, lakukanlah, karena Tuhan Yesus sendiri mengajar kita untuk berdoa terus dengan tak henti-henti sampai permohonan kita dikabulkan oleh Tuhan.

Jadilah Pelaku Firman Tuhan:

1. Bila akhir-akhir ini saudara kehilangan sukacita, sadari bahwa sukacita kita sudah diberikan dengan penuh oleh Roh Kudus. Kita tinggal mengaktifkannya saja.
2. Jangan terpengaruh dengan situasi di sekelilingmu, jadilah orang yang bersukacita sejati setiap waktu.
3. Sabarlah dalam penderitaan, karena ada kemuliaan di balik itu, dan berdoalah senantiasa pada Tuhan Yesus.

Kemana Sesudah Mati?

ImageBagi saya, kalimat pendek itu cukup kasar didengar,dan yang lebih parah kalimat itu ditujukan kepada saya lebih kurang 31 tahun yang lalu. “Kamu kemana sesudah mati?” tanya seorang gadis yang sebaya dengan saya waktu itu. Terus terang saat itu saya agak tersinggung dan saya tidak menjawab karena saya memang tidak tahu harus menjawab apa. “Kamu percaya ada surga dan neraka?” tanyanya lagi. “Ya,” jawab saya pendek. “Kalau begitu, nanti kamu masuk mana?” dia bertanya itu lagi. “Tidak tahu,” akhirnya saya menjawab dengan bingung. “Kenapa kamu tidak tahu?” dia terus bertanya dengan tenang dan sambil tersenyum. 

Saat itu, saya betul-betul merasa terpojok, ingin lari dari tempat itu tetapi serasa ada sesuatu yang menahan untuk saya tetap tinggal (Kami berdua berada di dalam sebuah ruangan kecil yang memang sudah disiapkan khusus untuk  ruang konseling dalam sebuah KKR). Tidak tahu apa sebabnya, mungkin karena tidak tahu harus menjawab apa, tetapi tiba-tiba ada perasaan takut dalam hati lalu saya menangis. Singkat cerita, mulailah gadis itu menginjili saya. Dia berdoa dan membimbing saya untuk menerima Yesus sebagai juruselamat pribadi. Ayat yang dia berikan datang dari Yoh 3:16 yang berbunyi: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Sesudah berdoa, saya merasa lebih lega dan mulai mengerti lebih banyak akan pribadi Yesus. 

            Beberapa hari kemudian sesudah KKR itu, mulailah si iblis menggoda saya supaya saya mundur dari pengenalan akan Yesus, dengan menanamkan rasa “gengsi” dan “malu” bahwa saya sudah diinjili oleh gadis yang sebaya, bahkan sampai menangis di depan dia. Sungguh memalukan! Tanpa saya sadari, saya mulai menutup dan mengeraskan hati saya kembali untuk mengenal Dia lebih dalam. Saya mulai menjalani hari-hari saya seperti ketika saya belum bertobat. 

            Tetapi Tuhan Yesus memang baik. Dia tidak mau saya kembali kepada cara hidup  saya yang lama. Ada rasa gelisah dan ketidaknyamanan dalam hari-hari yang saya lalui kemudian. Saya bergelut dengan perasaan “gengsi” dan “malu” itu. Jujur saya, saya merasa lelah juga dengan perang perasaan seperti itu. 

            Akhirnya, saya tidak kuat lagi. Pertahanan saya runtuh. Saya kalah, saya menyerah dan saya mulai membuka hati saya kembali untuk Yesus sepenuhnya. Perasaan “gengsi” dan “malu” sebelumnya berubah menjadi rasa syukur dan terima kasih. Ayat dalam Mat 11:28 “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” sungguh-sungguh terasa dalam diri saya. 

            Terpujilah Tuhan Yesus yang begitu mengasihi, yang telah membawa saya kepada terangNya yang ajaib dan memberi saya pengertian baru akan arti keselamatan. 

                        Penuh Kasih Dia Mengajar
                        Panjang Sabar Dia Menanti
                        Satu Jiwa Begitu Berarti
                        Untuk Menerima Keselamatan DaripadaNya

 (Kesaksian dari “SL”)