Belajar Dari Kasus Mirna

Berita-berita tentang Mirna yang meninggal karena racun sianida, telah menjadi headline berbagai media online dan televisi.   Penyebabnya diduga karena racun dalam kopi yang diminum olehnya.  Saat ini, dugaan tersangka adalah Jessica, temannya sendiri.  Betapa tega, bila memang benar terbukti Jessica adalah penaruh racun sianida itu.  KIta tentu prihatin dan sedih dengan apa yang terjadi pada Mirna.  Doa dan harapan kita agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.
Namun, gara-gara berita ini, banyak lelucon mengenai soal minum kopi.  Ada yang mengatakan bila engkau diajak minum kopi, berdamailah dahulu dengan orang yang mengajak engkau minum kopi.  Ada juga yang jadi takut minum kopi atau minuman lain yang bukan dibuatnya sendiri, dan berpikiran untuk mempunyai seorang yang akan mengetes minumannya, atau hewan misalnya anjing atau kucing untuk mengetes apakah ada racun atau tidak dalam minumannya.
Berhubungan dengan minuman, di Alkitab ada kisah tentang seorang juru minuman raja, bernama Nehemia.  Ia adalah seorang yang mempersiapkan minuman untuk raja dan raja percaya hanya kepadanya saja.  Sebab di jaman dahulu itu, bahkan hingga kini masih juga terjadi, para raja atau orang-orang yang sangat penting, seperti presiden, beresiko untuk dibunuh melalui racun pada makanan atau minuman.
Maka, kisah Nehemia mengandung suatu makna yang dapat kita tangkap lebih dari sekedar cerita tentang seorang juru minuman, yaitu kepercayaan.  Raja percaya kepada Nehemia karena ia dapat dipercaya.  Tidak ada rencana jahat pada Nehemia meskipun raja yang ia layani bukanlah orang sebangsanya.  Nehemia adalah orang Israel, dan raja yang ia layani adalah seorang Persia atau Babel.   Tapi, Nehemia punya integritas yang teguh dalam pelayanannya.  Ia tidak mau berkhianat dan membunuh raja.  Menjadi juru minuman raja, adalah sebuah tanggung jawab dan kepercayaan yang luar biasa buat seorang buangan seperti Nehemia.
Ambillah contoh dari Nehemia, yang kepada orang yang adalah sebenarnya penindas bangsanya, tidak berlaku buruk dan jahat, melainkan bersikap jujur dan benar.
Teman sendiri kok dibunuh? Siapapun jangan kita bunuh, semua kebencian dalam hati harus dibuang jauh-jauh agar tidak berakar dan berbuah menjadi tindakan jahat.
Bacaan Alkitab: Nehemia pasal 1:1-11
“Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” Ketika itu aku ini juru minuman raja.” (Nehemia 1:11)

Mendengar, Melihat dan Meraba Firman Tuhan

“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman Tuhan – itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” (1 Yohanes 1:1)
Dalam ayat ini ada perkataan “Apa yang telah ada sejak semula”, dan yang dimaksudkan adalah Firman.  Yohanes Pasal 1:1 mengatakan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”  Ayat dalam Injil Yohanes pasal 1 menjelaskan bahwa Firman itu telah menjadi manusia, yakni Yesus Kristus. Dialah Sang Firman, satu hakekat dengan Allah, Allah yang menjadi manusia.
Frase “yang telah kami dengar” dalam nats diatas, menunjukkan tentang berita-berita mengenai Mesias yang akan datang ke dunia, yaitu Kristus. Mesias atau Kristus yang akan menyelamatkan manusia dari dosa dan maut, dan membawa manusia kepada kehidupan yang kekal.  Berita-berita inilah yang didengar dan dinantikan.
Selanjutnya perkataan: “yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman Tuhan”, yang dimaksudkan ialah Yesus Kristus yang telah mereka lihat dan saksikan dan raba, karena Yesus Kristus ada bersama-sama dengan mereka.
“Itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”  Jadi, surat ini berisikan Berita Injil yaitu Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang menyelamatkan manusia.
Penulis surat ini adalah seorang murid Yesus Kristus yang ada bersama-sama dengan-Nya selama pelayanan-Nya hingga kematian-Nya di atas salib, yang menyaksikan Dia dikuburkan, dan yang menyaksikan Dia yang telah bangkit, serta yang menyaksikan pula kenaikan-Nya ke surga. Yohanes mengalami semua mujizat dan perkara ajaib bersama dengan Yesus Kristus, dan ia menyadari suatu kebenaran serta mempercayai kebenaran itu yaitu bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah yang telah datang sebagai Mesias.
Tulisan-tulisan dalam surat 1-3 Yohanes ini merupakan ilham Allah, yang ditujukan untuk mengabarkan tentang Yesus sang Kristus.  Allah memakai manusia yang Dia pilih untuk menuliskan firman-Nya dan firman-Nya itu untuk memberikan kehidupan bagi manusia yang percaya.
Kita saat ini, tidak seperti Yohanes, yang  melihat,  menyaksikan dan  meraba secara fisik tentang Firman itu, akan tetapi kita telah mendengar tentang-Nya, dan kita melihat-Nya dengan mata iman, dan meraba-Nya dengan hati kita, kita merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan kita dan menyadari akan kebenaran di dalam Dia. Oleh karena itu, janganlah mengingkari akan hal itu.  Mempercayai Yesus Kristus dengan sepenuh hati, sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi, adalah respon iman yang terbaik.  Jangan keraskan hati, tetapi percayalah kepada Yesus Kristus dan setialah sampai akhir.  (BT)
 

Kisah tentang Mikha, Imamnya dan suku Dan

Bacaan Alkitab: Hakim-Hakim 17 dan 18
Membaca kisah dalam Hakim-hakim pasal 17 dan 18, ada beberapa hal yang perlu direnungkan secara seksama, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyembahan kepada TUHAN.  Kisah di dalam ayat ini, secara sekilas adalah tentang seorang yang muda dari suku Lewi, yang dijadikan imam oleh Mikha di rumahnya, dengan bayaran 10 keping perak setahun, dengan diberi fasilitas akomodasi dan makanan setiap hari. Tidak disebutkan siapa orang muda dari suku Lewi tersebut.  Di rumah Mikha, ada patung tuangan, patung pahatan, efod dan terafim.  Kemudian suatu hari, beberapa orang dari suku Dan datang dan singgah di rumah Mikha dan bertanya kepada imam muda itu, apakah perjalanan mereka akan berhasil. Imam muda itu mengatakan bahwa Tuhan akan menolong mereka.  Selanjutnya, imam muda ini diajak untuk menjadi imam atas suku Dan, saat mereka hendak menyerang sebuah kota yang aman dan tenteram. Dan pada akhirnya, suku Dan tinggal di kota itu, dan mengangkat seorang imam yang bernama Yonatan. Tidak lagi disebutkan tentang imam muda dari suku Lewi tersebut.
Beberapa hal yang perlu kita renungkan adalah:

  1. Tuhan tidak menyukai patung tuangan dan patung pahatan.
    Seolah-olah benar, bila ayat-ayat dalam pasal 17 ini tidak kita pahami secara keseluruhan terkait dengan pesan umum dari Tuhan di berbagai kitab lain, maka kita akan mengira bahwa apa yang dilakukan Mikha, dengan membangun kuil di rumahnya dan membuat patung tuangan, dan patung pahatan adalah benar.  Padahal Tuhan Allah sudah melarang untuk membuat patung yang menyerupai apapun juga.  Jadi kuil dan patung-patung di rumah Mikha adalah termasuk penyembahan berhala.
  1. Efod dan terafim telah menjadi penyembahan berhala.
    Mulanya Efod muncul dalam peristiwa perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir. Ketika mereka berada di padang gurun, Tuhan memberikan perintah mengenai baju efod yang akan dikenakan oleh imam yang melayani di kemah suci.  Akan tetapi, lama sesudahnya, yakni sesudah bangsa Israel berhasil masuk ke tanah Kanaan, banyak orang Israel justru menjadikan efod sebagai berhala yang disembah.  Disinilah letak kesalahan bangsa Israel, dan juga kesalahan Mikha.  Baik efod dan terafim dalam cerita di pasal ini, adalah suatu bentuk penyembahan berhala yang tidak disukai Tuhan.  Dalam Hakim-hakim pasal 8:27, dapat dibaca juga bagaimana Gideon dan keluarganya terjerat dalam penyembahan efod.
  1. Imam dari suku Lewi ini bersikap kompromi terhadap dosa penyembahan berhala.
    Orang muda dari suku Lewi ini pasti mengetahui bahwa membuat patung-patung adalah suatu dosa, begitu juga membuat efod dan terafim untuk disembah adalah dosa. Akan tetapi, ia mau menjadi imam disitu dan mengatasnamakan TUHAN, karena dorongan materi.  Ia dibayar dan dipenuhi segala kebutuhannya oleh Mikha, dan oleh karena itu ia menutup matanya terhadap dosa. Dapat dipastikan bahwa meskipun dalam pasal ini, ia disebut sebagai imam, tapi ia adalah seorang imam kuil berhala.
  1. Pernyataan imam itu tentang pertolongan TUHAN bagi suku Dan, bukan berasal dari TUHAN.
    Karena imam ini adalah imam kuil berhala, maka dapat dipastikan bahwa nasehat dan perkataanya bukan berasal dari TUHAN, meskipun pada kenyataannya memang suku Dan berhasil dalam peperangan.
  2. Penyerangan suku Dan terhadap kota Lais adalah inisiatif mereka sendiri.
    Penyerangan yang dilakukan mereka merupakan tindak hawa nafsu mereka untuk menguasai daerah orang lain.  Pada masa itu, orang-orang Israel terjerat dalam berbagai dosa penyembahan berhala dan karenanya berbagai nasehat dan pernyataan tentang penyertaan Tuhan mengenai perang ini dapat dipastikan merupakan suatu bentuk pernyataan yang muncul dari hawa nafsu demi kesenangan suku Dan.
  1. Imam ini tidak memiliki integritas.
    Suku Dan meminta orang muda itu untuk menjadi imam atas mereka semua. Mereka membujuk dengan mengatakan, daripada menjadi imam sebuah keluarga yang jumlahnya sedikit, lebih baik menjadi imam dari sebuah suku bangsa.  Hal ini kembali menggoda orang muda itu dan ia senang dan mau menjadi imam mereka.  Lagi-lagi karena dorongan hawa nafsu.  Menjadi seorang hamba Tuhan, meskipun di lingkungan jemaat yang kecil, bukanlah berarti sebuah pekerjaan kecil. Itu adalah sebuah panggilan.  Imam ini sekali lagi bukanlah seorang imam Tuhan, melainkan imam kuil berhala. Namun, kita dapat belajar mengenai integritas dalam pelayanan dari kisah ini.
  1. Pada akhirnya suku Dan mengangkat orang lain menjadi imam mereka.
    Rupanya, janji suku Dan untuk mengangkat orang muda dari suku Lewi itu untuk menjadi imam mereka, tidak ditepati, sebab pada akhir cerita ini, mereka justru mengangkat seorang yang bernama Yonatan bin Gersom bin Musa dan anak-anaknya sebagai imam mereka. Orang muda suku Lewi itu yang dulunya imam di rumah Mikha, tidak disebutkan lagi. Suatu akhir yang pahit dari seorang yang tidak punya pendirian.
  1. Pada akhirnya suku Dan yang tinggal di kota Lais itu, diangkut semua ke pembuangan.
    Nyatalah bahwa mereka hidup dalam dosa dan apa yang mereka lakukan sesungguhnya bukanlah rencana Tuhan. Penyerangan mereka terhadap penduduk kota Lais, dapat diyakini lahir dari sebuah keinginan hawa nafsu. Sebab Tuhan tidak menyukai pembunuhan.  Kisah-kisah lain mengenai perang bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain, biasanya diwarnai dengan ancaman nyawa terhadap bangsa Israel atau suatu tindakan tertentu dari bangsa lain yang tidak disukai Tuhan, sehingga Tuhan mau membasmi mereka. Tetapi pada intinya, Tuhan tidak menyukai dan melarang pembunuhan.

Dari kisah ini, dapat disimpulkan bahwa apa yang dipandang benar oleh manusia, dan dipandang seolah-olah dari Tuhan, belum tentu benar-benar dari Tuhan.  Apa yang dianggap orang sebagai penyembahan kepada Tuhan, padahal memakai konsep pemikiran sendiri dan tidak sesuai dengan cara dan kehendak Tuhan, merupakan suatu penyembahan kepada berhala.  Keberhasilan seseorang dalam meraih sesuatu, apakah itu kesuksesan atau pencapaian yang baik, belum tentu merupakan suatu hasil dari penyertaan dan berkat Tuhan.  Kebenaran dan integritas terhadap Firman Tuhan yang benar merupakan suatu syarat mutlak bagi seorang yang beriman untuk dapat hidup benar dan kudus di hadapan Tuhan.
-Billy Tambahani-

Percayalah Kepada Tuhan Selama-lamanya

Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. (Yesaya 26:4)

Kepercayaan kita kepada Tuhan akan mengalami ujian. Ujian itu bisa berupa kesulitan atau masalah yang nampaknya berat. Padahal Allah sendiri telah berfirman bahwa pencobaan yang kita alami tidak akan melebihi kekuatan kita. Hal yang nampaknya oleh kita sangat berat, sesungguhnya tidaklah berat karena Allah memampukan kita untuk menghadapi persoalan itu.
Godaan untuk meninggalkan kepercayaan atau iman kepada Allah disebabkan oleh karena kita ingin mencari kepuasan diri sendiri, atau keamanan dalam berbagai hal, serta ketidaksabaran dalam proses. Hal ini akan menyebabkan kita terbawa ke dalam dosa. Hal utama yang menyebabkan orang berdosa adalah ketidakpercayaan.
Iman merupakan dasar hidup orang percaya. Orang yang beriman akan melakukan segala sesuatu berdasarkan janji-janji Allah. Kita akan mengalami tentu saja, berbagai masalah dan mungkin juga penderitaan, atau situasi sulit yang membuat kita ragu dan bimbang. Tapi di saat kita ragu, pandanglah Tuhan Yesus yang memberikan jaminan kepastian atas semua janji Allah.
Angin topan kehidupan tidak akan dapat menenggelamkan kita, bila kita tetap berpegang pada janji-janji-Nya. Iman kita tidak akan goyah selama kita menetapkan hati untuk tetap percaya kepada janji Allah. Bersabar dalam proses, setia dalam segala keadaan, mengucap syukur, dan berserah serta berharap selalu kepada Tuhan, serta nantikanlah wujud nyata dari janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita pada waktu-Nya yang tepat.
Tetaplah beriman, sekalipun situasi sekeliling membuat kita takut, sekalipun semua teman meninggalkan, dan tidak ada yang dapat diandalkan. Kekuataan-Nya sempurna di saat kita kehilangan segala kekuatan kita. Pertolongan-Nya sempurna di saat kita tidak punya lagi pertolongan. Janji-Nya sempurna dan kekal. Haleluya.

Ukuran Kasih Seorang Ibu

Di sebuah sekolah khusus yang berlokasi tidak jauh dari tempat saya belajar, ada banyak anak-anak yang kondisi mentalnya terbelakang bersekolah disitu. Kondisi tiap-tiap anak berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang mengalami cacat di kaki sehingga harus memakai kursi roda, sementara yang lainnya mengalami cacat di bagian lain.
Beberapa kali, saya berjumpa dengan seorang ibu yang membawa anaknya ketika pergi atau pulang dari sekolah tersebut. Secara sekilas saja, orang akan segera tahu bahwa anaknya yang badannya sudah besar itu mengalami keterbelakangan mental. Akan tetapi, ibu tersebut tidak merasa malu akan kondisi anaknya, namun sebaliknya ia dengan tekun memelihara dan membimbing anaknya itu.
Saya merasakan sesuatu dalam hati ketika melihat ibu ini dengan anaknya, suatu perasaan yang begitu luar biasa tentang penerimaan dan kasih seorang ibu yang tidak terbatas kepada anaknya. Mungkin iya, kadangkala sang ibu merasa capek, namun kasih sayangnya terhadap anaknya tidak pernah akan membuatnya lalai untuk merawat dan menjaganya.
Buat para bapak, jangan kecewa dulu, saya juga melihat ada bapak-bapak yang mengantarkan anaknya yang kondisinya terbelakang mental. Betapa baiknya sang ayah yang juga dengan setia memelihara anaknya.
Ukuran kasih seorang ibu, dan juga ayah, dapat dilihat dalam hal sejauh mana ia dapat menerima keadaan anaknya. Penerimaan tanpa syarat dan kasih yang tak terbatas, akan selalu terpancar dan mengalir dari hati seorang ibu yang penuh cinta pada anaknya.
Yesaya 49:15 berkata: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Ada satu makna dari bagian pertama ayat ini, yakni bahwa seorang perempuan, dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah seorang ibu, tidak akan dapat melupakan bayi yang ia lahirkan, dan pasti akan menyayangi anak yang dilahirkannya itu. Seorang ibu yang baik tidaklah akan pernah melupakan bayinya, tidak akan pernah melupakan anaknya, sekalipun anaknya sudah besar. Seorang ibu akan mengasihi anaknya bagaimana kondisinya. Itulah yang telah Allah taruhkan dalam hati seorang perempuan yang memiliki anak, yakni kasih di dalam hatinya kepada anak yang ia kandung dan lahirkan. Tidak akan ada kutukan dari seorang ibu kepada anaknya karena ia mengasihinya. Pengampunan dan penerimaan akan selalu ada dalam hatinya, selain juga didikan dan teguran karena kasih.

Korban Pendamaian

Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. (Ibrani 10:10)
Bacaan Alkitab: Ibrani 10:1-21
Persembahan Korban yang dilakukan sejak jaman Perjanjian Lama, merupakan gambaran dari apa yang akan datang, sebuah korban yang sempurna, yaitu Kristus Yesus, Sang Mesias.
Ketika seseorang berbuat dosa, maka Allah telah menentukan bahwa ia harus mempersembahkan korban penebusan dosa yang diserahkan oleh imam kepada Allah.  Namun, hal ini tidak berarti bahwa korban binatang itu dapat menghapuskan dosa, sebab pada hakekatnya tidaklah demikian.
Ayat 4 menyatakan: “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.”
Ya, darah binatang tidak mungkin dapat menghapuskan dosa manusia.  Perintah untuk mempersembahkan korban itu menggambarkan tentang suatu karya penebusan yang dikerjakan Allah bagi seluruh umat manusia.  Domba yang sempurna itu disediakan oleh Allah sendiri, dan disebut sebagai Anak Domba Allah yang menghapuskan dosa dunia. Dialah Yesus Kristus yang telah merelakan nyawa-Nya sebagai korban penebusan atas segala dosa kita.
Ayat-ayat dalam Ibrani 10:1-21 menjelaskan kepada kita bahwa:
1. Tidak ada cara lain untuk menebus atau menghapuskan dosa kita, selain darah Yesus Kristus, yang telah tertumpah dan tercurah dari tubuh-Nya di atas kayu salib.  Bahkan sejak sebelum disalib, ketika Ia dicambuk dan dimahkotai duri, darah-Nya telah menetes tercurah bagi dosa-dosa semua manusia.
2. Dosa tidak dapat diseimbangkan dengan perbuatan baik.  Pemikiran tentang adanya timbangan dosa, adalah suatu pemikiran yang keliru, karena semua dosa, baik yang kecil terlebih lagi dosa yang besar, akan diperhitungkan dan menyebabkan seseorang terhalang untuk masuk ke dalam Surga.  Semua dosa adalah kenajisan dan kejijikan di hadapan Allah.  Tidak boleh ada 1% dosa, bahkan 0,0001% dosa sekalipun akan menyebabkan kita ditolak dan tidak dapat masuk surga.  Akan tetapi, darah Yesus Kristus telah menyucikan segala dosa kita dan membuat kita kudus dan benar di hadapan-Nya sehingga layak untuk masuk ke dalam kerajaan surga.  Darah Kristus mampu membersihkan dan menyucikan kita dari dosa.

  1. Segala bentuk pengorbanan atau persembahan korban untuk penghapusan dosa sudah tidak ada lagi, karena Yesus Kristus telah menjadi korban penebusan dosa sekali untuk selama-lamanya. Kita tidak dapat menghapus dosa dengan memberikan persembahan yang besar. Bukan karena persembahan kita diampuni, tetapi karena darah Yesus Kristus, kita memperoleh pengampunan dan diterima sebagai anak-anak Allah yang kudus.

Lalu bagaimana kita hidup setelah diampuni Allah?  Hiduplah dalam kasih karunia dan pimpinan Roh Kudus, agar hati dan pikiran kita senantiasa dipenuhi dengan perkara yang baik.  Hidup dalam pengampunan merupakan hidup yang penuh dengan kasih karunia Tuhan dan bertanggung jawab.  Kita bebas melakukan apa saja, namun, apa saja disini adalah segala sesuatu yang dikenan oleh Tuhan.  Maka karya pengorbanan Yesus Kristus telah menebus dosa kita sekali untuk selamanya.  Yang menjadi pertanyaan adalah: “Apakah hidup kita telah berpadanan dengan Kristus?”

Kita Adalah Bait Suci-Nya

Bait Suci pertama bangsa Israel dibangun oleh Raja Salomo dan diselesaikan dalam jangka waktu 7 tahun (1 Raja-raja 6).  Bait Suci ini merupakan bangunan yang megah dengan lapisan-lapisan emas di dalamnya.  Pada tahun 586 SM (Sebelum Masehi atau Sebelum Kristus), bangsa Babel atau Babilonia menyerang Yerusalem dan menghancurkan Bait Suci ini.
Setelah bangsa Yehuda, yaitu salah satu suku dari bangsa Israel, kembali dari pembuangan di Babel, sekitar tahun 536 SM (Sebelum Masehi/Kristus), Bait Suci kedua dibangun.  Bait Suci yang kedua kemudian diperluas oleh raja Herodes dan  disebut sebagai Bait Suci Herodes.
Bait Suci Herodes  inilah yang berdiri pada saat Tuhan Yesus mengusir para pedagang di dalamnya.  Dan bangunan Bait Suci ini jugalah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus tatkala ia mengatakan bahwa bangunan  itu akan diruntuhkan dalam Alkitab Perjanjian Baru,
Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” (Matius 24:1-2)
Bait Suci Herodes kemudian dihancurkan oleh tentara-tentara Romawi di bawah kaisar Titus pada tahun 70 M (Masehi = Sesudah Kristus).
Saat ini, isu tentang pembangunan bait ketiga terus menghangat, akan tetapi kita harus memahami bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus telah mengatakan hakekat tentang Bait Suci  yang adalah diri-Nya sendiri.
Markus 14:58 mencatat,  “Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia.”
Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dalam mengatakan tentang pendirian Bait Suci yang bukan buatan manusia, adalah tentang kebangkitan diri-Nya sebagai hakekat dari Bait Suci itu sendiri.
Bait Suci yang adalah gedung buatan manusia, tidak akan bisa bertahan.  Lagipula Bait Suci dalam arti gedungnya, merupakan suatu benda mati, yang tidak punya arti apabila kosong melompong.  Kehadiran orang-orang percaya lah yang merupakan inti penting dari Bait Suci.
Yesus Kristus mengatakan hakekat diri-Nya ketika menyebut akan membangun kembali Bait Suci pada hari yang ketiga. Kebangkitan-Nya menyebabkan semua orang yang beriman pada-Nya, merasakan hadirat Allah di dalam diri mereka.  Dan inilah makna sesungguhnya dari Bait Suci, yaitu tubuh kita, yang kudus, hidup dan berkenan kepada-Nya.  Di dalam kita, berdiam Roh Kudus yakni Roh Allah yang memimpin dan menuntun kita dalam perjalanan hidup sampai akhir.
Kitalah Bait-bait Suci-Nya, yang hidupnya telah dikuduskan menjadi berkenan kepada-Nya.  Allah berdiam di dalam kita, dan kita ada di dalam Allah.

Mau Take Off, Mendadak Berhenti

Air France merupakan salah satu maskapai penerbangan yang terpercaya reputasinya, sehingga naik pesawat ini ada perasaan aman.  Tapi, sebenarnya rasa aman ini semu, karena bersifat sementara saja.  Rasa aman sejati itu hanya ada di dalam Tuhan. Dalam penerbangan dari Singapura menuju ke Paris, semua bangku dalam pesawat terisi penuh. Pesawat sudah bersiap menuju landasan pacu.  Sampai di ujung landasan pacu, mesin pesawat telah mencapai maksimal dan pesawatpun melaju kencang untuk take off.  Tapi tiba-tiba, mesin pesawat menurun drastis, dan pesawat mendadak menjadi pelan. Semua penumpang kaget dan saling memandang dan bertanya apa yang terjadi.  Tak ada pengumuman dari kokpit. Pesawat melaju perlahan dan menuju ke dekat area parkir pesawat. Suasana cukup tegang saat itu dan penuh tanda tanya.  Dalam jangka waktu cukup lama, kurang lebih 10 menit, barulah ada pengumuman dari pilot bahwa tidak ada masalah teknis yang menyebabkan ia membatalkan take off.  “tidak ada masalah yang serius, tapi masalahnya pada lalulintas udara yang padat”, katanya.  Hmmm… tapi perasaan sepertinya ada masalah serius. Pesawat berhenti cukup lama, sekitar 15 menit.  Dan setelah itu, ada suara pilot mengumumkan bahwa pesawat sudah siap untuk take off.  “Wah,, kali ini rasanya saya yang tidak siap take off”, gumam saya. Saya  berdoa, dan menyerahkan semua kepada Tuhan.  Segala rasa takut hilang saat menyerahkan seluruh hidup kita pada-Nya.  Mati dan hidup kita ada dalam kekuasaan Tuhan.  Segala rasa takut akan sirna bila kita berserah penuh. Pesawat pun take off dan tiba di Paris dengan selamat. Puji Tuhan. Inti dari kisah ini adalah penyerahan diri kita kepada Tuhan.  Ketakutan akan kematian seringkali kita alami dalam situasi tertentu.  Namun, sesungguhnya Yesus Kristus telah melenyapkan rasa takut kita, karena Ia telah menang atas maut. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Korintus 15:55) Kristus telah memberikan kita kemenangan atas maut, itu sebabnya kita tidak akan takut, sebab hidup kekal telah diberikan kepada kita. Kematian tak akan menjadi penyebab ketakutan kita, sebab kematian orang yang beriman kepada Kristus Yesus, adalah suatu keuntungan.  Kita akan masuk ke dalam surga yang damai dan kekal karena Kristus. Jangan takut, ada Tuhan Yesus beserta kita!

Tidak Pandang Bulu

Pengadilan adalah sebuah institusi yang Allah ijinkan di bumi untuk mengadili perkara yang terjadi di antara manusia. Salah satu ciri pengadilan yang sesuai kehendak Allah adalah tidak memandang bulu atau tidak memihak.
Tugas untuk mengadili diemban juga oleh Musa ketika ia memimpin bangsa itu keluar dari Mesir. Allah memberikan kepadanya otoritas untuk mengadili bangsa Israel.
Pelajaran yang kita peroleh dari kisah dalam Ulangan pasal 1 adalah agar tidak memihak dan tidak pandang bulu. Tidak boleh ada diskriminasi dalam mengadili atau menilai sesuatu perkara.
Ayat ini cocok bukan saja untuk pengacara, jaksa atau hakim, walaupun memang mereka sangat erat hubungannya dengan itu, karena pekerjaan mereka, namun berlaku juga bagi kita semua dalam menilai suatu perkara atau kejadian dalam hidup kita.
Bukankah kita sering memihak dan memandang bulu? Kita sering menjadi hakim dan mengadili orang lain dalam pembicaraan atau sikap kita. Ketidaksukaan karena suku, ras atau agama, ketidaksukaan karena latar belakang, kondisi ekonomi, gaya berpakaian, budaya atau adat serta perilaku seseorang, membuat kita tidak netral dan cenderung tidak adil dalam menilai orang lain.
Ulangan 1:17 berkata
“Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapapun, sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.”
Marilah kita bersikap seperti yang dikehendaki dalam ayat ini. Apapun posisi dan jabatan kita, biarlah kita tidak memihak dengan pandang bulu. Kita harus menegakkan keadilan dan kebenaran, ya katakan ya dan tidak katakan tidak.

Ancaman Bom di Regio Jet

Dalam perjalanan menuju ke Praha, saya menggunakan kereta Regio Jet dari sebuah kota kecil bernama Navsi, di Czech Republic. Saya membawa satu tas kecil, tas punggung, koper dan sebuah gitar. Di dalam kereta, saya duduk bersama dengan 5 orang lain dalam satu kompartemen.  Kopi gratis disediakan dan juga air mineral dalam sebuah kemasan botol.
Perjalanan melewati berbagai daerah dengan pemandangan yang bagus. Namun, tak ada pepohonan hijau, semua daun gugur, dan yang nampak hanya pohon dengan cabang ranting yang kering tanpa satupun daun menempel, kecuali pohon cemara tentunya.  Padang rumput masih nampak hijau, di kiri dan kanan. Sebagian sungai nampak membeku di musim dingin ini.
Kereta telah melewati beberapa stasiun dan kota-kota kecil, 3 jam sudah terlewati. Selama perjalanan, penumpang yang lain memesan makanan.  Saya hanya melihat-lihat menu dan memilih untuk minum kopi susu.  Tibalah kereta di sebuah kota bernama Ceska Trebova, dan keretapun berhenti.  Ada suara pengumuman yang terdengar namun tak dapat saya mengerti karena dalam bahasa Ceko. Pramugara kereta kemudian menghampiri dan mengatakan dalam bahasa Inggris bahwa semua penumpang diharuskan keluar kereta karena ada ancaman bom.  “Apa? Ancaman bom?”, begitu gumam saya dalam hati.
Seluruh penumpang pun keluar kereta, dan saya harus kembali membawa barang yang lumayan banyak itu.  Tak ada kepastian kapan kereta akan berangkat lagi, karena akan diperiksa oleh pihak kepolisian.
Siapa gerangan yang menebarkan ancaman bom itu? Ataukah ada penumpang yang menelpon pihak keamanan karena takut ada bom?  Saya tidak tahu apa yang terjadi. Di saat menunggu itu, saya memberi kabar kepada istri mengenai kondisi tersebut. Dan atas saran istri, kemudian mengganti kereta ke Prague.  Hampir 3 jam menanti dan akhirnya berangkat, ternyata bom itu tidak ada sama sekali.
Sebuah pelajaran yang ingin saya bagikan kepada saudara ialah, betapa seriusnya sebuah ancaman bom bagi pihak kereta api dan sebagian besar penumpang.  Mereka peduli pada keselamatannya dan menganggap sangat serius terhadap sebuah kabar ancaman bom.  Mari perhatikan bahwa sebuah kabar yang berkaitan dengan keselamatan nyawa, dipandang penting dan serius dan orang akan mengecek kebenarannya.
Tapi sayangnya, untuk sebuah kabar keselamatan kekal, banyak orang yang tidak serius menanggapinya dan hanya menganggapnya sebagai angin lalu.  Ya, kabar keselamatan yang tersedia bagi semua orang, yang didalamnya juga terkandung suatu ancaman kematian kekal, tapi tidak ditanggapi serius oleh kebanyakan orang.  Dan banyak orang yang tidak mau mengecek kebenarannya, padahal bila mau, maka kebenaran itu akan ditemukan.
Kabar yang seharusnya ditanggapi serius oleh semua orang adalah ini:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)
Jangan pandang enteng kabar ini, karena ini akan menentukan kebinasaan atau keselamatan hidup saudara. Responilah berita keselamatan ini dengan benar, yaitu dengan mempercayai Dia yang telah berfirman, dan mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, maka engkau akan selamat sampai kekal.