Dalam Kitab Kejadian 1:26 tertulis bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia tidak diciptakan seperti monyet, gorilla atau orang utan, bukan pula dari suatu spesies yang lebih rendah kemudian berubah secara perlahan-lahan menjadi manusia, tetapi sungguh luar biasa, manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, sejak dari mulanya.
Charles Darwin yang menuliskan buku “The Origin of Species” yang berisi tentang evolusi mahluk hidup, pada akhir hidupnya menyadari bahwa semua ocehannya di masa muda adalah suatu kebodohan namun anehnya banyak orang yang mempercayainya dan bahkan membuat agama dari teori-teori evolusinya itu. Di akhir hidupnya, Charles Darwin kembali kepada imannya kepada Tuhan Yesus Kristus. Dia mengatakan bahwa Yesus Kristus dan keselamatan-Nya merupakan tema dan hal yang terbaik dalam kehidupan manusia.
Manusia pertama, Adam dan Hawa, ternyata tidak dapat mempertahankan keserupaan dengan Allah itu, dosa membuat manusia jatuh dan kehilangan kemuliaan Allah. Keserupaan dengan Allah tidak dapat diperoleh dengan cara apapun juga, meskipun dengan perbuatan baik, ritual agama, dan segala usaha lainnya, tidak dapat lagi membuat manusia menjadi serupa dengan Allah.
Namun Yesus Kristus, yang adalah Allah sendiri, telah datang dan memberikan hidup-Nya bagi kita, Ia mati dan bangkit untuk menang atas dosa dan maut. Tuhan Yesus telah mengembalikan hakekat manusia kepada asalnya yaitu serupa dan segambar dengan Allah, tapi hanya akan dialami bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Allah Bapa telah memberikan suatu patron atau pola bagi kita, untuk kita teladani yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dialah yang menjadi contoh agar kita ikuti. Yesus Kristus telah menggenapi semua tuntutan hukum Taurat dan kita yang percaya kepada-Nya terhisab di dalamnya, sebab kesempurnaan itu datangnya dari Allah sendiri.
Menjadi seperti Yesus adalah kerinduan kita. Dalam hal yang bagaimana? Salah satu hal yang utama adalah dalam kasih. Dalam Yoh 13:34, Tuhan Yesus berkata: ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Marilah kita hidup dalam kasih, karena Allah itu kasih. Kasih menutupi segala sesuatu, kasih tidak berkesudahan, kasih itu kekal. Ia telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, maukah kita menunjukkan kasih kepada sesama? Oleh kuasa Roh Kudus, kita mau dan mampu. Haleluya, Tuhan memberkati!
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
(Roma 8:29)