“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa,
tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.”
(Roma 6:11)
Selamat Paskah! Kristus telah mati dan bangkit bagi pengampunan dan untuk kemenangan kita atas dosa dan maut. Ia telah menjadi domba yang tak bercacat cela, yang kudus dan yang layak menebus dosa seluruh manusia, sebab ketika Dia diperiksa, di hadapan peradilan dunia, didapati bahwa Dia tidak bersalah, tak bercacat cela sebagaimana perintah Allah di jaman Perjanjian Lama, bahwa korban-korban penghapusan dosa, haruslah dari domba yang sulung dan yang tidak ada cacatnya. Ketidakbersalahan Yesus telah memenuhi syarat bagi penebusan dosa yang sempurna, sekali dan untuk selamanya, dan korban ini menjadi korban yang berkenan kepada Allah, dan sungguh luar biasa, sebab korban itu disediakan sendiri oleh Allah Bapa. Alkitab mengatakan bahwa Abraham memandang dengan rindu kepada hari dimana sang Mesias datang dan menggantikan manusia sebagai korban penghapus dosa, sebagaimana Allah menyediakan domba dalam belukar yang menggantikan anak sulungnya Ishak.
Saudara yang dikasihi Tuhan, Paskah merupakan momen yang berarti dalam hidup kita sebagai orang percaya karena disinilah letak inti iman kita, yaitu bahwa Yesus Kristus telah menyerahkan diri-Nya sebagai korban pendamaian antara manusia dengan Allah Bapa. Namun, momen Paskah ini tidaklah akan berarti bila kita tidak hidup di dalam kuasa kebangkitan-Nya.
Nats Alkitab di atas menuliskan bahwa kita telah mati bagi dosa dan hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Hendaklah dosa jangan lagi berkuasa dalam hidup kita yang fana ini, supaya kita tidak lagi mengikuti keinginannya. Keinginan dosa itu menjerat kita menjauh dari kehendak Allah, oleh karena itu hiduplah dalam kehendak Kristus.
Kita sebenarnya adalah budak dosa, terbelenggu dan tidak berdaya melepaskan diri dari perbudakan dosa itu, tetapi syukur kepada Allah karena firman Allah berkata: “sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar”. Kita telah dibeli oleh Tuhan Yesus dengan darah-Nya sendiri yang begitu mahal dan sangat berharga, darah orang tak berdosa dan bukan hanya sekedar itu, tetapi darah yang suci, darah anak domba Allah.
Oleh karena itu, sesungguhnya kita adalah hamba atau budak Kristus Yesus. Seorang hamba tidak dapat hidup menurut keinginannya sendiri, melainkan menuruti Allah. Rasul Paulus berkata bahwa hidup yang dia hidupi sekarang adalah bukan dirinya lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalamnya.
Berapa tahun kita sudah iring Yesus? Sudahkah kita hidup bagi Tuhan Yesus ataukah kita hidup bagi diri sendiri? Mari kita introspeksi diri kita, apakah “keakuan” kita masih hidup? Apakah diri kita masih “hidup”? Kalau sudah mati bagi dosa, berarti kita tidak lagi hidup dalam kesombongan dan kepentingan pribadi. Kita yang sudah mati berarti kita hidup dalam pengampunan, mengampuni sesama, dan tidak ada lagi “aku” atau “saya”, yang ada hanyalah “Yesus”. Bagaimana Yesus akan bersikap kalau difitnah, disakiti, dianiaya, menderita? Itulah diri kita sekarang, respon, sifat dan karakter seperti Yesus lah yang harus keluar dan memancar dari diri kita.
Ketika ada tantangan, kita menang atas tantangan, ketika ada godaan dosa, kita tidak menuruti dosa, ketika yang ada hanyalah kekuatiran di dunia, maka kita tetap memiliki iman. Ketika situasi mengecewakan, kita bersyukur. Ketika keadaan tidak membawa suka, kita tetap bersukacita. Itulah hidup bagi Yesus, hidup yang selaras dengan kehendak-Nya, berpikir dan bertindak sebagaimana Ia berpikir dan bertindak, berkata sebagaimana Dia berkata. Amin. Tuhan Yesus memberkati!
Pulang Dimarahin, Gak Pulang Dicariin
Sehabis dari pelayanan, saya naik Busway pulang menuju ke kantor tempat pelayanan. Busway di Jakarta rasanya semakin nyaman, ada AC, tidak terlalu ramai, murah pula apalagi ada armada-armada bus yang baru didatangkan dari luar negeri, sehingga waktu tunggu di terminal busway lebih singkat. Mungkin hal seperti ini akan lebih terasa pada jam-jam yang tidak sibuk.
Setelah turun dari Busway, saya naik angkot dan disitu ada sticker yang membuat saya tersenyum. Kata-katanya seperti judul tulisan ini: “Pulang dimarahin, gak pulang dicariin”. Dalam hati saya bergumam, kasian banget ya bapak sopir ini, pulang ke rumah dimarahin istri, tapi kalo tidak pulang malah dicariin. Ironis sekali, setelah capek seharian bekerja, berpanas-panasan di dalam mobil yang tidak ada AC, kena asap bermacam kendaraan bermotor, mungkin juga lapar karena makan seadanya di jalanan, eh sampai di rumah, malah dimarah-marahin, padahal keinginan dalam hati pasti ingin disambut dengan senyuman penuh kerinduan yang hangat.
Amsal 21:19 berkata: “Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah.” dan Amsal 27:15 mengatakan: “Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan.” Ayat ini sudah ada sejak kurang lebih 4000 tahun lalu, di masa jaman raja Salomo memerintah, dan merupakan hikmat Salomo, yang diperolehnya dari Tuhan. Rupanya, pertengkaran dalam rumah tangga sudah ada sejak jaman dulu. Dan kebiasaan istri marah-marah juga sudah ada sejak dulu. Jelas sekali ayat ini bermaksud untuk menegur para istri agar bersikap sabar dan mengendalikan emosinya.
Amsal 12:4 juga mengatakan: “Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.” Marilah para isteri bersikap lebih bijaksana dalam bertutur kata dan berbicara agar rumah tangga tenang dan tenteram, suami pun senang dan bahagia.
Buat para suami, bersabarlah dan tetap kasihi isteri, bila isteri masih belum bisa menjaga emosi dan perkataan yang baik. Doakan mereka agar Tuhan mengubahkan menjadi baru.
Rumah tangga harus tetap utuh di dalam kasih sejati dari Tuhan. Pengampunan dan pengertian sangat dibutuhkan keberadaannya dalam hati setiap pasangan agar keluarga selalu harmonis dan manis.
Jagalah kehormatan pasangan, baik suami ataupun isteri, dihadapan orang lain, dan jangan menjatuhkan martabat pasangan anda supaya hatinya tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan bersama. Jadi , sticker tadi itu seharusnya berbunyi: “Dimanapun kau berada, doa dan cintaku bersamamu”. Ini baru mantap namanya.
Kiranya kasih Tuhan Yesus selalu melimpah dalam hati kita semua. Amin. Tuhan memberkati.
KESETIAAN YANG DIUJI
Nats Alkitab hari ini terambil dari 2 Raja-raja 18:3, demikian firman Tuhan: “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa
leluhurnya.”
Hizkia adalah anak dari raja Ahas yang memerintah sebelumnya. Ahas adalah seorang raja yang jahat di mata Tuhan. Ia melakukan penyembahan kepada berhala-berhala dan patung-patung buatan manusia.
Dalam lingkungan kerajaan yang jahat, Hizkia dibesarkan. Namun, ketika Hizkia menjadi raja menggantikan ayahnya, ia memilih untuk menyembah TUHAN, ALLAH Israel. Hizkia menghancurkan semua mezbah pengorbanan dan patung-patung berhala serta semua bentuk penyembahan kepada allah-allah yang lain dihapuskannya. Kitab ini mengatakan bahwa Hizkia berpaut kepada Allah yang benar.
Berpaut kepada Allah yang benar ternyata tidak lepas dari ujian-ujian iman. Hizkia pun mengalami hal ini. Di tengah masa kepemimpinannya, raja Sanherib dari Asyur maju mengepungnya dan hendak menyerang rakyat negeri itu. Iman dan keteguhan hatinya kepada Allah diuji oleh situasi perang yang sulit.Akan tetapi, Hizkia tetap setia dan bahkan mencari Allah dengan datang ke rumah Tuhan dan berdoa minta pertolongan-Nya.
Hidup benar adalah pilihan. Kita dapat memilih untuk menyembah Tuhan atau menyembah yang lain. Seperti Hiskia, marilah kita memilih untuk hidup benar di hadapan-Nya. Tentu saja, persoalan dan kesulitan hidup dapat mendera, namun itu semua tidak lepas dari ijin dan pengawasan Tuhan.Kalau kita mengalami pergumulan, entah itu sakit, ketiadaan pekerjaan, belum dapat jodoh, sudah lama tidak punya anak, suami selingkuh, istri lari dengan pria lain, dan berbagai masalah lainnya, tetaplah berharap kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia sanggup untuk melepaskan kita dari semua itu. Ada jalan keluar yang pasti di dalam Tuhan.
Hizkia membawa masalahnya kepada Tuhan dan menerima jawaban yang menguatkan hati dan imannya. Bukan dengan kekuatan dan keperkasaan, melainkan oleh Roh Tuhan, maka semuanya terselesaikan. Tuhan menyuruh malaikat-malaikat berperang dan membunuh semua tentara Asyur. Ada seratus delapan puluh lima ribu orang yang mati terbunuh. Dan itu semua karena Tuhan menolong Hizkia.
Tetaplah percaya dan setia. Amin.
Bersukacita Dalam Keadaan Menderita
Shalom saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Situasi apapun dalam hidup kita, belajarlah untuk selalu bersukacita. Sukacita yang di dalam kita berbeda dari dunia, sebab sukacita yang kita miliki berasal dari Roh Kudus yaitu Roh Allah sendiri.
Roma 12:12 berkata: “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.” Ini merupakan pesan yang ditujukan kepada orang-orang yang mengalami penderitaan secara jasmani. Pergumulan jemaat Roma waktu itu bukanlah perkara yang mudah, tantangan yang mereka hadapi tidaklah seperti yang sekarang ini kita hadapi. Jika kita merenungkan bagaimana kondisi kekristenan di tempat dimana kita berada, maka kita masih termasuk orang-orang yang berada dalam situasi cukup baik.
Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi seorang yang sakit kanker stadium lanjut. Dalam keadaannya yang menderita secara fisik, saya dapat merasakan ada perasaan kecewa yang terbersit dalam perkataannya. Namun, bertolakbelakang dengan rasa kecewanya itu dia juga terlihat bersukacita, yang saya yakini merupakan karya Roh Kudus dalam hidupnya. Ia mengatakan bahwa ia siap untuk pulang kepada Bapa di sorga. Sukacitanya bukanlah sukacita dari dunia ini, sebab sukacita dunia hanya berhubungan dengan keadaan baik, keadaan makmur, keadaan berhasil, keadaan sehat dan semua keadaan yang menyenangkan. Tapi, sukacita sorgawi itu terpancar dalam situasi apapun, senang ataupun susah, suka maupun duka, sukacita Allah terus akan mengalir dari dalam hati kita yang percaya kepada-Nya.
Itu sebabnya, Habakuk masih dapat bersukacita sekalipun harta benda materinya lenyap, meskipun tidak ada penghasilan, dan kemakmuran lenyap, ia masih dapat bersukacita karena Allah yang menyelamatkan dia.
Sukacita kita tidak terletak pada apa yang kelihatan tetapi pada apa yang tidak kelihatan. Pandanglah dengan mata iman, pengharapan yang pasti dari Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita akan tetap kuat dan teguh dalam Dia, serta terus bersukacita meskipun dalam penderitaan.
Allah senang dengan ucapan syukur kita, rasa syukur akan berjalan beriringan dengan sukacita. Bila kita tau mengucap syukur, dan mempraktekkannya, maka Tuhan akan disenangkan. Bahkan, Dia akan melakukan pertolongan di saat kita mengucap syukur sebab ada kuasa dalam pengucapan syukur.
Bagaimana kondisi dan situasi hidup saudara? Apakah sedang menderita? bersyukurlah sebab Allah ialah perlindungan dan keselamatan kita. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, penderitaan, kesesakan, kelaparan, sakit penyakit bahkan maut sekalipun, tidak dapat memisahkan kasih Allah dari kita.
Ambillah tindakan untuk bersukacita, jangan terpengaruh dengan situasi di sekitar tetapi jaga iman dan pandangan rohani kepada Yesus Kristus, batu keselamatan dan kota perlindungan kita yang teguh. Amin.
Carilah Kerajaan dan Kebenaran-Nya
Pesan Untuk Para Istri
Nampaknya tantangan terbesar yang dihadapi oleh para istri di era sekarang ini adalah penundukan diri kepada suami. Apapun alasannya, sikap tidak tunduk dan hormat pada suami merupakan pelanggaran kepada firman Allah. Firman Tuhan mengatakan dengan sangat jelas bahwa hendaklah istri tunduk kepada suaminya (Efesus 5:22).
Karakter dan latar belakang keluarga serta pola asuh dari kecil dapat mempengaruhi, sikap dan perilaku dalam rumah tangga. Anak yang manja cenderung akan bersikap ingin dilayani daripada melayani, saat berumah tangga. Sebab ketika masih dengan orangtua, segala sesuatu sudah disiapkan untuknya. Pesan ini mungkin terkesan terlalu mengatur kehidupan para wanita yang berstatus istri, tetapi syukurlah bahwa bukan saya secara pribadi yang mengatakan hal ini, melainkan firman Allah. Pasangan suami istri dapat terus belajar untuk mengubah sikap dan pola pikir yang tidak sesuai dengan firman Tuhan dan menjaga agar pasangannya merasa aman dan damai serta bahagia dalam mahligai rumah tangga yang diberkati Tuhan.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama, ada seorang perempuan bernama Abigail yang merupakan istri dari seorang pengusaha bernama Nabal. Nabal adalah seorang yang jahat, dikatakan sebagai orang dursila, bahkan disebutkan “Nabal namanya bebal orangnya”. Meskipun Nabal itu bebal orangnya, namun Abigail tetap setia mendampingi, bahkan berusaha membela agar suaminya tidak mengalami sesuatu yang buruk. Sikap seperti inilah yang harusnya dimiliki oleh seorang istri yang baik. Namun, kembali lagi kepada suami, janganlah menuntut istri untuk menjadi sempurna, pembelajaran itu adalah proses setiap hari. Istri bukanlah budak suami, tetapi mitra kerja dan partner kehidupan untuk selamanya yang harus dibahagiakan.
Paralel dengan perintah untuk tunduk kepada suami, ada perintah kepada para hamba untuk taat dan tunduk kepada tuan mereka, meskipun tuan mereka itu bengis sekalipun. Istri bukanlah budak, bukanlah hamba dalam artian secara harafiah sebagai orang yang bisa disuruh-suruh dan diperintah, namun secara Ilahi Tuhan mengatur dan memposisikan istri seperti jemaat dihadapan Kristus. Apa maksudnya, perhatikan firman Tuhan dalam Efesus 5 tadi, dikatakan bahwa istri hendaknya tunduk kepada suami, seperti jemaat kepada Kristus. Jadi suami adalah kepala dalam rumah tangga, dan istri ada di bawah otoritas suami, sehingga disinilah perlunya penundukan diri itu.
Bagaimana bila suami anda galak, bengis, jahat, dan kriminal? Istri perlu tetap tunduk, tetapi tunduk untuk kebenaran firman Tuhan, melakukannya seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Sebab sikap ini penting dan perlu agar suami yang jahat itu dapat bertobat dengan melihat kelakuan istrinya, tanpa perkataan. Dalam 1 Petrus 3:1 dikatakan: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya.”
Jadi saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, bila selama ini saudara sebagai istri, masih susah untuk tunduk kepada suami, mulailah untuk tunduk dan hormat padanya. Saudara adalah penolong baginya, sebenarnya itu berarti bahwa suami tidak bisa tanpa istri, sebab istrinya adalah penolongnya. Bersyukurlah bila suamimu tidak jahat, malah mungkin aktif melayani Tuhan dan bersikap baik kepada saudara dan anak-anak dalam keluarga. Jika kepada yang jahat saja, harus tunduk, seharusnya kepada suami yang baik, dengan sukacita para istri akan tunduk dengan senang hati.
Jadilah pelaku firman, meskipun terasa sulit, tetapi biarlah kita menjadi orang-orang yang taat kepada-Nya dalam segala sesuatu. Bila ini dilakukan, saya sungguh percaya kehidupan rumah tangga akan harmonis dan bahagia. Untuk para suami, bacalah artikel dalam website ini dengan judul “Pesan untuk para suami”.
Haleluya, Tuhan Yesus memberkati saudara dan pernikahan saudara! Amin.
Jual Semua Hartamu dan Ikut Aku!
Suatu kali seorang yang sangat kaya bertanya kepada Tuhan Yesus bagaimana caranya agar ia dapat masuk ke dalam sorga. Tuhan Yesus menjawabnya: “Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Orang itu berkata bahwa hal-hal itu sudah dia lakukan. Dan Tuhan Yesus mengatakan kepadanya: “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Tapi, orang yang kaya itu sangat bersedih hati karena ia sangat kaya sehingga ia memilih untuk pergi dan tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus. Lalu Tuhan Yesus berkata bahwa sangat sukar bagi orang kaya untuk masuk kerajaan sorga. (Matius 19:16-22)
Perhatikan ayat-ayat tersebut, dan bandingkanlah dengan kesepuluh perintah Tuhan yang diberikan kepada bangsa Israel sebelumnya. Dari kesepuluh perintah Tuhan, empat perintah pertama merupakan wujud kasih kepada Allah, dan enam perintah berikutnya adalah wujud kasih kepada sesama. Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama harus berjalan bersama, keduanya setara di hadapan Allah.
Perhatikan jawaban Tuhan Yesus kepada orang kaya itu. Jawaban yang diberikan Tuhan Yesus dimulai dengan perintah untuk mengasihi sesama, yaitu Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Sampai disini orang kaya tersebut merespon bahwa ia sudah melakukan semuanya itu. Lalu jawaban Yesus yang kedua coba saudara perhatikan, ini merupakan perintah untuk mengasihi Allah. Masa sih? Lha iya, perhatikan kata-katanya yang bisa saya rangkum dalam satu kalimat sederhana: “Juallah semua hartamu dan ikut Aku!”. Perintah ini merupakan perintah untuk mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh.
Yesus adalah inkarnasi Allah menjadi manusia, dan Dia adalah Allah. Tuhan Yesus berkata: “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30). Apa empat perintah pertama dalam kesepuluh perintah Allah? Saya akan sampaikan disini secara sederhana ialah (baca Keluaran 20:1-17):
1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
2. Jangan membuat bagimu patung dan Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya.
3. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
Jadi jawaban kedua Tuhan Yesus kepada orang kaya itu merupakan empat perintah pertama dalam Kesepuluh Perintah Tuhan? Inti dari empat perintah pertama adalah untuk Menyembah Tuhan, mengutamakan Tuhan dari segalanya, dan tidak menyembah berhala.
Perintah “Ikutlah Aku” yang disampaikan Tuhan Yesus merupakan perintah untuk menyembah Tuhan, mengutamakan Tuhan dari segalanya dan mengasihi Tuhan. Lalu mana perintah Tuhan Yesus untuk tidak menyembah berhala? Juallah semua hartamu!
Hartanya telah menjadi berhalanya sepanjang hidup. Bangun tidur yang dipikir harta, sepanjang hari yang dipikir harta, mau tidur pikirannya harta harta dan harta, kuatir hartanya hilang. Ini adalah berhala yang membuat orang menduakan Tuhan. Tuhan Yesus berkata bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada mammon dan kepada Tuhan. Harus salah satu.
Ada yang berpendapat bahwa perintah Tuhan Yesus itu terlalu ekstrim. Saya katakan ya memang ekstrim bagi orang kaya itu, karena itulah yang menjadi kehendak Tuhan baginya, sebab disitulah letak kekurangan dan pelanggaran orang tersebut yang membuatnya gagal untuk memperoleh hidup kekal. Ia dipanggil Tuhan secara khusus tetapi dia menolak.
Buat kebanyakan orang lain, perintah Tuhan tidaklah seekstrim hal itu. Saudara masih diijinkan memiliki harta benda, namun ingat jangan jadikan itu sebagai berhala. Bila kita introspeksi diri, berhala-berhala apa yang ada dalam hidup kita? Mungkin itu adalah pekerjaan saudara, sehingga pekerjaan membuat saudara tidak punya waktu buat Tuhan, karena menyita pikiran dan waktu-waktumu, bahkan untuk keluarga pun tidak ada waktu. Sepanjang minggu, dari senin sampai Minggu lagi, selalu kerja. Begitu juga untuk orang yang bisnis atau usaha, Tuhan Yesus tidak menuntut engkau untuk jual semua hartamu, Dia hanya minta kuduskanlah hari sabat, enam hari lamanya kita boleh bekerja tetapi hari ketujuh adalah hari perayaan, hari sabat untuk Tuhan. Tidak ekstrim bukan? Dia tidak minta seluruh hartamu, Dia hanya minta satu hari saja dari tiap satu minggu dalam hidupmu untuk diberikan kepadaNya, beribadah dan mengutamakan Tuhan, tapi sayangnya betapa banyaknya orang yang gagal memenuhi perintah ini. Bahkan orang Kristen yang sudah puluhan tahun sekalipun banyak yang gagal dalam hal ini.
Utamakan Tuhan, kasihilah Tuhan, jangan ada “allah-allah” lain di hidupmu!
Tuhan Yesus memberkati hidup saudara senantiasa! Amin.