Menjadi seorang suami dari istri yang dicintai adalah dambaan seorang laki-laki normal. Namun, menjadi suami yang baik bukanlah sesuatu yang mudah. Hidup berumah tangga bukan hanya urusan seks semata, tetapi melibatkan hubungan emosional satu sama lain antara suami dan istri. Justru dalam tingkatan emosional inilah seringkali terjadi benturan yang disebabkan perbedaan-perbedaan karakter dan sifat masing-masing.
Ketika salah satu pasangan merasa disakiti, maka ini akan berimbas kepada situasi yang tidak harmonis. Apa yang diinginkan oleh seorang wanita adalah kasih sayang yang tulus dari suami, sementara suami berpikir bahwa kedekatan seksual merupakan hal yang penting. Itu sebabnya seringkali terjadi, ketika cekcok dalam rumah tangga, istri cenderung akan mencari orang lain yang dapat dijadikan tempat untuk mengadu, untuk sharing masalahnya, sementara suami (yang tidak beriman) akan mencari pelampiasan emosinya dengan berselingkuh atau berzinah dengan perempuan lain.
Penting sekali untuk diperhatikan bahwa iman dan kasih Allah haruslah menjadi dasar dari hubungan suami dan istri. Kasih Agape atau kasih tanpa syarat itulah yang harus menjadi pengikat dalam rumah tangga. Kasih eros atau cinta hawa nafsu tidak dapat dijadikan dasar yang langgeng dalam berumahtangga. Kasih eros itu perlu, namun sekali lagi tidak dapat dijadikan dasar yang menyatukan.
Firman Tuhan dalam Kolose 3:19 berkata: “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Ini merupakan petunjuk untuk para suami bagaimana harus bersikap dan berperilaku terhadap isterinya. Mengasihi tanpa syarat dan berlaku lemah lembut terhadapnya sebab ia adalah manusia yang diciptakan Tuhan dengan perasaan yang lembut.
Dalam berumah tangga, perbedaan pendapat itu merupakan hal biasa, pertengkaran pun sebenarnya bukanlah masalah besar, sebab pertengkaran yang terjadi sebenarnya dapat menjadi momen untuk saling mengerti satu sama lain. Suami yang sabar dan setia adalah dambaan isteri. Janganlah kita menuntut kesempurnaan dari pasangan kita, tetapi biarlah kita mengintrospeksi diri sendiri agar terus memperbaiki diri ke arah yang lebih baik.
Untuk para suami yang menelantarkan isteri dan anak-anaknya, dengan kasih Kristus saya mengajak anda untuk kembali kepada isteri dan anak-anak, sebab itulah yang dikehendaki Allah. Jangan berpikir isterimu salah sehingga menyebabkan kekacauan ini terjadi, tetapi biarkanlah dirimu dikuasai oleh kasih Allah agar engkau dapat melangkah kepada pemulihan diri dan keluargamu. Anak-anak yang tanpa ayah, seringkali memiliki ketidakstabilan emosi. Di dalam hati mereka, ada kerinduan untuk bersama-sama ayah yang baik dan bisa menemani di setiap saat mereka membutuhkan. Ada banyak anak-anak yang hidupnya hancur oleh karena hancurnya rumah tangga, putusnya hubungan kedua orangtua mereka.
Jangan biarkan dosa mengikat dan membelenggu hidupmu, bertobatlah dan melangkahlah dalam iman dan kasih Allah, untuk menjadi seorang suami yang baik bagi isteri dan ayah yang baik bagi anak-anak. Saya percaya rancangan Allah mula-mula di taman eden, adalah rancangan keluarga yang harmonis dan berbahagia. Dosalah yang merusak semuanya itu. Namun, syukurl kepada Allah, karena Tuhan Yesus telah mengalahkan dosa dan mematahkan setiap kutuk dosa, sehingga keluarga yang harmonis dan bahagia itu dapat menjadi milik kita semua, asalkan kita mau taat dan setia kepada perintah Tuhan.
Sekali lagi, untuk para suami, kasihilah isterimu, cintailah dia sebagai teman pewaris kerajaan sorga. Ijinkan kasih Allah memenuhi hatimu agar kasih dan pengampunan selalu ada dalam hidup rumah tanggamu.
Tuhan Yesus memberkati.