Bukan rambut putih yang menjadi ukuran kebijaksanaan dan kedewasaan seseorang, tetapi sikap dan pribadinya itulah yang jadi ukuran. Mungkin secara fisik kita sudah tergolong dewasa, tetapi dewasa dalam pemikiran tidak ditentukan dari ukuran fisik kita. Kedewasaan berhubungan dengan kedekatannya dengan Tuhan dan pengenalannya akan firman Tuhan.
Yang dimaksud dewasa disini tentu bukan semata umur sudah 17 tahun seperti ukuran dewasa yang ditetapkan di bioskop. Makna dewasa adalah sikap yang baik dan berkenan seiring dengan pikiran yang kudus yang terus bertumbuh ke arah Yesus Kristus.
Ada orang yang badannya besar, umur juga sudah lanjut, tetapi sikap dan pemikirannya seperti anak-anak. Masih suka iri hati, benci, dendam, marah, dan berbagai sikap yang tidak baik lainnya. Bukan berarti menjadi anak-anak itu tidak baik, tetapi disini yang dimaksudkan adalah sifat kekanak-kanakannya. Sebab ada sifat-sifat yang baik dari anak-anak, tetapi ada sifat-sifat anak-anak yang harusnya ditinggalkan ketika seseorang menjadi dewasa. Selain itu, hal ini merupakan analogi perbandingan antara yang fisik dan rohani, antara anak-anak dan yang dewasa di dalam Tuhan.
Rasul Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:20 agar kita menjadi dewasa dalam pemikiran kita. Jangan terus menerus jadi kanak-kanak rohani. Sudah lama jadi orang percaya, sudah lama ke gereja, sudah lama berjemaat, tetapi masih terus menuntut untuk dilayani, tidak mau melayani, tidak mau jadi berkat, hanya menuntut berkat, suka menghakimi orang lain dan menuntut daripadanya. Kita harus naik level, jangan diam dan stagnan di posisi bayi dan kanak-kanak rohani.
Dalam hal kejahatan, kita harusnya menjadi seperti anak-anak, maksudnya? maksudnya adalah kita tidak mengerti tentang kejahatan, kita tidak tahu dan tidak melakukan kejahatan karena pemikiran kita tidak berkembang disitu. Tetapi dalam hal dan perkara rohani yang perkara Sorgawi, di dalam Kristus, kita harus terus bertumbuh menjadi dewasa.
God bless you!