Kesalahan Eli Yang Harus Kita Hindari

Image
Siapakah Eli? Ia adalah seorang Imam Bait Allah di Yerusalem, yang melayani Allah seumur hidupnya.  Keturunan imam adalah orang-orang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk pelayanan kepada Allah untuk menjadi perantara antara umat dengan Allah.  Penugasan ini adalah datangnya dari Allah sendiri, dan merupakan gambaran akan Yesus Kristus sebagai Imam yang kekal, yang menjadi perantara antara Allah Bapa dengan manusia umatNya.  Dengan darah-Nya sendiri, Yesus Kristus masuk ke dalam tempat kudus Allah dimana Ia bersemayam untuk selamanya.
Kisah tentang Imam Eli dapat kita baca dalam Kitab Nabi Samuel yang pertama dimulai dari pasal pertama.  Sebagaimana diketahui, tugas keimaman merupakan tugas yang turun temurun, demikian juga tugas keimamam Eli, oleh karena umurnya yang sudah lanjut, maka tugas sebagai imam diturunkan kepada kedua anaknya, Hofni dan Pinehas. (1 Sam. 1:3).  Namun Eli tetap sebagai imam senior di tempat tersebut.  Eli adalah pemimpin.
Namun, Hofni dan Pinehas berlaku jahat di mata Tuhan.  Mereka yang seharusnya menjaga hidup kudus, malah berlaku najis di hadapan Allah dengan berbuat zinah dan melakukan bermacam pelanggaran.
Sergio Scataglini menuliskan dalam bukunya “12 pelanggaran”, demikian:
“Eli tidak memiliki kekuatan moral untuk menghadapi kejahatan anak-anaknya dengan keras.  Karena kelemahannya sendiri, ia jatuh ke dalam tiga pelanggaran.  Ketiga pelanggaran tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap keefektifan kepemimpinannya, bukan hanya terhadap anak-anaknya, tetapi juga atas bangsa Israel.
Kesalahan-kesalahan ini akan mempengaruhi kepemimpinan siapapun yang tidak menangani kejahatan dengan keras, yang muncul dalam kehidupan orang-orang yang ia pimpin.  Kita harus menghindari tiga kesalahan ini berapa pun besar resikonya.
Salah satu kesalahan Eli adalah: Ia terlalu bertoleransi.
Eli mengizinkan orang-orang tak bermoral terlibat dalam pelayanan.  Hofni dan Pinehas melayani di bait Allah, namun mereka melakukan dosa seksual di pintu keluar kemah pertemuan!  Hati nurani mereka begitu tumpul sehingga mereka jatuh ke dalam dosa perzinahan di hadapan Allah dan umatNya!  Kesalahan Eli adalah bahwa ia mentoleransi hal tersebut.  Ada saat-saat dimana hamba Tuhan harus mengucapkan teguran.”
Sebagai seorang pemimpin, apalagi dalam pelayanan, harus punya keberanian dan ketegasan untuk menegur sikap yang tidak benar.  Kepekaan rohani terhadap kebobrokan moral orang-orang yang dipimpin, harus dimiliki dengan mengasahnya melalui doa dan persekutuan dengan Tuhan.
Eli dikatakan telah sangat tua, namun usia lanjut seharusnya bukanlah penghalang untuk tetap menjadi tegas dan mendisiplin yang tidak benar.  Kasih harus ada, namun teguran pun merupakan bukti kasih, sebab teguran akan menyelamatkan seseorang dari jalan yang sesat.
Jangan terlambat memberikan nasehat.  Seorang ayah dan ibu, haruslah jadi yang pertama dalam mendidik anak-anak untuk hidup benar dan takut akan Tuhan. Jangan biarkan sikap pengabaian-pengabaian terhadap kesalahan-kesalahan kecil, membuat saudara pada akhirnya terjebak dalam situasi sulit yang membuat saudara susah untuk menegur dan mendisiplin.
Kesalahan Imam Eli harus menjadi pelajaran buat para orangtua, hamba Tuhan dan pemimpin, untuk melakukan tugas pembimbingan yang benar sesuai kehendak Tuhan. Toleransi terhadap kejahatan merupakan dosa.  Tetapi teguran yang nyata adalah bukti kasih kita yang akan membawa pada hidup kekal.
“Jika kita mendidik anak-anak dalam jalan yang dikehendaki Tuhan, maka pada masa tua, kita akan menjadi orang-orang yang berbahagia, karena keturunan kita menjadi orang-orang yang takut akan Tuhan dan berhasil dalam hidupnya.”
 

Leave a Reply