Pilot Dan Mesin

ImageTentu kita masih ingat kecelakaan pesawat penumpang Sukhoi super jet 100 yang sedang uji terbang di Indonesia, dan berakhir dengan jatuhnya di Gunung Salak. Seluruh penumpang dan crew pesawat termasuk pilot menjadi korban.  Banyak orang kaget karena peristiwa ini, dan berduka atas meninggalnya rekan dan kerabat mereka.
Menurut penelitian KNKT, sebuah lembaga yang berwenang untuk menyelidiki penyebab kecelakaan transportasi di Indonesia, mengatakan bahwa Pilot saat itu mengabaikan peringatan dari sistem TAWS di pesawat yang berfungsi memperingatkan bila ada bahaya di depan.
TAWS memberi suara: “Terrain ahead pull up” diikuti dengan enam kali peringatan suara “Avoid terrain” (hindari medan). Namun, bukannya merespon peringatan itu dengan baik, pilot justru mematikan alarm TAWS tersebut karena menganggap alat itu bermasalah.  Akibatnya fatal bagi pilot dan mereka semua di dalam pesawat, karena terjadi kecelakaan parah sesudahnya.  Kondisi cuaca saat itu buruk dan pilot tidak dapat melihat apa-apa di depannya.
Saudara yang dikasihi Tuhan,  kadangkala hidup kita seperti seorang pilot dalam pesawat yang sedang terbang dalam cuaca yang buruk dan pekat. Dan dalam situasi buruk tersebut, kita tidak dapat melihat apa-apa, kita hanya berjalan menurut perasaan dan pikiran kita.  Terkadang pikiran dan perasaan kita berusaha memberitahukan untuk melakukan ini dan itu, padahal kita punya satu instrumen alat yang dengan pasti memberitahukan apa jalan-jalan kita.  Instrumen kita itu adalah Alkitab.
Alkitab memberitahukan kita: “Jangan kuatir!“, tapi kita dipenuhi kekuatiran.  Alkitab berkata:”berdiam dirilah dan nantikanlah Tuhan!“, tapi kita tidak sabar untuk menanti pertolongan-Nya, lalu kita salah langkah dan mengacaukan semuanya.
Alkitab bukan sekedar berisi kata-kata kosong, tetapi Alkitab adalah Firman Allah yang berbicara dan hidup dalam kita.
Mungkin perasaanmu sedang ‘down‘, kecewa, putus asa, lalu berbagai pikiran sesat mulai memenuhi pikiranmu, dan engkau merasa harus begini harus begitu, harus melakukan yang ini  dan itu, padahal ada Alkitab di dekatmu.  Ambillah Alkitab itu, berdoalah minta Tuhan membimbing saudara, dan bacalah Alkitab dengan penuh percaya, dengarkanlah teguran-Nya, dengarkanlah firman yang menguatkan saudara, introspeksilah kesalahan dan mohon pengampunan Tuhan.  Mintalah Tuhan menghapuskan semua kekecewaan dan kekuatiran yang ada.  Mintalah Dia masuk dalam hidupmu dan memimpin hidupmu ke jalan yang Tuhan kehendaki.
Ingatlah, bahwa dalam “cuaca yang begitu buruk” dalam hidup, kita memiliki satu instrumen yang selalu memberikan jawaban dan arahan yang pasti, Alkitab yang adalah Firman Tuhan, yang akan membawa hidup kita ke dalam kebahagiaan dan damai sejahtera serta berkat Allah. (BT)

Payung Yang Rusak

image
Ratu Inggris sering mengunjungi Kastil Bob Morrow.  Pada suatu kesempatan, ketika dia berjalan kaki sendirian, tiba-tiba hujan turun. Dia berlari untuk mencari tempat berteduh di rumah terdekat.  Seorang wanita yang membukakan pintu merasa terganggu karena ketukan pintu di pagi hari. Wanita itu hanya membuka pintunya sedikit dan membentak, “Apa yang kamu inginkan?”
Sang Ratu tidak memperkenalkan dirinya.  Dia hanya bertanya,”Bolehkah saya meminjam payung?”
“Tunggu sebentar!”, ujar wanita itu dengan menggerutu.  Sambil membanting pintu, wanita itu mencari payung paling jelek yang ada di rumahnya.  Payung itu sudah rusak.  Jerujinya patah satu dan ada lubang-lubang di payungnya.  Dia menyodorkan payung rusak itu melalui pintu yang terbuka sedikit dan berkata,”Ini payungnya!”
Ratu Inggris mengucapkan terima kasih dan meneruskan perjalanan dengan payung butut itu.
Keesokan harinya, dengan pakaian kebesaran lengkap dan dikawal, ratu Inggris berhenti di depan rumah wanita itu.  Salah seorang pengawalnya mengetuk pintu dan mengembalikan payung itu serta berkata,”Ibu, Ratu Inggris mengucapkan terima kasih atas pinjaman payungnya.”
Saat pengawal itu pergi, dia mendengar wanita itu bergumam,”Seandainya saya tahu, saya akan memberinya payung yang terbaik.”
(Wayne Rice, “The Queen of England”)
Ibrani 13:2
“Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.”

Mau Apa Setelah Keluar Penjara?

ImageShalom saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Pertanyaan ini mungkin muncul dalam pikiran saudara-saudara yang baru saja keluar dari penjara: “Mau apa setelah keluar penjara?”  Kiranya jawaban yang akan diberikan di sini akan menguatkan saudara untuk hidup dalam firman Tuhan sehingga rencana Tuhan yang indah itu nyata dalam hidup saudara.
Ada beberapa hal yang harus saudaraku ketahui dan ini merupakan suatu kebenaran yang hendaknya menjadikan saudara dapat berdiri di atas firman Tuhan dengan sukacita dan penuh pengharapan akan masa depan cerah yang Tuhan sediakan.
1.  Jangan ingat masa lalu, pandanglah hari esok di dalam Tuhan.
Semua yang sudah terjadi di masa yang lalu, biarkan itu berlalu.  Jangan diingat-ingat apalagi disimpan menjadi dendam atau amarah.  Mungkin saudara dijebak atau dipersalahkan atau dihakimi dengan tidak adil, biarkanlah itu menjadi masa lalu saudara. Bukalah lembaran yang baru kehidupan anda bersama Tuhan Yesus. Ada sukacita dan kebahagiaan tersedia di depan saudara.
2. Engkau adalah ciptaan yang baru
Alkitab berkata bahwa siapa yang ada di dalam Kristus Yesus adalah ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.  (2 Kor. 5:17)
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. (Yesaya 1:18).  Percayalah bahwa semua dosamu sudah diampuni Tuhan, dan engkau telah menjadi ciptaan yang baru.  Oleh karena itu, jangan lagi terintimidasi dengan dosa masa lalu yang membayangi saudara.  Tuhan Yesus mengasihi dan hendak memulihkan hidup saudara yang datang bertobat dan mau hidup dalam kehendak-Nya.
3. Jangan berbuat dosa lagi
Ketika Tuhan Yesus mengampuni seorang yang berdosa, maka pesan Tuhan adalah: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.”  Hindarilah perbuatan dosa yang sama yang dulu pernah menjerumuskan saudara, dan juga dosa-dosa lainnya. Hindari teman-teman yang dapat merusak kehidupan saudara, sebab pergaulan yang buruk merusakkan kelakuan yang baik. (1 Kor. 15:33)
4. Carilah pekerjaan yang baik dan kerjakan dengan setia
Bekerjalah agar saudara dapat memenuhi kebutuhan hidup saudara.  Carilah pekerjaan yang sesuai dengan minat atau kemampuan saudara. Mulailah dengan perkara-perkara kecil, dan setialah dalam hal itu, sebab Tuhan akan memberikan perkara-perkara yang besar sesudahnya. Saudara juga bisa membuka usaha bila memungkinkan, intinya adalah carilah alternatif pekerjaan atau usaha yang cocok buat saudara.  Jangan berhutang untuk membuka usaha, dan usahakan untuk tidak meminjam. Jangan berhenti belajar karena dengan belajar hal-hal yang baru kapasitas dan kemampuan saudara akan bertambah.
5. Layanilah Tuhan dan carilah komunitas orang percaya yang menopang saudara
Tuhan harus selalu menjadi yang utama dalam hidup kita. Jangan lupa untuk melayani Tuhan dengan apa yang kita bisa lakukan. Sekecil apapun bentuk pelayanan itu dapat menjadi berkat buat orang lain dan membangun diri sendiri.
Bergabunglah dalam komunitas orang-orang percaya, sehingga saudara akan terus berada dalam lingkaran keluarga Allah yang saling mengasihi dan menjaga satu sama lain.  Hiduplah dalam kasih, yaitu mengasihi Allah dan sesama dengan segenap hati. Tuhan memberkati! (BT)

Pesan Untuk Gembala

Menjadi seorang gembala merupakan tugas yang mulia yang langsung bertanggung jawab kepada Allah.  Gembala yang dimaksud disini bukanlah gembala yang menggembalakan binatang atau hewan, akan tetapi dalam pengertian ‘gembala’ sebagai orang yang harus membimbing umat Tuhan, yang diibaratkan sebagai domba-domba Allah. 
Istilah gembala dan domba yang dipakai untuk menganalogikan Allah sebagai gembala dan umat-Nya sebagai domba, sudah muncul dalam Perjanjian Lama. Bahkan kita mengenal salah satu Mazmur dari Raja Daud yang terkenal, yaitu Mazmur 23, yang diberi judul ‘Tuhan, gembalaku yang baik’.  Dalam Mazmur ini, Daud mengibaratkan umat Tuhan sebagai domba-domba yang digembalakan oleh seorang gembala yang baik, yaitu Allah sendiri. 
Tugas-tugas seorang gembala yang baik dapat kita lihat dalam Mazmur 23, yang membimbing dan menuntun serta menjaga domba-domba dengan penuh kasih.  Karya seperti inilah yang harus dikerjakan dan dihasilkan dalam kehidupan pelayanan seorang gembala.  Gembala berbeda dengan peternak, konsep kedua kata ini sangat berbeda.  Memang peternak bisa saja langsung merupakan seorang gembala, namun seringkali pekerjaan ini dibedakan.  Gembala adalah gembala saja, sedangkan peternak bukanlah gembala.
Untuk mengerti hal ini, saya akan memberikan sebuah contoh.  Suatu kali, seorang dosen saya dulu menceritakan tentang kehidupannya di Australia.  Salah satu cerita yang dia sangat tekankan adalah ketika dia menjadi seorang gembala domba di sebuah peternakan.  Ia melakukan pekerjaan ini karena membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya disana. Maklum sebagai seorang mahasiswa disana, apalagi mahasiswa S2, plus dengan keluarga, membutuhkan biaya yang cukup besar. Nah, setelah menggembalakan domba-domba tersebut selama beberapa waktu, ia menjadi begitu sayang dengan domba-domba tersebut.  Namun, tiba-tiba pengusaha peternakan itu menjual domba-dombanya kepada pembeli.  Saat itu dia merasa marah, dan rasanya ingin mencegah transaksi penjualan itu.  Disinilah bedanya peternak dan gembala.  Jadi, sebenarnya dalam penggambaran tentang gembala dan domba dalam Alkitab, saya memahami bahwa maksudnya disitu adalah gembala dalam arti gembala saja, dan bukan peternak.  Jadi, seorang gembala tidak memikirkan keuntungan, melainkan sebaliknya justru mau berkorban.
TUHAN Yang Memanggil dan Menetapkan
Salah satu hal yang harus selalu disadari oleh seorang gembala adalah bahwa tugasnya sebagai gembala merupakan sebuah panggilan ilahi dan bukan pekerjaan sembarangan.  Tuhan pula yang menetapkan seseorang sebagai gembala. Efesus 4:11 berkata:”Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,”  dan dalam Kisah Para Rasul 20:28 disebutkan: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri.”
Jadi, gembala adalah tugas yang mulia karena merupakan panggilan Allah atas seseorang untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.  Tuhan Yesus lah yang menetapkan seseorang menjadi gembala.  Menjadi gembala tidak boleh karena motivasi lain selain daripada adanya panggilan Allah yang kuat dalam hidup.
Syarat Utama Seorang Gembala
Alkitab memberikan beberapa kriteria bagi seorang gembala berkenaan dengan hidupnya, yang intinya adalah hidupnya haruslah tidak bercacat cela secara moral dan memiliki keluarga dan rumah tangga yang baik, menjadi teladan dalam keluarga serta memiliki karakter yang dihasilkan okeh buah-buah Roh dalam kehidupannya.
Namun, syarat utama bagi seorang gembala dapat kita lihat dan baca dalam Yohanes 21:15-17.  Dalam ayat-ayat tersebut, Tuhan Yesus menanyakan kepada Simon Petrus, apakah ia mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hatinya.  Pertanyaan yang sama dilontarkan sampai 3 kali kepada Petrus.  Dan ketika Petrus menjawab bahwa ia mengasihi Tuhan, maka Tuhan Yesus berkata:”gembalakanlah domba-dombaku!”
Memang dalam ayat ini, kita dapat menyadari bahwa manusia seringkali gagal mengasihi Allah dengan kasih agape, karena dari mulut Petrus keluar respon kesanggupan mengasihi sebatas kasih phileo, bukan kasih sejati yang rela berkorban. Namun, ketidaksanggupan Petrus yang dengan jujur diungkapkan, tidak membuat Tuhan Yesus marah dan menganggapnya tidak layak untuk menerima tugas menggembalakan umat Tuhan.  Sebaliknya, Ia menghargainya dan memberinya kemampuan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang gembala.
Perhatikan disini baik-baik bahwa syarat utama seorang gembala adalah mengasihi Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh.  Tuhan tidak menuntut hal-hal lain, selain kasih kepada-Nya dengan segenap hati.
Kasihilah Tuhan Yesus dengan sungguh, maka kita pasti dapat mengasihi jiwa-jiwa yang tersesat dan yang perlu digembalakan, tanpa menuntut tetapi memberi hidup kita, tanpa mengeluh tapi menjalankannya dengan bersukacita, tanpa hitung-hitungan tapi dengan rela berkorban, tanpa keinginan menjadi yang dipuji tetapi rela dicemooh dan disepelekan, dan yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai yang utama dan mulia dalam pelayanan, sehingga segala pujian dan kemuliaan bukan bagi diri sendiri tapi bagi Tuhan.
Kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk menjadi gembala yang baik seperti Gembala Agung kita yakni Tuhan Yesus Kristus, sampai garis akhir, dan kita mendengar suara: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.”
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

Berharap Kepada Tuhan Yang Baik

‘Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
“Tuhan adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan.’
(Ratapan 3:22-26)
Kitab Ratapan merupakan kitab yang berisi ratapan nabi Yeremia terhadap kondisi yang terjadi atas bangsa Israel.  Namun ratapan Yeremia bukanlah lahir dari dirinya sendiri melainkan dari Allah, sebab perkataan yang keluar dari mulut-Nya adalah inspirasi dari Roh Allah.
Membaca kitab ratapan dengan sungguh-sungguh akan membuat kita merasakan kesedihan yang mendalam atas kemalangan yang menimpa bangsa Israel yang adalah umat Tuhan.
Kemalangan dan bencana yang terjadi atas Israel merupakan limpahan Murka Tuhan akibat ketidaksetiaan Israel kepada ketetapan-Nya. Murka Allah jangan dilihat sebagai sesuatu yang menjerumuskan, namun murka-Nya adalah hajaran karena kasih-Nya kepada umat kesayangan-Nya, agar mereka kembali kepada Allah, kekasih mereka yang benar dan sejati.
Dari sudut pandang umat yang mengalami penderitaan, nampak seolah-olah tidak ada harapan lagi. Kelihatannya masa depan Israel begitu suram dan hukuman Allah begitu keras menimpa mereka sehingga menyebabkan hati mereka “tertunduk”.
Akan tetapi, di tengah kesengsaraan dan penderitaan yang berat itu, Yeremia berseru,”Sebab itu aku akan berharap” (3:21).  Harapan itu hanya ada di dalam Tuhan. Dan meskipun menderita sengsara, pengakuan Yeremia atas kebaikan Allah sungguh mengagumkan. Ia dapat berkata bahwa Tuhan itu baik dan kasih-Nya tidak berkesudahan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, besar kesetiaan Tuhan. Pernyataan ini merujuk kepada sifat-sifat Allah yang penuh kasih setia dan kebaikan serta rahmat.  Allah tidak dapat mengingkari hal-hal ini sebab itu adalah sifatNya.
Itulah sebabnya tidak ada jalan lain selain berharap kepada Tuhan sebab Dia baik bagi orang yang berharap kepadaNya.
Saudara yang dikasihi Tuhan, apakah saat ini penderitaan sedang melanda hidupmu? apakah engkau sedang mengalami sengsara dan hatimu penuh dengan kesedihan dan saudara merasa tidak ada harapan?
Masih ada harapan buat saudara. Datanglah kepada Tuhan Yesus dan minta pertolonganNya. Katakan perkataan yang membangun iman dan akuilah akan kebaikan, kasih, rahmat dan kesetiaanNya dalam hidup pribadimu.
TanganNya selalu terbuka untuk menerima kita dan memberikan pertolongan.
Tuhan Yesus adalah pengharapan kita yang sejati karena Dialah Allah, Tuhan juruselamat manusia. Hanya kepadaNya kita dapat berharap. (Matius 12:21)
Dia sanggup menolong dan memulihkan hidupmu. Amin.

Mengisi Kemerdekaan

Setelah merdeka, sebuah bangsa akan mengisi masa kemerdekaannya dengan pembangunan supaya negara akan semakin maju.  Masa Kemerdekaan diisi dengan aktivitas yang bertujuan baik dan positif.
Demikian pula halnya dengan kita.  Saya dan saudara telah dimerdekakan dari perbudakan dosa.  Kita dulunya dijajah dan terikat dengan dosa.  Kita tidak dapat melepaskan “belenggu rantai” dosa itu dengan kekuatan kita sendiri.  Namun, kita sekarang telah dibebaskan dari ikatan-ikatan dosa yang membawa maut.  Yesus Kristus telah melakukannya untuk kita karena kasihNya yang begitu besar.  Kita sudah dimerdekakan dan camkanlah bahwa saudara telah benar-benar merdeka (Yoh.8:36), bagaimanakah bisa seorang yang sudah merdeka masih mau kembali menghambakan dirinya kepada dosa dan hidup yang lama? Itu adalah suatu kebodohan.
Bangsa yang merdeka lebih baik daripada ketika dijajah.  Tapi anehnya, manusia yang sudah merdeka dari dosa dan maut, masih ingin lagi kembali kepada cara hidup yang lama yang membinasakan.  Daging ini memang lemah namun bukan alasan untuk jatuh terus menerus dalam dosa yang sama.  Orang benar mungkin saja jatuh dalam dosa, tapi dia tidak akan tahan hidup dalam dosa sebab kebenaran membuat hatinya tidak akan tenang sehingga ia tidak akan tahan.  Namun bila seseorang senang hidup dalam gelimang dosa, maka pada hakekatnya ia bukanlah orang yang sungguh-sungguh bertobat dan hidup dalam kebenaran. Roh Kudus akan menginsafkan kita dan membantu kita dalam kelemahan kita untuk dapat menjadi kuat dan hidup dalam kebenaran.
Apa yang harus kita lakukan setelah merdeka?
Mari kita baca Galatia 5:13 :”Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan Kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”
Perhatikan disini bahwa ternyata keinginan Allah bagi kita yang telah dimerdekakanNya adalah agar kita tidak hidup lagi dalam dosa, tetapi hidup dalam kasih. Memang secara jelas isi Alkitab akan terangkum dalam satu kata ini yaitu KASIH.
Seluruh isi hukum Taurat dan kitab para nabi menunjuk kepada satu hal yang paling penting yaitu Kasih.
Hukum yang pertama dan yang terutama adalah kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu dan kekuatanmu.  Hukum kedua yang sama dengan hukum pertama ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Kedua hal ini biarlah menjadi pegangan hidup kita.  Mengasihi Tuhan Yesus karena dia adalah Allah sendiri yang menjadi manusia.  Ia datang untuk memberikan gambaran yang jelas agar manusia dapat mengenai Allah secara imanen.
Kasihilah manusia sesama kita.  Tidak ada lagi sikap membeda-bedakan suku.  Tidak ada “prilangit” dan pribumi, jangan membatasi dan mengkotak-kotakkan ciptaan Allah karena semua sama di hadapanNya.  Tak ada suku yang lebih di atas yang lain.  Kita semua berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa.  Jadi, sebenarnya semua orang di dunia ini bersaudara secara lahiriah juga.  Apalagi kita yang sudah percaya pada Tuhan Yesus, menjadi saudara dalam iman dan saudara dalam KerajaanNya yang mulia.
Marilah kita isi Kemerdekaan hidup kita dengan saling mengasihi.  Karena barangsiapa mengasihi, ia ada di dalam Allah dan terang ada padanya. (1 Yoh. 3:10; 3:14; 4:8). Tuhan memberkati.

Setiap Manusia Bertanggung Jawab Atas Dirinya

Nats Alkitab: Yehezkiel 18:1-32
Perhatikan ayat 20: “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”
Ayat ini secara jelas menunjukkan bagaimana sikap hati Allah kepada orang benar dan orang fasik, terutama dalam hal penghukuman akibat dosa.  Siapa yang menanggung akibat dari dosa ialah orang itu sendiri.  Ini jelas menunjukkan keadilan Tuhan kepada semua orang dan berpadanan dengan ayat yang menyebutkan bahwa setiap orang harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya dan lagi dalam Roma 2:6 disebutkan bahwa: “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
Ayat ini tidak bertentangan dengan ayat yang menyebutkan soal pembalasan Allah kepada manusia berdosa sampai keturunan ketiga dan keempat sebagaimana disebut dalam Keluaran 20:5, atau yang sering kita kenal dengan istilah kutuk nenek moyang.  Ada satu syarat dimana ayat Keluaran 20:5 ini berlaku yakni bila semua keturunannya pun berbuat dosa juga.  Namun apabila keturunannya bertobat maka Tuhan akan mengampuninya.
Mendengar ayat ini, kita pasti bersyukur karena ternyata dosa dan kesalahan nenek moyang kita tidak perlu kita tanggung.  Dan kita terbebas dari penghakiman atas dosa nenek moyang. Tapi bagaimana dengan dosa kita sendiri? Apakah kita luput dari penghakimanNya?  Celakakah kita karena ternyata, kita pun tidak luput dari penghakimanNya karena kita manusia berdosa yang tidak dapat luput dari perbuatan dosa, karena natur kita sudah berdosa oleh Adam.
Apakah ada jalan keluar atas masalah ini? Hanya ada satu jalan yaitu beriman kepada Anugerah Allah yang Dia berikan secara cuma-cuma, melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib.  Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari kutuk hukum Taurat. (Galatia 3:13) dan telah menyelamatkan kita dari penghakiman Allah yang berlaku atas orang-orang berdosa.
Percaya kepada Tuhan Yesus di mulut saja belumlah cukup, namun harus dari dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari.  Sebab iman itu harus disertai dengan perbuatan, karena tanpa perbuatan iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2:17).
Bertobatlah dari dosa dan percaya Tuhan Yesus serta berilah dirimu dibaptis dalam nama Tuhan, maka engkau patut bersukacita karena keselamatan dan kehidupan kekal sudah menjadi milikmu. Amin. Tuhan memberkati.

Berdoa Bagi Indonesia

Sparkling_Indonesia_by_Janitra
Sparkling Indonesia by Janitra

Hari ini negara kita, Indonesia, merayakan hari kemerdekaan yang ke-68.  Indonesia bisa merdeka karena campur tangan Tuhan.  Namun, di dalam meraih kemerdekaan itu, ada orang-orang yang mengorbankan jiwanya demi tercapainya kemerdekaan. Oleh karena itu, kita juga patut menghargai setiap pengorbanan para pahlawan bangsa kita sambil bersyukur kepada Tuhan oleh anugerah-Nya.
Firman Tuhan kepada bangsa Israel ketika mereka berada dalam pembuangan di Babel: “Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7)
Perintah Tuhan kepada bangsa Israel untuk mendoakan kota dimana mereka berada, saya yakin merupakan perintah Tuhan juga bagi kita untuk berdoa bagi kota dan negara dimana saat ini kita hidup dan tinggal di dalamnya.  Kita harus selalu membawa Indonesia dalam doa-doa kita kepada Tuhan.  Berdoalah untuk kesejahteraannya, berdoalah untuk keamanan, dan semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdoalah untuk pemerintah Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah, agar mereka diberikan hikmat dan roh takut akan TUHAN.  Roma 13:1 berkata: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”  Ayat ini menunjukkan kedaulatan Allah atas semua pemerintahan yang ada di atas bumi ini.  Tuhan lah yang berdaulat atas mereka semua dan Dia yang menetapkan setiap pemerintahan yang ada sekarang ini.  Oleh karena itu, doakanlah pemerintah kita, agar Tuhan memberikan mereka hikmat dan menuntun mereka pada kebenaran dan keadilan seturut Firman Tuhan.
Berdoalah untuk keselamatan bangsa Indonesia, karena begitu banyak jumlah penduduk Indonesia yang belum percaya Tuhan Yesus juruselamat semua manusia. Hanya Tuhan Yesuslah satu-satunya jalan menuju surga.  Dia adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir.  Dia adalah firman Allah yang menjadi manusia.  Dia ada sebelum dunia dijadikan, dan Dia adalah Allah.
Banyak jalan menuju Roma, tetapi hanya satu jalan menuju surga, yaitu melalui Tuhan Yesus.  Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)
Siapakah Bapa yang dimaksud? Ialah Allah pencipta langit dan bumi.  Kalau Bapa adalah Allah, lalu siapakah Yesus?
Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” (Yoh. 14:9b)  sebab “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh. 10:30)
Berdoalah bagi kesatuan gereja dan orang percaya.  Agar semua orang melihat kemuliaan Tuhan di dalam kehidupan umat-Nya.  Marilah kita juga bersatu padu sebagai umat Tuhan yang sudah diselamatkan.
Berdoalah bagi Indonesia!

4 Hal Penting Yang Tidak Boleh Diabaikan

Dalam hidup ini seringkali kita mempunyai prioritas.  Prioritas itu berdasarkan kepada skala kepentingannya.  Wartawan yang sedang bekerja mengejar “deadline” dengan meliput berita akan memprioritaskan pekerjaan peliputan dan penyelesaiannya agar dapat memenuhi tenggat waktu yang ditentukan.  Seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsinya dan ingin segera lulus serta diwisuda, akan memprioritaskan penyelesaian skripsinya daripada hal-hal yang lain. Bila ada hal lain yang harus dia kerjakan atau jadwal yang harus dia hadiri, maka ia akan mempertimbangkan penting atau tidaknya kegiatan atau acara tersebut.
Dalam hidup kita secara umum, ada beberapa hal yang penting yang tidak boleh diabaikan, tetapi seringkali terabaikan.  Perhatikanlah hidup kita agar jangan sampai kita gagal memperhatikan prioritas penting dalam hidup.
1. Doa
Hubungan dengan Tuhan perlu selalu kita jaga melalui doa-doa kita setiap hari.  Jangan biarkan kegiatan dan kesibukan apapun mengganggu waktu doa kita.  Tidak ada alasan bahwa tidak ada waktu. Sempatkanlah untuk selalu berdoa memulai hari yang baru setiap hari, karena itu adalah manifestasi dari kebergantungan kita kepada Tuhan, dan melalui doa, komunikasi kita dengan Tuhan akan terus terjaga.  Doa dapat mengubah segala sesuatu, karena doa merupakan pintu bagi mengalirnya kuasa Allah dalam hidup kita.
2. Keluarga
Jangan lupakan orangtuamu, perhatikanlah selama mereka masih hidup dan berusahalah untuk menyenangkan hati mereka.  Bila orangtuamu memiliki karakter yang sulit, maka tetap kasihi dan doakan serta berusahalah untuk melayani semampu kita. Jika kita disalah mengerti oleh orangtua, maka anggaplah itu sebagai suatu kebahagiaan dalam melayani mereka.
Jangan lupakan istri atau suamimu, sebab mereka adalah teman seperjuangan dalam kehidupan yang harus dikasihi dengan segenap hati.  Apapun karakter pasangan hidupmu, terimalah dengan sukacita dan jangan menuntut agar pasanganmu berubah tetapi ubahlah sikap kita terlebih dulu dan landasi semua dengan kasih Kristus.
Jangan lupakan anakmu, karena mereka adalah pribadi yang dikaruniakan Tuhan dalam rumah tangga.  Berusahalah untuk selalu mendidik mereka dan tinggal bersama dalam satu rumah hingga mereka cukup dewasa untuk tinggal diluar karena alasan kuliah atau bekerja.  Ada suami dan istri yang dua-duanya bekerja, sehingga tidak dapat memperhatikan anak mereka.  Suatu hari anak mereka sakit dan meninggal, dan kejadian ini sangat memukul mereka, sampai-sampai mereka memutuskan untuk keluar dari pekerjaan karena menganggap tidak ada lagi artinya mereka bekerja oleh sebab anak mereka satu-satunya telah meninggal.  Apapun pekerjaanmu entah itu di kantor atau sebuah pelayanan, jangan biarkan anakmu bertumbuh tanpa diri saudara ada di dekat mereka. Mereka memerlukan kasih dan perhatian ayah dan ibu.
3. Kesehatan
Seringkali banyak orang ingat untuk bekerja dan mencari uang, tapi lupa bahwa tubuh mereka perlu istrirahat.  Kita diberikan kesehatan oleh Tuhan untuk dipakai sebagaimana mestinya.  Banyak orang dikala muda berjuang sekuat tenaga mencari uang, tapi di masa tua berjuang sekuat tenaga mencari kesehatan dengan uang yang sudah dia kumpulkan. Jangan abaikan istirahat untuk kesehatan.
Jangan makan sembarangan dan terlalu banyak. Rakus adalah sifat yang tidak disukai Tuhan. Makanan yang kita makan juga mempengaruhi kesehatan kita.
Bersukacitalah selalu sebab hati yang gembira adalah obat yang manjur.  Serahkan semua kekuatiran kita kepada Tuhan, dengan demikian hati dan pikiran kita tenang, dan tubuh kita pun menjadi sehat.
4. Persahabatan
Jangan lupakan orang-orang di sekitar kita.  Perlakukan mereka sebagai sahabat dengan penuh kasih melalui perkataan dan perbuatan kita. Jalin komunikasi yang baik dengan sesama dan jadilah orang yang memberikan motivasi dan semangat untuk hidup dalam Tuhan. Bantulah kebutuhan mereka bila kita punya apa yang dibutuhkan.  Membantu bukan selalu berarti soal uang. Ada banyak hal berupa ide, rencana, keahlian, talenta dan sebagainya yang bisa kita bantu.
Bersyukurlah selalu karena Tuhan Yesus baik.  Tuhan memberkati saudara! Amin.